Fakta-Fakta Penting Senjata Nuklir Rusia, Bisa Hancurkan Dunia Berkali-kali

Fakta-Fakta Penting Senjata Nuklir Rusia, Bisa Hancurkan Dunia Berkali-kali

Berita Utama | inews | Jum'at, 27 September 2024 - 04:00
share

MOSKOW, iNews.id – Presiden Vladimir Putin telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika diserang dengan rudal konvensional. Dia juga mengatakan Moskow akan menganggap serangan apa pun yang didukung oleh kekuatan nuklir sebagai serangan gabungan yang dapat direspons Rusia dengan penggunaan senjata nuklir.

Lalu seberapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Rusia? Berikut adalah fakta-fakta penting tentang persenjataan nuklir negeri beruang merah itu, seperti dilansir Reuters, Kamis (26/9/2024).

Jumlah senjata nuklir Rusia

Rusia mewarisi senjata nuklir Uni Soviet. Negara itu memiliki persediaan hulu ledak nuklir terbesar di dunia. Menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), Putin mengendalikan sekitar 5.580 hulu ledak nuklir. 

Dari jumlah tersebut, sekitar 1.200 sudah “dipensiunkan”. Akan tetapi sebagian besar masih utuh. Sementara sekitar 4.380 lagi disimpan untuk pasukan operasional, menurut FAS.

Dari hulu ledak yang disimpan, sebanyak 1.710 hulu ledak strategis telah disiagakan alias ditempatkan di titik-titik tertentu. Perinciannya, sekitar 870 berada pada rudal balistik berbasis darat, sekitar 640 pada rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, dan (diperkirakan) 200 di pangkalan pembom berat.

Dari angka-angka tersebut, itu artinya Rusia dapat menghancurkan dunia berkali-kali. Begitu pula Amerika Serikat yang memiliki persediaan senjata nuklir yang hampir setara Rusia.

Selama era Perang Dingin, Uni Soviet memiliki sekitar 40.000 hulu ledak nuklir. Sementara AS memiliki sekitar 30.000 hulu ledak nuklir.

Kapan senjata nuklir digunakan?

Doktrin nuklir Rusia yang diterbitkan pada 2020 menetapkan kondisi-kondisi atau prasyarat yang memungkinkan presiden negara itu mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir. Secara umum, senjata mengerikan itu akan dipakai sebagai tanggapan terhadap serangan yang juga menggunakan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya. 

Kondisi lainnya, Moskow akan menggunakan senjata nuklir sebagai respons atas penggunaan senjata konvensional oleh musuh terhadap Rusia ketika keberadaan negara itu terancam.

Putin memberikan perincian perubahan doktrin nuklir Rusia pada Kamis (26/9/2024) kemarin. Di antara aturan yang dia revisi itu mencakup perluasan ancaman yang akan dipertimbangkan Rusia sebagai serangan nuklir. Selain itu ada juga penyertaan sekutu Belarusia di bawah payung nuklir dan gagasan bahwa kekuatan nuklir saingan yang mendukung serangan konvensional terhadap Rusia juga akan dianggap menyerangnya.

Doktrin baru tersebut belum dipublikasikan dan tidak jelas apakah memang akan dipublikasikan.

Uji coba senjata nuklir Rusia

Sejak Uni Soviet runtuh pada 1991, hanya beberapa negara yang telah menguji senjata nuklir, menurut Arms Control Association. Amerika Serikat terakhir kali mengujinya pada 1992. China dan Prancis melakukannya pada 1996. India dan Pakistan menguji persenjataan nuklir mereka pada 1998. Korea Utara melakukannya pada 2017. Sementara Uni Soviet terakhir kali menguji senjata pemusnah itu pada 1990.

Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif ditandatangani oleh Rusia pada 1996 dan diratifikasi pada 2000. Amerika Serikat menandatangani perjanjian tersebut pada tahun 1996 tetapi sampai kini belum meratifikasinya.

Siapa yang akan memberi perintah peluncuran Rusia?

Presiden Rusia adalah pembuat keputusan utama tentang penggunaan senjata nuklir Rusia.

Tas kerja nuklir—yang disebut “Cheget” (dinamai berdasarkan Gunung Cheget di Pegunungan Kaukasus)—selalu dibawa presiden Rusia ke mana pun. Menteri pertahanan Rusia dan panglima Angkatan Bersenjata Rusia juga diduga memiliki tas kerja semacam itu.

Pada dasarnya, tas kerja tersebut adalah alat komunikasi yang menghubungkan presiden dengan para petinggi militernya dan kemudian dengan pasukan rudal Rusia. Mereka saling terhubung melalui jaringan komando dan kendali elektronik “Kazbek” yang sangat rahasia. Kazbek mendukung sistem lain yang dikenal sebagai “Kavkaz.”

Rekaman yang ditayangkan oleh saluran televisi Rusia Zvezda pada 2019 menunjukkan salah satu tas kerja nuklir yang memiliki serangkaian tombol. Di bagian “perintah” ada dua tombol, yaitu tombol berwarna putih yang berarti “luncurkan!” dan tombol  berwarna merah yang bermakna “batalkan!”. Menurut Zvezda, tas kerja tersebut diaktifkan oleh kartu flash khusus.

Jika Rusia dianggap sedang menghadapi serangan nuklir strategis, presiden melalui tas kerja tersebut akan mengirimkan perintah peluncuran langsung ke panglima militer dan unit-unit komando cadangan yang memegang kode nuklir. Perintah tersebut dengan cepat mengalir melalui berbagai sistem komunikasi ke unit pasukan roket strategis, yang kemudian akan menembaki Amerika Serikat dan Eropa.

Jika serangan nuklir dikonfirmasi, Putin juga dapat mengaktifkan apa yang disebut sistem “Dead Hand” atau “Perimetr” sebagai upaya terakhir. Pada titik itu, komputer akan memutuskan “kiamat” dengan meluncurkan seluruh persenjataan Rusia jika kepemimpinan Kremlin menghadapi kehancuran.

Topik Menarik