PLN EPI Kick Off Proyek Gasifikasi 13 Pembangkit di NTB dan NTT
Guna meningkatkan ketahanan energi dan mendukung pencapaian target transisi energi di wilayah Timur Indonesia, Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) meresmikan kick off proyek gasifikasi pembangkit listrik gas di 13 titik strategis di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Melalui program gasifikasi ini, ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) akan dikurangi dengan beralih ke gas yang lebih ramah lingkungan dan efisien.
"Proyek gasifikasi ini akan mengurangi penggunaan BBM secara signifikan, dari 3,5 juta kiloliter (KL) menjadi hanya 0,5 jutaKL pada tahun 2030," ujar Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara melalui keterangan pers, Senin (30/12/2024). Melalui proyek gasifikasi tersebut, jelas Iwan, PLN EPI menargetkan penghematan dalam biaya operasional. Tak hanya itu, gasifikasi juga diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi pembangkit listrik di berbagai wilayah di Indonesia.
Program gasifikasi kluster Nusa Tenggara pada tahap pertama akan mencakup 13 lokasi pembangkit gas eksisting yang tersebar di wilayah NTB dan NTT, meliputi PLTMGU Lombok Peaker, PLTMG Mobile Power Plant (MPP) Jeranjang, PLTMG Lombok 2, PLTMG Sumbawa 1,2 dan 3, PLTMG Bima, PLTMG Kupang Peaker, PLTMG Kupang 2, PLTMG Maumere, PLTMG MPP Labuan Bajo, PLTMG Rangko dan PLTMG Flores. Total kapasitas pembangkit dari tiga belas titik ini mencapai 658 Megawatt (MW).
"Kick off yang dilaksanakan pada 23 Desember 2024 di PLTMG Lombok Peaker ini dimulai dengan penyiapan konstruksi untuk memastikan gasifikasi dapat diselesaikan pada pertengahan 2026," kata Iwan.
Sementara itu, Direktur Manajemen Pembangkitan PT PLN (Persero) Adi Lumakso menegaskan bahwa gasifikasi merupakan langkah strategis untuk mengatasi permasalahan ketergantungan pada BBM yang mahal dan beremisi tinggi.Adi menambahkan, gasifikasi juga akan membantu mengurangi biaya produksi listrik dan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di wilayah-wilayah yang memiliki potensi energi terbarukan tetapi bersifat intermittent, seperti tenaga surya dan angin.
"Dengan dimulainya program gasifikasi ini, pasokan gas akan tersedia secara berkelanjutan, sehingga dual-firing system dapat dioptimalkan untuk memprioritaskan penggunaan gas sebagai sumber energi utama yang tersedia melimpah di dalam negeri. Ini akan mengurangi risiko gangguan suplai untuk pembangkit," tuturnya.
Asisten I Setda Kota Mataram Lalu Martawang menyoroti pentingnya proyek gasifikasi dalam mendorong kemajuan Kota Lombok. Proyek ini menurutnya akan menjadi tonggak penting bagi pembangunan berkelanjutan di Lombok, terutama dalam mendukung sektor pariwisata dan industri. "Dengan adanya gasifikasi di Lombok, kami optimistis kota ini akan berkembang pesat, menarik lebih banyak investasi, dan meningkatkan daya tarik bagi para investor, khususnya di Kota Mataram," tandasnya.