Terus Berikhtiar Mencari Ikon Batik Khas Surabaya

Terus Berikhtiar Mencari Ikon Batik Khas Surabaya

Nasional | jawapos | Selasa, 1 November 2022 - 21:06
share

JawaPos.com- Pesona batik kian membumi. Warisan budaya nusantara itu pun telah memiliki tempat tersendiri. Tak terbatas pada generasi baby boomer, kalangan milenial pun kian mencintai batik. Batik pun terus bertransformasi. Pola, desain, dan perwarnaan makin beragam.

Sentuhan ide, inovasi, dan kreativitas perancangnya, membuat begitu banyak kalangan turut menyuarakan, menggunakan, dan menciptakan berbagai event yang mendukung pelestarian batik. Jaring-jaring kemandiaran ekonomi dari usaha itupun terus bertumbuh memgikutinya di banyak daerah.

Pun demikian juga di Kota Surabaya. Namun, tidak seperti daerah lain, tidak mudah untuk dapat menelusuri jejak perkembangan batik di Kota Pahlawan. Maklum, bisa jadi hal itu karena dalam sejarahnya, Surabaya hanya sebagai tempat transit perdagangan. Karena itu, ikhtiar pencarian batik khas yang bisa menjadi ikon masih terus dilakukan.

Event Karnaval Nang Tunjungan pada 30 Oktober lalu, juga bagian dari ikhtiar pencarian tersebut. Sejatinya, sudah ada beberapa motif batik di Surabaya. Sebut saja, batik Kembang Semanggi, batik Ayam Jago bagian dari legenda Sawunggaling, batik Ujung Galuh, batik Cheng Ho hingga batik Sura dan Baya.

Di Karnaval Nang Tunjungan, Pemkot Surabaya memperkenalkan sejumlah motif batik baru. Salah satu di antaranya motif Sparkling Surabaya. Motif batik itu dikenakan pasangan suami-istri Fandi Akhmad Yani dan Nurul Haromaini Ali, bupati Gresik dan ketua tim penggerak PKK Gresik.

Perancang batik Sparkling adalah Era Wardani Krisnayanti, alumnus Sastra Inggris Unair. Motif batik tampak eye cathing dan terasa antimainstream. Warnanya telihat berani. Dominan merah dan biru. Seperti menggambarkan semangat keberanian Arek-arek Suroboyo.

Era Krisna, panggilan akrabnya, mengungkapkan, pergelaran Karnaval Nang Tunjungan itu berawal dari ide Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekrasnada) Surabaya Rini Indriyani. Dikatakan, istri Wali Kota Eri Cahyadi itu memiliki keinginan kuat untuk mencipta motif batik yang diharapkan benar-benar bisa menjadi ikon khas Kota Surabaya dan kekinian.

Akhirnya, Bu Wali Kota (Rini Indriyani, Red) mengumpulkan para desainer Surabaya. Termasuk saya, ujarnya kepada JawaPos.com, Selasa (1/11).

Era pun menjadi tertantang. Dia pun mendapatkan ide mengangkat batik motif Sparkling. Bukan tanpa sebab dia mengadopsi motif itu. Sebab, saat ini Surabaya benar-benar sparkling. Taman-taman menghias indah di mana-mana. Di batik Sparkling ini terdapat motif bunga-bunga seperti dalam logo Sparkling dan juga ada gambar ikan dan buaya, jelasnya.

Yang menarik, rancangan batik Sparkling itu dipadupadankan dengan tenun khas Wedani, Gresik. Sentuhan tenun itupun menambah cantik busana sarimbit yang dikenakan bupati Gresik beserta istri tersebut. Kombinasi batik dengan tenun Wedani itu atas masukan dari Ning Nurul. Saya sampai datang langsung ke Wedani untuk observasi, ujar Era.

Di panggung Karnaval Nang Tunjungan, motif batik Sparkling dan busana rancangan Era itupun banyak mendapat apresiasi pengunjung. Terlebih, saat berjalan di catwalk, bupati Gresik dan istri tampak penuh percaya diri mengenakannya. Senyum dan sesekali tangannya melambai ke penonton. Kilatan kamera pun mengabadikan momentum langka itu.

Desain batik Sparkling Surabaya hasil desain Era Krisna.

Pada batik Sparkling itu saya juga memberikan sentuhan obi (sabuk pinggang, Red) di busana yang dikenakan Ning Nurul, sehingga membuatnya lebih anggun, terkesan santai, namun tetap elegan, paparnya.

Era mengungkapkan, selepas dipamerkan di event Festival Nang Tunjungan, batik-batik itu akan dipatenkan. Dia juga memimpikan, batik Sparkling Surabaya dapat diproduksi masal. Kemungkinan tidak menggunakan batik tulis, tapi memanfaatkan teknologi cap. Bukan mesin industri. Kalau menggunakan batik tulis itu kan lama proses dan tahapannya, ucap dia.

Berapa perkiraan harga busana batik motif Sparkling yang dikenakan bupati Gresik dan istri itu? Era menyebut sekitar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta.

Dalam akun Instagramnya, Nurul juga memberikan apresiasi atas launching batik Surabaya oleh Ketua Dekrasnada Surabaya Rini Eri Cahyadi. Ada motif Sparkling, Suro dan Boyo hingga motif Semanggi.

Sukses terus Dekranasda Surabaya. Baju yang saya dan Pak Bupati pakai ini adalah batik khas Surabaya, yaitu Sparkling dipadu atau kolaborasikan dengan tenun Wedani Gresik di bagian pinggiran kerah baju dan obinya. Terima ksih juga kepada Ibu Era Krisna yang sudah mendesign baju yang keren ini, tulisnya.

Dalam launching itu, Pemkot Surabaya juga menghadirkan sejumlah kepala daerah lain di wilayah sekitar. Selain dari Gresik, juga Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali beserta istri, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi beserta istri, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati dan Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari berserta suami masing-masing.

Mereka juga menjadi model dadakan dengan mengenakan busana batik Surabaya. Busana motif batik rancangan baru yang mereka pakai juga menarik dan bernuansa kekinian. Mereka juga terlihat enjoy memeragakan busana batik itu.

Sebelumnya, Wali Kota Eri Cahyadi mengungkapkan, Karnaval Nang Tunjungan yang digelar Pemkot Surabaya bersama Dekranasda Surabaya dan Bank Jatim merupakan kali pertama digelar setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.

Kegiatan itu terbukti menjadi magnet ribuan warga. Antusias para pengunjung terlihat saat memadati setiap sudut gelaran acara, Terlebih, disuguhkan berbagai hiburan menarik. Rencananya, bakal dijadikan agenda tahunan.

Eri juga menyampaikan banyak terima kasih para kepala daerah dari Gresik, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan, yang telah turut berkolaborasi dalam event Karnaval Nang Tunjungan. Kolaborasi memang sudah menjadi kebutuhan untuk bersama-sama memajukan ekonomi kreatif. Terutama di sektor UMKM sebagai tulang punggung kemandirian ekonomo masyarakat.

Topik Menarik