Rusia Impor Dolar dan Euro dari Rwanda Senilai Rp450 miliar

Rusia Impor Dolar dan Euro dari Rwanda Senilai Rp450 miliar

Terkini | sindonews | Selasa, 3 September 2024 - 14:10
share

Rusia mengimpor lebih dari USD29 juta (atau setara Rp450 miliar) uang kertas dolar AS dan euro dari Rwanda tahun ini, meskipun ada sanksi Barat terhadap impor uang tunai. Hal ini berdasarkan laporan investigasi Vyorstka pada hari Senin, mengutip data rahasia bea cukai.

Seperti diketahui, Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang ekspor uang kertas mereka ke Rusia pada Maret 2022. Hal itu dilakukan setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

Baca Juga : 6 Bank Besar Rusia yang Kena Hantam Sanksi Barat, Begini Kondisinya

Melansir dari the Moscow Times, Sejak itu, sekitar USD2,27 miliar dolar dan euro telah dikirim ke Rusia dari negara-negara seperti Turki, Uni Emirat Arab, dan negara lain yang belum memberlakukan pembatasan tersebut.

Menurut Vyorstka, pada tanggal 23 Januari, eksportir senjata milik negara Rusia, Rosoboronexport, mengimpor uang kertas senilai $29,21 juta dari Kementerian Pertahanan Rwanda.

Sebelumnya, pada 18 Januari, sebuah perusahaan yang kurang dikenal bernama Aero-Trade, yang menyediakan layanan belanja bebas bea untuk penerbangan dan bandara. Perusahaan itu mendaftarkan dua pengiriman ke Rusia: satu senilai USD20 juta dan satu lagi seharga 20 juta euro (USD22,14 juta). Ini dilaporkan merupakan impor terakhir dari apa yang secara publik disebut oleh Rusia sebagai mata uang “beracun” hingga setidaknya 30 April.

Baca Juga : Negara Eropa Ini Tak Bisa Bertahan Tanpa Minyak Rusia

Reuters mengidentifikasi Aero-Trade sebagai satu-satunya perusahaan yang mengumumkan impor mata uang asing untuk tahun 2022 dan 2023, melaporkan total uang kertas senilai USD1,5 miliar dalam 73 pengiriman, masing-masing bernilai USD20 juta dalam dolar atau euro. Sumber dan tujuan pasti uang tunai tersebut tidak dapat ditentukan.

Dalam sebuah pernyataan pada saat itu, Aero-Trade mengatakan bahwa mereka “tidak terlibat dalam pasokan mata uang keras ke Rusia.” Rwanda termasuk di antara mayoritas anggota PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Topik Menarik