Berawal Dari Sopir dan Kernet, 5 Pemilik PO ini Sukses Bangun Perusahaan Transportasi Darat

Berawal Dari Sopir dan Kernet, 5 Pemilik PO ini Sukses Bangun Perusahaan Transportasi Darat

Gaya Hidup | mojokerto.inews.id | Jum'at, 9 Agustus 2024 - 14:20
share

JAKARTA, iNewsMojokerto.id - Industri transportasi darat di Indonesia tidak lepas dari peran penting perusahaan otobus (PO) yang menyediakan layanan bus antar kota dan provinsi. Di balik kesuksesan PO bus, terdapat sosok-sosok inspiratif yang memulai dari nol hingga mencapai puncak kejayaan.

Banyak kisah inspratif bagaimana mereka bertahan hidup hingga bisa mengggaji ribuan karyawan. Para pemilik PO bus ini merupakan sosok pekerja keras yang memiliki impian besar.

Bahkan, ada dari mereka berasal dari kernet dan sopir bus. Dirangkum iNews.id dari berbagai sumber, berikut lima pemilik PO bus berasal dari sopir dan kernet.

1. PO Roasalia Indah


salah satu armada bus Rosalia indah. (Foto: MPI)

Perusahaan otobus (PO) Rosalia Indah merupakan salah satu transportasi massal yang menawarkan layanan premium. PO bus tersebut dibangun oleh Yustinus Soeroso.

Jika melihat bus Rosalia Indah, banyak yang menyangka pemilik PO tersebut berasal dari keluarga pengusaha kaya. Nyatanya, pria yang akrab disapa Pak Roso ini merupakan seorang anak buruh tani dan memulai kariernya sebagai kernet (kondektur).

Masa kecil saya sangat kurang. Saya enam bersaudara dan bapak saya hanya seorang buruh tani. Saya termotivasi untuk hidup mandiri, sekolah mandiri, sehingga membuat saya memiliki prinsip untuk keluar dari rumah saat dewasa, kata Pak Roso dilansir dari kanal YouTube Perpalz.

Dia harus menjalani kehidupan dari bawah karena sulitnya mencari pekerjaan di kota dengan ijazah yang pas-pasan, hingga akhirnya menjadi kondektur bus.

Dari kondektur pelan-pelan, dengan bekerja keras dan doa dari keluarga akhirnya saya menjadi agen bus Timbul Jaya. Saat itu, saya nyari penumpang sendiri, jadi calo sendiri, apa-apa sendiri, ujarnya.

Namun, selama 11 tahun mengabdi di Timbul Jaya sebagai agen, Pak Roso mendapatkan banyak pelajaran. Bahkan, saat itu istrinya juga membantu menjalankan agen bus, sehingga keduanya memiliki pengalaman di dunia transportasi.

Apa yang saya dapatkan istri saya juga dapatkan, karena saat itu kami mengelola sampai 36 bus Timbul Jaya. Pada saat itu, segala sesuatunya saya yang menentukan, hampir 90 persen apa-apa saya, kata Pak Roso.

Pada 1983, Pak Roso melihat peluang karena PO Timbul Jaya hanya mengantar penumpang sampai Solo. Padahal, saat itu banyak penumpang dari Jawa Timur, tepatnya ke Blitar.

Akhirnya, Pak Roso mencari cara membeli satu unit yang digunakannya untuk mengantar penumpang yang turun di Solo menuju Blitar. Hingga akhirnya bisnis tersebut berjalan baik dan menambah dua unit pada 1984.

Itu merupakan awal mula Pak Roso bisa memiliki ratusan unit bus Rosalia Indah pada saat ini. Tapi, itu tak serta-merta mengubahnya menjadi seseorang yang congkak. Dia tetap membumi dan berpenampilan apa adanya.

Saya tidak ada tampang pamer, saat jadi kondektur ya seperti ini dan sekarang jadi bos ya seperti ini. Penampilan kondektur saja, ujarnya.

Penampilan sederhana itu membuat Pak Roso sempat disangka sebagai salah satu pegawai PO Rosalia Indah ketika ada mahasiswa yang ingin menyewa bus.

Ya karena penyampaian sopan dan tujuannya jelas. Saya bawa ke ruangan, dan di sana dia kaget saat tahu saya Pak Roso. Saya bilang gak apa-apa, memang Pak Roso tampilannya seperti kondektur. Jadi jangan kaget kalau Pak Roso tampilannya begini, tuturnya sambil tersenyum.

Kini, Rosalia Indah menjadi salah satu PO bus terbesar di Indonesia hingga memiliki ratusan armada. Tidak hanya usaha bus, mereka juga memiliki restoran, SPBU hingga hotel.

2. PO Harapan Jaya

PO Harapan Jaya merupakan salah satu PO yang sangat legendaris karena sudah beroperasi sejak 1972. Saat ini, PO kebanggaan masyarakat Tulungagung, Jawa Timur itu dinakhodai Sugio Utomo dan terus mengalami perkembangan sangat pesat.

Siapa nyana, PO Harapan Jaya justru dirintis dengan cerita melankolis yang dari seorang pria bernama Harjaya Cahyana. Awalnya Harjaya Cahyana adalah seorang sopir bus Nusantara yang punya banyak pengalaman trayek antar provinsi.


Banyak yang bertanya filosofi bus PO Harapan Jaya memakai gambar delapan kuda di setiap armada busnya. (Foto: Tangkapan Layar)

Setelah malang melintang jadi sopir bus, Harjaya Cahyana kemudian mencoba mendirikan PO dengan membeli satu bus. "Satu unit bus itu kira-kira senilai Rp350 juta waktu itu," ujar Sugio Utomo dikutip kanal YouTube PerpalzTV.

Pengorbanan sebesar itu ternyata membawakan hasil buat Harjaya Cahyana. Bus yang dia miliki jadi pilihan masyarakat Tulungagung yang ingin ke Surabaya. Tidak butuh waktu lama akhirnya Harjaya Cahyana menambah bus hingga tiga unit.

Dibantu sang istri dalam berbisnis, Harjaya mengoperasikan ketiga armada busnya dengan trayek Surabaya-Tulungagung pulang pergi (PP). Pada 1990-an, PO Harapan Jaya semakin berkembang hingga menambah kembali beberapa armada.

Pada 1993, bus yang memiliki julukan Kuda Oranye ini kembali membuka trayek baru, yaitu Tulungagung-Jakarta. Ini membuat mereka terus menambah armada.

Pada 2000, armada PO Harapan Jaya mencapai 85 unit dan kembali membuka berbagai rute baru. Hingga kini, PO Harapan Jaya memiliki berbagai layanan, seperti bus Antar Kota Dalam Provinisi (AKDP), Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), dan bus pariwisata.

3. PO Haryanto

Berdirinya PO Haryanto tak lepas dari perjuangan pemiliknya, Haji Haryanto. Dia lahir dari keluarga kurang mampu, sehingga sejak berusia muda sudah berjuang membantu perekonomian keluarga.

Suatu saat, Haryanto memutuskan untuk mendaftar Secata (Sekolah Calon Taruna). Setelah digodok selama lima bulan hingga lulus, dia berhak menyandang pangkat Prajurit Dua (Prada).


Kisah inspiratif PO Haryanto. (Foto: Istimewa)

Dalam penugasannya dia ditempatkan sebagai sopir batalyon. Dia kemudian menikah pada 1982, kebutuhan yang meningkat yang membuat Haji Haryanto memutuskan membeli angkot bermodalkan tabungan Rp750 ribu.

Saat itu, dia mengemudikan sendiri setelah pulang dinas. Pada 1987, usahanya semakin berkembang hingga memiliki beberapa unit mobil angkutan kota. Bahkan, saat krisis moneter Haji Haryanto membeli beberapa unit angkot bekas untuk dijadikan tambahan armada.

Namun, Haji Haryanto memutuskan membeli bus setelah menjual sejumlah angkot. Saat itu, PO Haryanto mulai berdiri dengan trayek awal Cikarang-Tangerang menggunakan lima bus.

Karier militer Haji Haryanto berakhir pada 2000. Dia memutuskan pensiun dini dengan pangkat terakhir Kopral Kepala. Keputusan itu diambil karena ingin fokus mengembangkan usaha di bidang transportasi darat.

Seiring perjalanan waktu, H Haryanto kini punya punya ratusan armada bus, SPBU dan restoran. Pria yang dikenal dermawan ini menerapkan aturan disiplin bagi karyawannya untuk tidak meninggalkan sholat.

4. PO Dedy Jaya

Siapa yang tak kenal dengan PO Dedy Jaya. Namun, siapa sangka pemilik PO bus asal Brebes, Jawa Tengah ini dulunya seorang kondektur.

PO Dedy Jaya didirikan H Muhadi Setiabudi, pada 11 Januari 1989. Sebelum terjun ke dunia transportasi, Muhadi merupakan seorang pekerja serabutan hingga menjadi kernet bus.

Bermodalkan uang tabungan, Muhadi membuka usaha berjualan bambu. Usahanya tersebut ternyata membuahkan hasil hingga bisa membuka toko bangunan. Ini dibantu berkat banyaknya kenalan dengan kontraktor.

Setelah 7 tahun berkecimpung di dunia bangunan, Muhadi terpikirkan untuk membuka usaha transportasi karena ada peluang. Bermodalkan pengalaman sebagai kernet, Muhadi sadar betul apa yang dibutuhkan penumpang sepanjang perjalanan.


PO Bus Dedy Jaya. (Foto: Instagram/@andri_saima)

Memiliki modal yang cukup besar dari hasil jualan bahan bangunan, Muhadi kemudian mengejar mimpinya membuka PO bus Dedy Jaya. Saat itu, dia memulai dengan menerjunkan delapan unit bus yang melayani trayek Brebes-Jakarta PP.

Kehadiran PO Dedy Jaya disambut baik masyarakat Brebes, Pekalongan, Tegal, dan Purwokerto. Mengingat saat itu mereka membutuhkan angkutan umum yang dapat mengantar dengan cepat dan nyaman ke Ibu Kota.

"Saya punya usaha di bidang transportasi ini sejak 1989, yang sampai hari ini masih bisa bertahan. Saya dulu pernah bekerja sebagai kondektur, dan Alhamdulillah bisa memiliki bus dengan usia (perusahaan) 34 tahun masih bertahan, kata H Muhadi dalam video di kanal YouTube PerPalZ TV.

Dia menuturkan usaha di bidang transportasi harus dikelola dengan baik agar bisa bertahan dan kuat. PO Dedy Jaya dibangun dari mimpi Muhadi yang akhirnya terwujud, sehingga tidak akan dibiarkan gagal.

Ini diawali dari mimpi, dulu seorang kondektur ingin punya bus. Alhamdulillah Allah SWT mengabulkan doa saya, dengan motto kami Teman Setia dalam Perjalanan. Kami ingin melayani penumpang dengan sebaik mungkin, ujar H Muhadi.

5. PO Sahaalah

Terlahir dari keluarga kurang mampu sebagai anak yatim, Nur Salim diasuh ibunya seorang diri setelah sang ayah meninggal dunia. Sementara sudara kandungnya dititipkan ke keluarga terdekat karena ekonomi keluarga yang sangat memprihatinkan.

Tak ingin merepotkan sang ibu, Nur Salim hanya melanjutkan sekolah sampai kelas 5 SD. Dia memilih membantu orang tuanya mencari nafkah untuk menyambung hidup.

Seiring berjalannya waktu, Nur Salim menjalani profesi sebagai sopir truk. Dia belajar banyak hal hingga akhirnya mahir mengemudikan kendaraan besar, paham mesin dan manajemen perusahaan.

Berbekal pengalaman panjangnya, Nur Salim memberanikan diri membangun perusahaan otobus (PO) sendiri bernama Sahaalah. Meski sebagai pendatang baru, operator bus yang bermarkas di Jepara, Jawa Tengah tersebut kini cukup disegani dan memiliki pelanggan sendiri.


PO Bus Sahaalah (Foto: Instagram dan YouTube PerpalZ TV)
Topik Menarik