Orang Tua di Korea Selatan Rela Dikurung dalam Sel demi Bisa Pahami Anak

Orang Tua di Korea Selatan Rela Dikurung dalam Sel demi Bisa Pahami Anak

Gaya Hidup | sindonews | Rabu, 3 Juli 2024 - 13:40
share

Fenomena unik terjadi di Korea Selatan. Sejumlah orang tua rela mengurung diri di dalam sel yang disebut Happiness Factory, demi bisa memahami anak-anak mereka yang mengalami hikikomori.

Hikikomori adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang menarik diri dari kehidupan sosial. Kondisi ini membuat anak di Korea Selatan mengurung diri di kamar selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Selama dikurung dalam sel, para orang tua di Korea Selatan tidak diizinkan menggunakan ponsel atau laptop. Ruangan tersebut berukuran tidak lebih besar dari lemari penyimpanan, dan penghuninya hanya memiliki dinding kosong sebagai teman.

Dilansir dari BBC, Rabu (3/7/2024), kebanyakan orang tua yang mengurung dirinya di dalam sel memiliki anak yang telah sepenuhnya menarik diri dari masyarakat, dan telah belajar sendiri bagaimana rasanya terputus dari dunia.

Baca Juga: Viral! Penampakan Tenda Haji Rasa Glamping, Fasilitas Mewah Jamaah Korea Selatan

Tahun lalu, survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan terhadap 15.000 orang berusia 19 hingga 34 tahun menemukan lebih dari 5 persen responden mengisolasi diri. Jika ini mewakili populasi Korea Selatan yang lebih luas, itu berarti sekitar 540.000 orang berada dalam situasi yang sama.

Di sisi lain, sejak April, para orang tua di Negeri Ginseng tersebut telah berpartisipasi dalam program pendidikan orang tua selama 13 minggu yang didanai dan dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Korea Youth Foundation dan Blue Whale Recovery Centre.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengajarkan orang cara berkomunikasi lebih baik dengan anak-anak mereka. Program ini mencakup tiga hari di sebuah fasilitas di Hongcheon-gun, Provinsi Gangwon, tempat para peserta menghabiskan waktu di sebuah ruangan yang menyerupai sel isolasi.

Harapannya adalah isolasi akan memberikan orang tua pemahaman yang lebih dalam tentang anak-anak mereka. Salah satu orang tua yang mengikuti program ini adalah Jin Young Hae. Putranya telah mengurung diri di kamarnya selama tiga tahun.

Baca Juga: Korea Selatan Beri Rp11 Juta bagi Warganya yang Mau Pacaran Imbas Populasi Menurun

Jin Young Hae berharap dengan merasakan pengalaman dikurung, ia bisa lebih memahami perasaan putranya yang berusia 24 tahun dan bagaimana membantunya keluar dari kondisinya. Putra Jin Young Hae telah mengisolasi diri di kamar tidurnya selama tiga tahun.

"Saya bertanya-tanya apa kesalahan saya. Menyakitkan untuk dipikirkan. Namun saat saya mulai merenung, saya memperoleh kejelasan," kata Jin Young Hae.

Jin Young Hae mengatakan putranya sangat berbakat, sehingga ia mempunyai harapan tinggi terhadapnya. Namun ia sering sakit, kesulitan mempertahankan persahabatan, dan akhirnya mengalami gangguan makan, sehingga menyulitkannya untuk bersekolah.

Ketika putranya mulai masuk universitas, ia tampak baik-baik saja selama satu semester. Namun suatu hari, ia benar-benar putus asa. Melihatnya terkunci di kamarnya, mengabaikan kebersihan pribadi dan makan, menghancurkan hati Jin Young Hae.

Baca Juga: 5 Aturan dan Tips Liburan ke Korea Selatan, Jangan Banyak Ngobrol

Di sisi lain, kecemasan, kesulitan dalam hubungan dengan keluarga dan teman, dan kekecewaan karena tidak diterima di universitas ternama diduga menyebabkan putranya mengurung diri. Namun, ia enggan berbicara kepada Jin Young Hae tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Ketika Jin Young Hae datang ke Happiness Factory, ia membaca catatan yang ditulis oleh remaja terisolasi lainnya. "Membaca catatan-catatan itu membuatku sadar, 'Ah, dia melindungi dirinya sendiri dengan diam karena tak seorang pun memahaminya'," tandasnya.

Topik Menarik