Siapa Walid Ahmad? Remaja Palestina yang Tewas di Penjara Israel Dikenal Pencetak Gol Terbanyak di Timnya
Keluarga Walid Khaled Abdullah Ahmad, seorang tahanan Palestina berusia 16 tahun, sedang berduka atas kematiannya di Penjara Megiddo Israel, tempat ia menjadi korban dari apa yang mereka gambarkan sebagai penyiksaan dan pengabaian yang disengaja oleh otoritas Israel.
Di dalam rumah keluarga di Silwad, sebuah kota di sebelah timur Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, kesedihan dan keterkejutan memenuhi udara. Ayah Walid memegang foto putranya yang tersenyum, yang kini menjadi kenangan menyakitkan tentang kehidupan yang berakhir singkat.
Siapa Walid Ahmad? Remaja Palestina yang Tewas di Penjara Israel Dikenal Pencetak Gol Terbanyak di Timnya
1. Siswa Berprestasi dan Pencetak Gol Terbanyak
“Dia ditangkap saat fajar pada 30 September 2024, saat terjadi penggerebekan brutal Israel. Tentara menghancurkan perabotan kami dan membawanya dari tempat tidurnya saat dia masih mengenakan pakaian dalam," kata Khaled Ahmad, ayah Walid.“Dia adalah siswa berprestasi, pencetak gol terbanyak di tim sepak bola lokalnya, dan sedang bersiap untuk bergabung dengan tim nasional Palestina,” kata ayahnya kepada Anadolu.
“Dia bercita-cita belajar perbankan di luar negeri dan kembali untuk mengabdi kepada rakyatnya. Masa depannya cerah. Dia adalah putra tertua, dengan satu saudara laki-laki dan dua saudara perempuan, dan ketidakhadirannya telah meninggalkan luka yang tak tersembuhkan pada keluarga kami," Ahmad menambahkan.
Pekan lalu, Masyarakat Tahanan Palestina dan Komisi Urusan Tahanan mengonfirmasi kematian Walid, dengan mengatakan bahwa mereka secara resmi diberitahu oleh Administrasi Sipil Israel.
Kedua organisasi tersebut menyatakan bahwa kematiannya merupakan bagian dari pola yang lebih luas dari "pelanggaran sistematis" di penjara-penjara Israel, yang telah meningkat sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023.
2. Belum Dijatuhi Hukuman
Walid masih dalam tahanan dan belum dijatuhi hukuman ketika ia meninggal, tetapi keluarganya melaporkan bahwa pasukan Israel memperlakukannya dengan "penganiayaan berat."Menurut ayahnya, otoritas Israel memperlakukan Walid dengan "pemukulan, kelaparan, dan pengabaian medis selama ia berada dalam tahanan."
"Laporan otopsi menunjukkan bahwa ia telah kehilangan berat badan yang signifikan, menderita kudis dan infeksi, dan telah jatuh pingsan sebelum kematiannya," kata Ahmad, seraya menambahkan: "Israel dengan sengaja membunuh tahanan anak-anak."
"Walid tidak memiliki masalah kesehatan sebelumnya. Ia dibiarkan kelaparan, tidak diobati, dan akhirnya dibunuh." Ia menambahkan bahwa kematian Walid dapat dicegah jika ia menerima perhatian medis dan makanan yang tepat.
“Kami hanya ingin menguburkan putra kami dengan bermartabat. Jenazahnya harus diserahkan kepada kami agar kami dapat memberinya pemakaman yang layak sesuai dengan hukum Islam,” kata Ahmad.
3. Memiliki Kewarganegaraan Ganda yakni Brasil
Walid Ahmad juga merupakan warga negara Brasil, yang mendorong para pejabat dan organisasi sipil di Brasil untuk mengikuti kasusnya dengan saksama. Namun, ayahnya menyatakan ketidakpercayaannya pada komite investigasi internasional, dengan mengatakan: “Kami tidak mempercayai komite investigasi mana pun. Yang kami inginkan hanyalah menguburkan putra kami.”Menurut Amani Sarahneh, juru bicara Masyarakat Tahanan Palestina, Walid adalah “martir kecil pertama” yang meninggal dalam tahanan Israel sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
“Ia adalah salah satu dari 63 tahanan yang dikonfirmasi telah meninggal di penjara Israel sejak 7 Oktober, dan kemungkinan bukan yang terakhir,” katanya.
Sarahneh menambahkan bahwa banyak tahanan lainnya, terutama dari Gaza, telah meninggal dalam kondisi yang sama, tetapi identitas dan penyebab kematian mereka masih belum diketahui.
4. Meninggal karena Kelaparan
Laporan medis menunjukkan bahwa kematian Walid disebabkan oleh beberapa faktor termasuk "kelaparan, trauma fisik yang parah, infeksi, dan dehidrasi," kata juru bicara tersebut. Ia mencatat bahwa laporan tersebut juga menyebutkan "kudis dan muntah sebagai gejala tambahan yang menyebabkan kondisinya," dan menjelaskan: "Kelaparan diyakini sebagai penyebab utama kematian.""Kasusnya merupakan gambaran tragis dari kondisi brutal yang dialami anak-anak dan tahanan lainnya," Sarahneh memperingatkan. "Jika kelaparan dan pengabaian terus berlanjut, lebih banyak kematian tidak dapat dihindari."
Sarahneh menambahkan bahwa kematian Walid seharusnya menjadi "seruan bagi masyarakat internasional untuk mengatasi kondisi mengerikan yang dihadapi oleh tahanan Palestina."
Krisis yang sedang berlangsung bagi tahanan Palestina
Menurut kelompok hak asasi Palestina, lebih dari 9.500 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, saat ini ditahan di penjara Israel. Mereka menghadapi penyiksaan, perampasan makanan dan perawatan medis, dan kondisi kehidupan yang keras. Banyak dari mereka ditahan dalam penahanan administratif tanpa pengadilan atau dakwaan.
Dalam kasus Walid, kelompok hak asasi manusia berpendapat bahwa kondisi di mana ia meninggal mencerminkan pola pelanggaran Israel terhadap tahanan Palestina, khususnya anak di bawah umur.
Organisasi hak asasi manusia terus menyerukan intervensi internasional untuk mengakhiri penganiayaan sistematis dan memastikan akuntabilitas.
Tentara Israel melancarkan operasi udara mendadak di Jalur Gaza pada 18 Maret, menewaskan lebih dari 1.100 orang, melukai lebih dari 2.700 lainnya, dan melanggar gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.
Lebih dari 50.500 warga Palestina telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan hampir 114.800 orang terluka dalam serangan militer Israel yang brutal di Gaza sejak Oktober 2023.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.