KUR BRI Bikin Pedagang Keripik Tempe Ini Bertahan Melewati Masa Pandemi
Syahroni dan istri tampak semringah mengikuti bazar UMKM yang digelar bersamaan dengan acara Panen Hadiah Simpedes BRI Kantor Cabang Radio Dalam di Dewandaru Pendowo, Jakarta Selatan, awal November 2024.
Syahroni (43) melayani beberapa pengunjung yang membeli keripik tempe di booth yang telah disediakan BRI Kantor Cabang Radio Dalam. Sejumlah pedagang UMKM yang menjual berbagai makanan dan minuman juga hadir meramaikan.
Syahroni salah satu pedagang keripik tempe UMKM binaan BRI Kantor Cabang Radio Dalam yang merasakan manfaat pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dia tergabung dalam cluster perajin keripik tempe Keramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Produksi keripik tempe Syahroni saat ini dipasarkan di tiga mall besar di ibu kota Jakarta, yaitu Gandaria City (Gancit), Blok M Plaza, dan Mall Kota Kasablanka (Kokas). Keripik tempe yang dijual memiliki sejumlah varian, yaitu original, balado, jagung manis, dan balado pedas manis.
"Untuk ke Kokas saja saya bisa juga sebanyak 200 sampai 300 bungkus keripik tempe dalam seminggu. Kalau Gancit dan Blok M Plaza, naik turun, rata-rata bisa 50 bungkus seminggu," ungkap Syahroni kepada SINDOnews.
Syahroni menuturkan menekuni berjualan keripik tempe pada tahun 2008, kebetulan sekitar tempat tinggalnya rata-rata merupakan penjual keripik tempe. Dia bisa menjual keripik tempe ke sejumlah mall setelah dikenalkan dengan manajer pengelola koperasi pedagang umkm di pusat perbelanjaan.
Tentu prosesnya tidak mudah karena produk keripik tempe harus memenuhi sejumlah persyaratan, di antaranya penggunaan minyak goreng, proses pembuatan, kemasan dan sertifikat halal. Pada awalnya dia hanya menjual sekitar 50 bungkus keripik tempe.
"Sebulan, dua bulan, paling yang laku sekitar 50 bungkus. Mungkin belum kenal, setelah tahu, penjualan mulai meningkat. Seminggu bisa jual banyak, sampai 200 bungkus," ujarnya.
Tantangan terbesar hadir ketika Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 yang membuat penjualan keripik tempe di mall turun drastis. Apalagi ketika diberlakukan lockdown hampir semua mall ditutup dan tak ada pengunjung yang datang.
Syahroni merasakan dampak yang begitu besar, bahkan kredit cicilan mobil yang biasa digunakan untuk membawa keripik tempe belum dibayar 3 bulan. "Saya memberanikan diri mengambil pinjaman ke BRI sekitar Rp65 juta untuk takeover mobil yang biasa digunakan mengantar keripik tempe," ucapnya.
Untuk bertahan selama masa pandemi, Syahroni menjual keripik tempe sejumlah warung-warung agar tetap produktif. Dia juga mencoba berjualan melewat secara online melalui sejumlah aplikasi dan melayani pembeli reseller yang datang ke tempatnya.
Setelah Pandemi COVID-19 berlalu usaha keripik tempe Syahroni mulai bergairah dan bisa memasarkan ke mall meskipun melalui protokol ketat. Melihat usaha keripik tempe kembali bangkit, dia menambah pinjaman ke BRI untuk menambah modal usaha.
"Saya istilahnya top-up pinjaman jadi Rp120 juta dipotong sisa utang sebelumnya untuk takeover mobil. Angsuran Rp2,5 juta per bulan selama 4 tahun. Itu membantu sekali, saya tetap bisa usaha dan menghidup keluarga dengan tiga anak. Tadinya saya mau pulang kampung menghadapi kondisi susah saat pandemic," ungkap Syahroni.
Diketahui, wilayah RT 009/RW 08 di Kelurahan Kramat Pela dikenal sebagai sentra pembuat tempe dan perajin keripik tempe. Produksi keripik tempe Kramat Pela menguasai pasar Jabotabek, bahkan beberapa perajin ada yang mendapat pesanan dari luar negeri, seperti ke Thailand.
Warga RT 009/RW 08 di Kelurahan Kramat Pela sudah lama dikenal sebagai pembuat tempe dan perajin keripik tempe. Usaha ini dilakukan secara turun-temurun selama bertahun-tahun sejak 1980-an oleh warga yang tinggal di sana.
Joko Asrori yang sudah menjabat sebagai ketua RT selama 25 tahun mengungkapkan bahwa usaha membuat tempe dan keripik tempe ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Seluruh warga RT 009 yang berjumlah 149 kepala keluarga (KK) atau sekitar 400 jiwa sebagian besar menjadi menjadi pembuat tempe dan perajin keripik tempe.
Ciswanto, agen Brilink sekaligus Ketua Paguyuban Pedagang Cluster BRI Pengrajin Tempe Kebayoran Lama mengatakan, dalam paguyuban ada 49 anggota perajin tempe yang semuanya bermitra dengan BRI. Sebagai mitra UMKM, mendapatkan KUR Rp25 juta sampai Rp50 juta.
Bahkan ada yang sampai Rp100 juta atau Rp500 juta. "Kami mudah mendapatkan KUR, karena paguyuban ini sudah mempunyai legalitas yang jelas. Kita sudah mendapatkan bantuan seperti dandang perebusan kedelai, keranjang transportasi, gerobak, kompor gas," kata Ciswanto.