Era Gas Murah Rusia ke Uni Eropa Resmi Berakhir, Berikut Beragam Responsnya

Era Gas Murah Rusia ke Uni Eropa Resmi Berakhir, Berikut Beragam Responsnya

Terkini | sindonews | Kamis, 2 Januari 2025 - 17:43
share

Gas Rusia resmi berhenti mengalir ke negara-negara Uni Eropa (UE) melalui Ukraina setelah kesepakatan lima tahun tidak lagi dilanjutkan. Dihentikannya kontrak transit via Ukraina, menandai berakhirnya era gas murah Rusia ke Eropa dalam beberapa dekade terakhir.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan, bahwa negaranya tidak akan mengizinkan Rusia untuk "mendapatkan miliaran tambahan dari darah kita". Sementara itu, pemerintah Polandia menerangkan, pemotongan gas Rusia menjadi "kemenangan lain" melawan Moskow.

Sementara Komisi Eropa mengungkapkan, Uni Eropa telah mempersiapkan perubahan dan mengklaim sebagian besar negara dapat mengatasinya. Moldova yang masih menjadi kandidat anggota UE sudah mengalami kekurangan, usai Rusia menghentikan aliran energinya ke negara tersebut.

Namun Rusia masih dapat mengirim gas ke Hongaria, Turki dan Serbia melalui pipa TurkStream melintasi Laut Hitam. Perusahaan Rusia, Gazprom mengkonfirmasi bahwa ekspor gas melalui Ukraina ke Eropa dihentikan mulai pukul 08:00 waktu setempat (05:00 GMT) pada hari Rabu (1 Januari 2025).

Semua itu dimulai ketika Moskow telah mengangkut gas ke Eropa melalui Ukraina sejak 1991. Sementara efek langsung, dampak strategis dan simbolis untuk seluruh Eropa diyakini bakal sangat besar.

Bagi Rusia, mereka telah kehilangan pasar yang penting, tetapi Presiden Vladimir Putin mengatakan, negara-negara Uni Eropa yang akan paling menderita.

Uni Eropa diketahui sudah mengurangi impor gas dari Rusia secara signifikan, sejak Kremlin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022. Akan tetapi sejumlah negara anggota eropa timur masih sangat bergantung pada pasokan energi Moskow, hingga membuat Rusia mengantongi sekitar USD5,2 miliar per tahun.

Pada sepanjang tahun 2023 menurut blok tersebut, Gas Rusia kurang dari 10 dari impor gas UE. Angka itu mencapai 40 pada tahun 2021. Tetapi beberapa anggota Uni Eropa, termasuk Slovakia dan Austria, terus mengimpor gas dalam jumlah besar dari Rusia.

Regulator energi Austria mengatakan, bahwa mereka tidak memperkirakan adanya gangguan karena memiliki sumber yang beragam dan membangun cadangan.

Tetapi akhir dari kesepakatan transit telah menyebabkan ketegangan serius dengan Slovakia, yang sekarang menjadi titik masuk utama gas Rusia ke Uni Eropa dan mendapatkan biaya transit dari pipa gas ke Austria, Hongaria dan Italia.

Slovakia mengatakan, bakal membayar lebih untuk rute alternatif. Regulator energinya mengumumkan pada awal Desember, bahwa harga Gas untuk konsumen akan naik pada tahun 2025.

Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico mengatakan, pada hari Rabu (1/12/2024) bahwa akhir kesepakatan akan memiliki konsekuensi "drastis" bagi negara-negara Uni Eropa, tetapi tidak pada Rusia, seperti dilaporkan Reuters.

Fico - yang baru saja melakukan kunjungan mendadak ke Moskow untuk pembicaraan dengan Putin - mengancam akan berhenti memasok listrik ke Ukraina.

Hal ini mendorong Zelensky untuk menuduh Fico membantu Putin "mendanai perang dan melemahkan Ukraina".

"Fico menyeret Slovakia ke dalam upaya Rusia untuk menyebabkan lebih banyak penderitaan bagi warga Ukraina," kata presiden Ukraina.

Sedangkan Polandia telah menawarkan bantuan kepada Kiev, jika Slovakia memotong ekspor listriknya - pasokan yang sangat penting bagi Ukraina, yang pembangkit listriknya diserang Rusia.

Menteri Luar Negeri Polandia, Radoslaw Sikorski mengatakan, bahwa ada rute pasokan gas alternatif dari pasar internasional, seperti terminal di Kroasia dan koneksi dari Jerman dan Polandia.

"Rute-rute ini harus dieksplorasi sehingga Rusia tidak menghasilkan uang dari penjualan minyak dan gas ke Uni Eropa," kata Sikorski.

Polandia mengimpor gas dari AS, Qatar dan Laut Utara, tambahnya. "Sejauh yang saya pahami, semua negara memiliki rute alternatif," katanya.

Moldova - yang bukan bagian dari Uni Eropa - dapat terpengaruh secara serius dengan berakhirnya kontrak transit. Hal ini lantaran sebagian besar listriknya dihasilkan dari pembangkit yang membakar gas Rusia.

Ini juga memasok wilayah Transnistria yang memisahkan diri yang didukung Rusia, sepotong kecil tanah yang terjepit antara Moldova dan Ukraina di mana sekitar 300.000 orang tinggal.

Topik Menarik