Pidato di Kongres, Trump Sebut Lesotho Sebagai Negara yang Tak Pernah Didengar Siapapun

Pidato di Kongres, Trump Sebut Lesotho Sebagai Negara yang Tak Pernah Didengar Siapapun

Terkini | okezone | Kamis, 6 Maret 2025 - 01:08
share

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat sebuah komentar yang mengejek salah satu negara Afrika saat berpidato di Kongres pada Selasa, (4/3/2025), ketika dia mengatakan bahwa tidak ada orang yang pernah mendengar tentang negara Lesotho. Komentar Trump tersebut, meski disambut tawa dari beberapa hadirin, mendapat reaksi kekesalan dari negara Afrika selatan yang kaya berlian itu.

Ejekan terhadap Lesotho itu dilontarkan Trump saat dia mengkritik beberapa kontrak bantuan luar negeri AS yang dianggap sebagai pemborosan uang, dalam pidato sepanjang 100 menit di Kongres.

“Delapan juta dolar untuk mempromosikan LGBTQI+ di negara Afrika Lesotho, yang belum pernah didengar oleh siapa pun,” kata Trump saat itu, sebagaimana dilansir Associated Press.

Beberapa suara tawa terdengar di ruangan setelah pidato Trump tersebut, sementara Wakil Presiden JD Vance dan Ketua DPR AS Mike Johnson yang duduk di belakang Trump terlihat tersenyum. Namun, reaksi berbeda datang dari pemerintaha Lesotho, yang menganggap kata-kata Trump itu sebagai sebuah ejekan.

"Sangat mengejutkan dan mengecewakan bahwa dia mengklaim tidak seorang pun mengenal Lesotho, terutama mengingat AS memiliki kedutaan besar di sini," kata Menteri Lesotho Lejone Mpotjoane, pada Rabu, (5/3/2025). "Dia seharusnya berbicara untuk dirinya sendiri dan tidak menggeneralisasi."

Mpotjoane mengatakan Trump tampaknya ingin menargetkan Lesotho karena negara itu bukan negara kaya, tetapi memperingatkan: “Suatu hari Amerika mungkin membutuhkan dukungan Lesotho.”

 

Pemerintahan Trump, melalui departemen efisiensi pemerintah atau DOGE, yang dipimpin miliarder Elon Musk, telah memotong banyak anggaran bantuan luar negeri AS. Bahkan, pemerintahan Trump telah menonaktifkan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau USAID yang berperan sebagai penyalur bantuan tersebut.

Pemotongan tersebut mengancam program HIV Lesotho dan memaksanya memberhentikan setidaknya 1.500 pekerja kesehatan — sekira 7 dari staf kesehatan negara itu — dalam apa yang digambarkan pemerintah sebagai pukulan berat. Bantuan AS telah diakui membantu Lesotho menyediakan perawatan yang menyelamatkan nyawa bagi lebih dari 200.000 orang yang hidup dengan HIV.

Lesotho telah menerima bantuan Amerika selama hampir 20 tahun melalui USAID, yang memberikannya lebih dari USD44 juta tahun lalu. Pembubaran badan tersebut dan pemutusan kontrak bantuan luar negeri AS yang meluas telah menghantam Afrika lebih keras daripada wilayah lainnya.

Menteri luar negeri Lesotho, ketika ditanya tentang komentar Trump tentang promosi LGBTQI+ di negaranya, mengatakan dia tidak mengetahui kontrak senilai USD8 juta yang disebutkan Trump karena pendanaan USAID sebagian besar disalurkan melalui organisasi nonpemerintah.

Topik Menarik