Biografi Al Ghazali, Ulama Penyelamat Ilmu Tasawuf dari Kehancuran

Biografi Al Ghazali, Ulama Penyelamat Ilmu Tasawuf dari Kehancuran

Terkini | inews | Kamis, 8 Agustus 2024 - 04:09
share

JAKARTA, iNews.id - Biografi Al Ghazali dibahas dalam artikel ini. Dia merupakan ulama yang masyhur asal Persia.

Imam Al Ghazali juga dikenal sebagai pengarang kitab Ihya Ulumuddin. Buku tersebut menjadi acuan bagi para ulama terkait ilmu tasawuf.

Al Ghazali juga dikenal sebagai ulama kharismatik yang karya-karyanya diakui di tiap generasi. Berikut biografi Al Ghazali sebagaimana iNews.id rangkum, Kamis (8/8/2024).

Biografi Al Ghazali

Imam Al Ghazali lahir dengan nama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad At Thusy. Dia merupakan putra pengrajin wol bernama Muhammad.

Al Ghazali lahir di Kota Thus, Provinsi Khurasan, Persia (sekarang menjadi wilayah Iran), pada 450 hijriah atau 1058 masehi. Saat itu, kota kelahirannya dikenal sebagai wilayah miskin hingga beberapa penduduk mengalami kelaparan panjang akibat kekeringan selama betahun-tahun.

"Kondisi tempat lahirnya yang demikian tentunya berimbas kepada tingkat kesejahteraan keluarga Al Ghazali. Ia lahir dari keluarga sederhana, bahkan miskin," tulis M Kamalul Fikri dalam buku Imam Al-Ghazali: Biografi Lengkap Sang Hujjatul Islam.

Ayahnya pun selalu berdoa supaya diberi keturunan yang saleh dan ahli berkhotbah. Kelahiran Al Ghazali dan saudaranya, Abu Al Futuh Ahmad, diyakini sejumlah sejarawan sebagai jawaban dari doa-doa sang ayah.

Disebutkan, ada dua pendapat terkait penamaan Al Ghazali. Pendapat pertama, Al Ghazali berasal dari kata Al Ghazzal, yang mengacu pada profesi kakek dan ayah sang ulama sebagai pemintal wol.

Sementara pendapat kedua menyebutkan julukan Al Ghazali merujuk pada lokasi dia dilahirkan, yakni Desa Ghazala, dekat Thus.

"Kedua pendapat tersebut juga sama-sama memiliki justifikasi dari sisi bahasa," tulis Fikri.

Meski berlatar belakang keluarga tak mampu, Al Ghazali menyadari pendidikan nomor satu. Keadaannya juga didukung dengan lingkungan yang agamis, ditandai dengan pamannya, Abu Hamid, sosok alim yang kerap menulis dan diakui oleh ahli hukum dari berbagai daerah.

Ayah Al Ghazali juga mendukung pendidikan kedua anak laki-lakinya. Saat ayahnya melewati masa kritis sebelum wafat, Al Ghazali dan saudaranya pun dititipkan ke seorang sufi, Ahmad bin Muhammad Ar Razakani.

Al Ghazali dan saudaranya pun digembleng dan diajari beragam keilmuan oleh seorang sufi tersebut. Akan tetapi, keduanya lalu belajar di madrasah saat bekal uang dari sang ayah habis.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun Al-Ghazali ditinggal sang ayah sejak kecil, tetapi secara tidak langsung ia dan saudaranya mendapat semacam jaminan pendidikan melalui bantuan teman sang ayah. Dengan demikian, tidak sah bila muncul anggapan bahwa keluarga Al-Ghazali tidak memberi pengaruh terhadap karier Al-Ghazali," tulis Fikri.

Ulama Penyelamat Ilmu Tasawuf dari Kehancuran

Dalam jurnal Konsepsi Al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf, dosen mata kuliah Ilmu Tasawuf STAIN Batusangkar, Deswita, menyatakan Al Ghazali lahir saat ulama fiqih dan tasawuf berseteru. Al Ghazali kemudian tampil sebagai sosok penyelamat ilmu tasawuf dari kehancuran.

"Beliau menyelamatkan tasawuf dengan cara mengintegrasikannya dengan fiqh dan ilmu kalam menjadi suatu ajaran Islam yang utuh. Kitabnya Ihya' Ulum al Din adalah salah satu bukti nyata dari usahanya tersebut," tulis Deswita.

Al Ghazali memandang tasawuf sebagai ketulusan kepada Allah dan pergaulan yang baik sesama manusia. Pemikirannya menggabungkan fikih dengan tasawuf dan ilmu kalam semata untuk mengokohkan iman dan mencintai Allah dituangkan dalam kitab Ihya Ulumuddin.

Al Ghazali wafat pada 1111 M. Dia dimakamkan di Tabiran, Qasabah, Thus.

Topik Menarik