Kisah Raja Perempuan Pertama Majapahit yang Akhirnya Menikah

Kisah Raja Perempuan Pertama Majapahit yang Akhirnya Menikah

Nasional | okezone | Kamis, 20 Maret 2025 - 23:00
share

KERAJAAN Majapahit dipimpin perempuan pertama pasca meninggalnya Jayanagara sebagai raja. Sosoknya adalah Tribhuwana Wijayatunggadewi, anak dari Raden Wijaya pernikahannya dengan Gayatri. Keputusan itu memang tak lazim di tengah budaya masyarakat Jawa saat itu. 

Namun, Tribhuwana Wijayatunggadewi tetap naik takhta usai Gajah Mada memberikan masukan ke Gayatri, selaku orang di balik layar Majapahit, sekaligus orangtua dari Tribhuwana Tunggadewi. Naiknya Tribhuwana Wijayatunggadewi sebagai penguasa Majapahit juga membuat langkahnya untuk menikah terbuka lebar. 

Pasalnya, ia dan Pangeran Tumapel Singasari telah bertunangan, namun pernikahan itu tertunda karena keegoisan saudara tirinya, yakni Jayanagara. Pernikahan Tribhuwana Wijayatunggadewi dengan Pangeran Tumapel juga membuka persatuan wilayah-wilayah Majapahit yang saling terpencar, sebagaimana dikisahkan pula oleh Earl Drake "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit". Dikisahkan tak ada seorang pun yang keberatan dengan penyerahan tahta ke Tribhuwana Wijayatunggadewi. 

Sosoknya merupakan orang yang belum pernah terlibat dalam konflik dan tak lain adalah anak dari Raden Wijaya, raja yang dihormati semua pihak. Naiknya Tribhuwana pun akan menyenangkan hati para penduduk Provinsi Kahuripan-Jiwana, tempat Tribhuwana mendulang kesuksesan dalam menjalankan peranannya sebagai putri kerajaan kuno, yang memiliki sejumlah pelabuhan yang maju pesat. 

 

Warga di pelabuhan-pelabuhan tempat juga mendambakan dukungan lebih banyak dari Pemerintah Pusat. Pada akhirnya, Gayatri akan sangat berbahagia menyaksikan semua orang mendapat manfaat dari kerja sama antara penguasa yang diangkat dengan pasangannya nanti, dalam berbagi masalah dan kesuksesan dalam mengelola pemerintahan.  

Tribhuwana maupun sang pangeran berpengalaman dan punya kepercayaan diri dalam mengulangi kemitraan yang pernah dinikmati kedua orangtuanya. Sementara itu, Gayatri sama sekali tak berniat menikah lagi.
 
Sebagai penganut Buddhis, ia tidak percaya pada ajaran Hindu bahwa para janda berkasta bangsawan harus terjun ke dalam api pembakaran jasad suaminya, namun ia meyakini bahwa mereka pantas undur diri dari kehidupan duniawi. Kelak, ia ingin memangkas rambutnya dan menjadi bhikuni Buddhis. Dengan demikian, meskipun tak lagi terlibat dalam kehidupan publik, ia tetap bisa diam-diam membantu putrinya serta cucu-cucunya menjalankan pemerintahan. 

Topik Menarik