Transformasi dan Inovasi Rantai Pasok Bulog untuk Kedaulatan Pangan

Transformasi dan Inovasi Rantai Pasok Bulog untuk Kedaulatan Pangan

Terkini | sindonews | Sabtu, 7 September 2024 - 21:00
share

MASALAH pangan menjadi perhatian serius negara-negara di dunia. Perubahan iklim hingga ketersedian pasokan atau stok menjadi isu utama yang kini sedang dihadapi. Banyak negara yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan pangannya dari impor. Pemerintah Indonesia bertekad untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional secara mandiri dengan memperkuat rantai pasok hingga tingkat masyarakat sebagai konsumen akhir.

baca juga: Bulog Melintas Zaman

Pasar induk beras Cipinang Jakarta Timur masih saja ramai meski terik matahari menyengat kulit. Suryanto (43) kuli angkut di salah satu gudang beras Blok Q bersemangat memindahkan karung-karung beras dari dalam gudang ke truk yang akan mengangkut beras ke Serang, Banten.

Di pasar beras terbesar di Indonesia yang dikelola PT Food Station Tjipinang Jaya, Suryanto tak sendirian, puluhan orang kuli angkut beras dengan keringat bercucuran, tampak sibuk memindahkan beras dari gudang ke atas truk yang berjajar rapi. “Dikirim ke Serang, juga wilayah Jabodetabek,” ungkapnya kepada SINDOnews, kemarin.

Menurut dia, suplai beras selalu lancar sejak awal tahun. Malahan, terkadang terjadi surplus karena pasokan lebih besar dari permintaan. Dessy, pekerja di salah satu gudang beras di pasar induk beras Cipinang mengungkapkan, harga makanan pokok masyarakat itu cenderung stabil. “Harganya stabil. Jika mulai naik, Bulog turun tangan menyuplai beras. Harga terkendali,” ucapnya.

Dia menambahkan, beras-beras yang dijualnya selain dari pemasok swasta, juga ada yang dipasok dari Bulog. “Jenis beras bermacam varian, kami juga mendistribusikan dan menjual beras dari Bulog,” tuturnya. Beras-beras yang dijualnya berasal dari Karawang, Indramayu Jawa Barat, dan beberapa wilayah di Jawa Timur.

“Ada yang dari Karawang, Magetan. Banyak jenisnya,” tuturnya. Dua provinsi di Jawa itu memang menjadi kontributor terbesar padi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2023, Jawa Barat memproduksi 9,14 juta ton padi. Di tahun yang sama, Jawa Timur memproduksi 9,71 juta ton.

Selain sebagai sentra beras, pasar induk beras Cipinang juga dijadikan lokasi penjualan produk pangan bersubsidi untuk warga Jakarta. Ratusan warga tampak antre untuk membeli produk pangan murah senilai Rp126 ribu per paket. Mereka antre dengan tertib sejak pukul 09:00 wib.

“Masing-masing hanya bisa membeli satu paket, sesuai data di KJP,” ungkap Lilis, warga Rawa Teratai, Jakarta Utara. Lilis datang ke Food Station pasar induk beras Cipinang mengendarai motor matik bernopol B 2220 UMX. Tak sendirian, Lilis ditemani tetangganya. Nurlaila yang juga membeli bahan pangan murah itu.

Bagi Lilis, dengan tanggungan empat orang anak, program pangan murah dengan akses mendapatkan produk yang mudah, sangat membantu hidupnya. Terlebih, untuk pemenuhan gizi anak-anaknya. Selain di Food Station, Lilis dan Nurlaila juga mendapatkan jatah beras dari pemerintah, karena keduanya masuk ke dalam kategori masyarakat tak mampu. “Untuk beras dari pemerintah, beras Bulog. Sebulan sekali dapat 10 kilogram. Di food station ini juga beras Bulog, kualitasnya bagus,” imbuhnya.

Pasar induk beras Cipinang merupakan salah satu barometer harga dan pasokan pangan nasional. Stabil atau tidaknya harga pangan maupun pasokan, kerap dipengaruhi kondisi di pasar yang lokasinya tak jauh dari stasiun Jatinegara, Jakarta Timur itu.

Selama 2024, pasokan pangan di dalam negeri cenderung stabil. Gejolak harga maupun tersendatnya pasokan kini jarang dijumpai. Pasokan pangan di dalam negeri yang cenderung stabil salah satunya karena kebijakan pangan pemerintah yang tepat sasaran. Keberhasilan pemerintah itu membuatharga pangan cenderung stabil dengan pasokan yang tetap terjaga.

baca juga: Antisipasi Kelangkaan, 250.000 Ton Beras Bulog Digelontorkan

Presiden Joko Widodo, saat menerima penghargaan Agricola Medal dari Food and Agriculture Organization (FAO) di Jakarta Jumat (30/8/2029) menegaskan, program ketahanan pangan memang menjadi salah satu prioritas pemerintah. Pemerintah menyadari betul pentingnya kemandirian dan kedaulatan pangan, apalagi di tengah berbagai ketidakpastian dunia.

Di berbagai kesempatan, kepala negara menegaskan, penguatan rantai pasok pangan terus dialakukan untuk memastikan seluruh lapisan masyarakat memiliki akses dan keterjangakuan terhadap pangan sehat, bergizi, dan seimbang.

Pemerintah juga memiliki kewajiban mewujudkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi masyarakat. Karenanya, program ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas pemerintah. Presiden Joko Widodo mengungkapkan, pada 2023, sektor pertanian memberikan kontribusi 12,5 terhadap PDB nasional.

Dalam kunjungannya ke Surabaya, kemarin, Jokowi juga menyampakan, inflasi pangan di Indonesia berada dalam kondisi yang baik. Menurut Presiden, harga sejumlah bahan pangan pokok mengalami penurunan yang signifikan, salah satunya bawang merah yang biasa dijual di atas Rp40 ribu per kilogram, kini hanya Rp25 ribu per kilogram. “Saya kira baik ya. Jadi inflasi inti kita terutama pangan itu pada kondisi yang baik,” ujarnya.

Memperkuat Rantai Pasok Melalui Transformasi dan Inovasi

Penguatan rantai pasok pangan nasional tak bisa dilepaskan dari peran Perum Bulog. Sebagai perusahaan yang mengemban tugas publik dari pemerintah, Bulog juga melakukan kegiatanmenjaga harga dasar pembelian gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk bantuan sosial (Bansos) dan pengelolaan stok pangan.

Tak sakadar beras, Bulog juga memiliki peran strategis untuk menjaga bahan stabilitas dan ketersediaan bahan pokok lainnya seperti gula dan daging sapi. Menyadari peran yang sangat strategis itu, Bulog terus melakukan inovasi dan transformasi dalam rangka mencapai ketahanan pangan nasional.

baca juga: Minyakita Langka, Disperindag Natuna Minta Bantuan Bulog Ranai

Langkah transformatif dan inovatif itu dilakukan dari hulu hingga hilir. Di hulu, Bulog gencar menjalin sinergi dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan. Dengan Perkumpulan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) salah satunya.Kolaborasi tersebut mencakup pengadaan gabah dan beras petani serta penyaluran dan penjualan beras petani dan produk pangan lain.

Selain itu juga berkaitan dengan pemanfaatan infrastruktur pengolahan, kemitraan budi daya pertanian Mitra Tani, dan kampanye bersama mendorong petani muda. Pada program Mitra Tani, Bulog melakukan penyerapan gabah secara langsung ke beberapa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai mitra budidaya tani.

Dengan menjangkau petani secara langsung, kerja sama ini akan dilakukan secara menyeluruh baik di daerah sentra produksi padi maupun di daerah lainnya. Targetnya, meningkatkan produktivitas sekaligus jaminan penyerapan gabah petani dalam negeri sesuai (Harga Pokok Produksi) HPP atau harga pasar sehingga kesejahteraan petani diharapkan bisa meningkat.

Melalui program Mitra Tani, Bulog mendampingi para petani termasuk memperbaiki dan membantu mengatasi masalah yang kerap dihadapi para petani, salah satunya kebutuhan pembiayaan. Bulog juga memberikan bantuan pendampingan agronomis mulai dari penanaman benih, perawatan padi dan sampai merekomendasikan tanaman padi sudah siap panen atau belum.

Kuli angkut memindahkan beras dari gudang ke truk di Pasar Induk Beras Cipinang. Peran Bulog di dalam ekosistem pangan nasional sangat diperlukan. Foto: Anton Chrisbiyanto/SINDOnews

Dengan adanya program kemitraan ini, para petani akan terbantu dalam peningkatan produktivitas. Dalam publikasinya, Bulog menegaskan, menjadi pemimpin rantai pasok pangan terpercaya adalah salah satu visi transformasi. Karenanya, Bulog terus melakukan transformasi di semua lini untuk mencapai ketahanan pangan.

Selain dengan swasta, Bulog juga berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Salah satunya dengan PT Pupuk Indonesia yang memiliki Program Makmur. Saat ini, ada 100.180,44 hektare lahan padi yang menjadi binaan Program Makmur. Bulog juga memiliki stok dengan volume yang ideal yakni sebanyak 1,8 juta ton. Untuk menjaga stok Bulog terus mendahulukan pengadaan gabah/beras dalam negeri selama musim panen. Hingga akhir semester I 2024, Bulog telah menyerap produk petani dalam negeri sebanyak hampir 700 ribu ton.

Tak hanya di dalam negeri, transformasi di sektor hulu juga dilakukan dengan mencari sumber lain di luar negeri. Melalui penugasan dari pemerintah, Bulog mengimpor beras agar stok di dalam negeri terus terjaga. Bulog mendapat penugasan impor sebanyak 3,6 juta ton. Bulog juga melakukan penjajakan kerja sama ekonomi dan investasi pangan dengan Kamboja.

Berbagai langkah yang dilakukan itu untuk memastikan bahwa pasokan pangan kepada masyarakat tetap stabil dan terjaga. Terlebih, pemerintah memberikan penugasan tambahan pengadaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dalam negeri ke Bulog sebesar 600 ribu ton. CBP diperlukan untuk menopang kebutuhan beras program intervensi pemerintah, antara lain kelanjutan program bantuan pangan beras di Agustus, Oktober, dan Desember 2024 yang memerlukan 662 ribu ton.

Kemudian penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang hingga akhir tahun kebutuhannya sekitar 500 ribu ton. “Stok cukup, sampai dengan akhir tahun diperkirakan sampai 1,5 juta ton, masih ada di gudang,” tegas Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi.

Di sektor hilir, Bulog melibatkan peran masyarakat untuk menjaga kedaulatan pangan, salah satunya melalui Sahabat Rumah Pangan Kita (RPK). Konsep Sahabat RPK dikembangkan dengan maksud lebih mendekatkan Perum Bulog dengan masyarakat melalui pola kemitraan dan kerja sama yang setara, juga saling menguntungkan.

Dengan adanya Sahabat RPK, penyaluran pangan dari pemerintah ke masyarakat bisa didistribusikan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, sehingga dapat diakses oleh seluruh masyarakat dengan harga yang terjangkau. RPK merupakan ikhtiar Bulog untuk menjual produknya langsung ke konsumen melalui toko-toko kecil dalam rangka menjaga pasokan dan stabilitas harga pangan di tingkat konsumen.

baca juga: Demurrage Beras Bulog, DPR Dorong Pengawasan Teknis Lapangan

Selama ini, rantai pasok pangan nasional cukup panjang mulai dari Bulog kemudian disalurkan ke distributor lalu ke pedagang besar, berlanjut ke pedagang kecil hingga ke masyarakat. Keberadaan RPK akan memperpendek rantai distribusi, sehingga distribusi pangan langsung dari Bulog ke RPK kemudian ke masyarakat sebagai end user.

Bulog pun mempermudah akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam rantai pasok pangan nasional. Melalui inovasi digital, masyarakat yang ingin menjadi Sahabat RPK bisa mendaftar melalui aplikasi di telepon seluler. Melalui aplikasi MyRPK, masyarakat yang bergabung dalam ekosistem Bulog bisa memesan dan menjual produknya melalui ponsel.

Dari catatan Bulog, saat ini jumlah RPK yang berupa warung dan kios sudah mencapai 21.384 unit di seluruh Tanah Air. Dengan ratusan ribu RPK, Bulog berhasil menyalurkan hampir 300.000 ton beras ke masyarakat. Selain beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebanyak 253.293 ton, juga beras komersial sebanyak 42.675 ton.

Tak sekadar menjaga pasokan dan stabilisasi harga, keberadaan RPK akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Sebab, saat ini omzet RPK berkisar hingga Rp50 juta per bulan dengan potensi senilai Rp12 triliun per tahun dari seluruh RPK.

Pakar pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) DwiAndreas Santosa menilai, perubahan status Bulog dari badan penyangga pangan menjadi badan usaha perlu diperkuat. Karena sebagai badan usaha, Bulog harus menghasilkan untung. Di sisi lain, Bulog juga memiliki tugas untuk menjaga ekosistem pangan nasional.

Karenanya, lanjut Dwi, pemerintah perlu menggelontorkan anggaran tambahan untuk memperkuat Bulog. Hal itu dinilai perlu, agar selain menjaga pasokan pangan, Bulog juga bisa menjalankan bisnis ritelnya.

“Upaya Bulog ke sektor ritel (melalui RPK) sangat bagus. Bulog perlu memperbesar penguasaan pasar khususnya beras. Dengan kapasitas gudang 3 juta ton, Bulog memiliki kekuatan tiga kali lipat dibandingkan swasta. Sehingga Bulog memiliki kapasitas untuk menguasai pasar,” tegasnya kepada SINDOnews.

Dia menilai, ikhtiar mencapai kedaulatan pangan yang dilakukan Bulog sudah on the track. Hal itu terlihat dari berjalannya bisnis komersial, misi pengendalian harga, dan menyejahterakan petani secara bersamaan.

“Bulog harus ditambah anggarannya. Karena Bulog harus menjaga stok komoditas penting yang menjadi kewenangan Badan Pangan Nasional tetapi ditugaskan ke Bulog. Besaran anggaran tambahan mungkin 10,” sebut Dwi. Dengan anggaran yang kuat, lanjut dia, Bulog benar-benar menjadi perusahaan yang efisien dan efektif dan memiliki kapasitas berkompetisi di pasar dengan perusahaan swasta.

baca juga: Hadapi El Nino, Bulog Pastikan Stok Beras Aman

Perubahan fungsi Bulog dari masa ke masa, tidak mengubah komitmen Bulog menjadi pemimpin rantai pasok pangan yang terpercaya. “Kami terus menerus meningkatkan pelayanan sehingga bisa berkontribusi lebih bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujar Direktur Transformasi& Hubungan Antar Lembaga Perum Bulog Sonya Mamoriska.

Dalam mencapai kedaulatan pangan, rantai pasok yang adaptif dapat menjadi kunci untuk dapat mewujudkan transformasi sistem pangan nasional. Strategi yang dipilih selama ini cukup efektif, namun perlu diperkuat dengan manajemen yang lebih solid dan berkelanjutan.

Rantai pasok pangan yang efisien, berkelanjutan dan tangguh sangat penting dalam mencapai keberhasilan transformasi sistem pangan nasional. Karena itu, ikhtiar melalui transformasi yang dilakukan Bulog diharapkan bisa meningkatkan efisiensi, keberlanjutan dan ketangguhan dalam memastikan pasokan pangan yang sehat, bergizi dan seimbang.

Topik Menarik