Produksi Minyak RI Turun, Pemerintah Tawarkan Waktu Eksplorasi 10 Tahun hingga Lelang Tanpa Join Study

Produksi Minyak RI Turun, Pemerintah Tawarkan Waktu Eksplorasi 10 Tahun hingga Lelang Tanpa Join Study

Ekonomi | inews | Senin, 23 September 2024 - 21:19
share

JAKARTA, iNews.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui produksi minyak di Tanah Air tengah menurun. Padahal, konsumsi komoditas energi ini mengalami peningkatan.

Menurut Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, Ariana Soemanto penemuan cadangan minyak terbesar (giant discovery) di Indonesia terakhir kali terjadi pada tahun 2.000-an silam dan hanya terjadi di Blok Cepu, Bojonegoro Jawa Timur, saja. 

“Kalau terkait dengan isu minyak gas itu bahwa produksi minyak kita itu relatif menurun, sementara konsumsinya tinggi,” kata Ariana saat Focus Group Discussion bertajuk 'Memikat Investor Hulu Migas Demi Ketahanan Nasional', Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024). 

“Namun, itu terjadi karena ya memang giant discovery terakhir itu memang relatif hanya Blok Cepu aja di tahun 2.000-an,” tutur dia. 

Berbeda dengan produksi minyak, Ariana mencatat di sektor gas bumi isu saat ini agak berbeda, lantaran produksi terkerek naik, tetapi konsumsinya menurun. Kondisi ini membuat Indonesia mengalami surplus gas bumi. 

“Namun, kalau ke gas bumi, isunya memang agak beda karena konsumsinya itu jauh lebih tinggi dibanding konsumsi, konsumsi itu lebih rendah dibanding produksinya. Artinya kita punya surplus dan justru kita ada ekspor di sana,” ucap dia.

Dari kondisi hulu minyak dan gas bumi (migas) tersebut, Ariana pun membeberkan sejumlah inisiatif pemerintah untuk mendorong masuknya investasi di hulu migas dalam negeri. 

Inisiatif yang dimaksud di antaranya, melakukan eksplorasi kondensasi biogas. Di mana, pemerintah fokus di lima wilayah di Timur Indonesia, yaitu Buton, Papua, Selang, Arum, dan Timor. 

“Terhadap lima area itu nggak hanya sekadar dapet area, dijamin saja. Contohnya tuh, dari lima area itu sudah ada yang jadi blok migas baru, sudah ada yang jadi kandidat blok yang nanti bulan depan mau dilelang, tadi eksplorasi juga lagi jalan, atau lagi gitu,” ucap dia. 

“Kemudian kita juga ada terhadap blok migas baru lagi, kita lakukan tahun 2024 ini lima blok sudah dilelang. Enam blok bulan Oktober nanti akan dilelang lagi kurang lebih di bulan 6 gitu ya,” ucap dia.

Saat ini, ada pengajuan eksplorasi migas di 17 area, termasuk eksplorasi dari BP dan ExxonMobil. Ariana menilai pengajuan tersebut mengindikasikan bahwa hulu migas di Indonesia masih menarik bagi investor. 

Strategi berikut, pemerintah memberlakukan kebijakan bagi hasil kontraktor hingga 50 persen. Persentasenya naik tajam dibandingkan sebelumnya yang berada di angka 15-30 persen. 

“Kemudian kita berikan fleksibilitas kontrak migas. Bisa pilih, mau skema cost recovery, mau skema growth split. Kalau dulu dipaksa skemanya growth split, kalau sekarang bisa pilih cost recovery maupun growth split,” kata Ariana. 

Inisiatif selanjutnya, pemerintah menawarkan tambahan waktu eksplorasi hingga 10 tahun, eksplorasi di luar wilayah bidang migas, lelang tanpa joint study, minuman signature bonus, investment credit, FTP shareable, dan lainnya.

“Artinya ini fokusnya dari pemerintah bahwa tambahan waktu eksplorasi kalau enggak ya mungkin itu gak terjadi. Kemudian juga ada eksplorasi di luar wilayah bidang biogas,” tutur dia.

Tak hanya itu, otoritas juga melaksanakan optimalisasi produksi berbasis teknologi alias digital. Proses ini sudah diterapkan di Blok Cepu, khususnya untuk proyek Banyu Urip Infill Clastic milik ExxonMobil.

"Penerapan teknologi optimasi produksi contohnya dalam beberapa waktu 3 bulan terakhir ini kayak Blok Cepu, ada proyek Banyu Urip Infill Clastic, Exxon Mobil, dan dengan cara tujuh sumur, satu sumur sudah produksi 13.000 barel per hari. Satu sumur lagi, lagi mungkin minggu ini atau minggu depan dapat tambahan satu sumur lagi,” kata Ariana.

Topik Menarik