Ini Sepak Terjang 3 Srikandi di Jajaran Pengurus Danantara
JAKARTA - Ada tiga perempuan dipercaya Presiden Prabowo Subianto masuk dalam kepengurusan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Para srikandi ini punya rekam jejak yang baik di sektor keuangan dan investasi.
Mereka diantaranya Sri Mulyani Indrawati yang menduduki posisi Dewan Pengawas, Ivy Santoso sebagai Managing Director Head Office dalam Dewan Pelaksana, dan Febriany Eddy selaku Managing Director Non Financial Holding Operasional Danantara.
Berikut sepak terjang ketiga perempuan di Danantara:
1. Sri Mulyani
Wanita yang akrab disapa Ani merupakan Menteri Keuangan (Menkeu) dalam Kabinet Merah Putih.
Sebelumnya menjadi seorang Menkeu, Sri Mulyani pernah menjadi sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Jabatan itu diemban saat Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid I di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan melanjutkan jabatan Menkeu di KIB Jilid II.
IHSG Terjun Bebas 2,86 ke Level 6.300
Sri Mulyani dikenal sebagai pengamat ekonomi andal Indonesia. Dia juga pernah menjabat Kepala Lembaga Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEMFEUI) di tahun 1998.
Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri Keuangan pada 2005 oleh Presiden SBY. Kebijakan pertamanya sebagai menteri, yaitu memecat pegawai korup di lingkungannya dan berhasil mengatasi korupsi dalam sistem pajak dan keuangan Indonesia.
Pada 2006 atau setahun setelah menjabat sebagai Menkeu, dia mendapat penghargaan Euromoney Finance Minister of the Year oleh majalah Euromoney. Saat menjabat sebagai Menkeu di Kabinet Indonesia Bersatu, dia juga dinobatkan sebagai menteri terbaik Asia 2006 oleh Emerging Markets.
Selain itu, dia juga terpilih sebagai perempuan paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia pada Oktober 2007 dan perempuan paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes pada 2008.
Di tahun 2008, dia merangkap jabatan sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian setelah Menko Perekonomian Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Tak sampai di situ, Sri Mulyani juga sempat dipercaya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia pada 1 Juni 2010, ia pun terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menkeu.
Di era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi), Sri Mulyani kembali menjabat sebagai Menkeu. Ia menjabat kembali pada 27 Juli 2016. Ia pun terpilih kembali menjadi "Best Minister in the World" pada World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab pada Februari 2018.
Lalu Global Markets memilihnya menjadi "Finance Minister of the Year - East Asia Pacific". Gelar tersebut diberikan saat berlangsungnya IMF-World Bank Group Annual Meetings di Bali pada Oktober 2018.
Belum cukup, Sri Mulyani kembali kembali menorehkan prestasi sebagai Menkeu terbaik di Asia Pasifik versi majalah keuangan Finance Asia pada 2019. Dalam profil Sri Mulyani, penghargaan itu diperolehnya 3 tahun berturut-turut setelah sebelumnya didapat pada 2017 dan 2018.
Sri Mulyani Indrawati dipercaya kembali untuk menjabat menkeu pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi (Kabinet Indonesia Maju) pada 23 Oktober 2019.
Sekali lagi, Global Markets memilih Sri Mulyani menjadi "Finance Minister of the Year - East Asia Pacific pada Oktober 2020. Dia dianggap berhasil atas upaya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
2. Ivy Santoso
Ivy Santoso merupakan talenta terbaik yang dimiliki Indonesia di bidang investasi dan layanan keuangan. Dia meraih gelar S1 Akuntansi dari Oklahoma State University, Amerika Serikat (AS) (1991).
Dia memiliki pengalaman luas dalam private investments (debt & equity) di berbagai industri. Termasuk manajemen perusahaan dalam fase transformasi dan krisis.
Ivy pernah menjadi Senior Consultant - International Finance Corporation (IFC) (2021 - 2023), Managing Director & CEO, Acuatico - Moya Holdings Asia (2017 - 2020), serta President Director - Bank Pembangunan Daerah Banten (BankPundi) (2013 - 2016).
3. Febriany Eddy
Febriany Eddy masih menjabat sebagai Presiden Direktur sekaligus Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk.
Febriany berkarier selama 14 tahun di PT Vale dan mengisi berbagai posisi penting. Namun sebelum bergabung dengan PT Vale, dia sempat bekerja untuk Pricewaterhouse Coopers di Jakarta dan di Amsterdam, Belanda, selama 7 tahun.
Di sana perempuan kelahiran 1977 itu, berperan serta dalam berbagai jenis pekerjaan dan proyek-proyek internasional dalam uji tuntas keuangan.
Ketika bergabung dengan PT Vale, Febriany terlibat dalam kegiatan operasional yang berfokus pada peningkatan efisiensi biaya, evaluasi, pengaturan pembiayaan proyek, serta perencanaan yang strategis.
Saat itu, Febriany menjabat sebagai Manajer Pengawasan Pembiayaan Proyek dan Evaluasi Keuangan PT Vale selama tiga tahun. Kemudian dia dipindahtugaskan ke kantor regional Vale Base Metal Asia Pasifik dan Afrika, yang berada di Brisbane, Australisa, selama 2,5 tahun.
Febriany Eddy mempunyai gelar MBA dari UCLA Anderson School of Management, National University of Singapore serta Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia. Selain itu, Febriany Eddy juga memegang sertifikasi akuntan publik di Indonesia maupun Australia.