Penjualan Nikel Naik 26 Persen, PAM Mineral Bukukan Laba Rp318,75 Miliar di 2024

Penjualan Nikel Naik 26 Persen, PAM Mineral Bukukan Laba Rp318,75 Miliar di 2024

Ekonomi | inews | Kamis, 27 Maret 2025 - 09:51
share

JAKARTA, iNews.id - PT PAM Mineral Tbk (NICL) membukukan laba bersih Rp318,75 miliar pada tahun 2024. Angka ini melonjak 1.074,71 persen dibandingkan laba tahun 2023 sebesar Rp27,13 miliar. 

NICL membukukan penjualan sebesar Rp1,44 triliun sepanjang 2024, naik 26,37 persen dibanding tahun 2023 sebesar Rp1,14 triliun. Meski permintaan nikel di Indonesia menurun, perseroan meningkatkan volume penjualan nikel dari tahun lalu sebesar 1.848.007,82 mt menjadi sebesar 2.300.914,78 mt. 

Di samping itu, perseroan juga berhasil melakukan efisiensi biaya produksi sehingga mencatatkan laba kotor meningkat tajam dari Rp136,66 miliar menjadi Rp517,26 miliar, atau naik 278,50 persen pada tahun 2024. 

Direktur Utama PAM Mineral, Ruddy Tjanaka mengatakan, meski kondisi industri nasional yang kurang menguntungkan, dimana harga acuan nikel domestik mengalami penurunan 9,19 persen sejak semester kedua tahun 2024, pihaknya tetap optimistis dan mampu mengatasi tantangan tersebut. 

"Pada tahun 2024, Perseroan telah mendapatkan persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) periode 2024-2026 dengan total volume penjualan yang telah disetujui sebesar 7.000.000 WMT. Perseroan berhasil menggenjot produksi dan meningkatkan volume penjualan sesuai dengan kapasitas RKAB. Selain itu juga Perseroan berhasil melakukan efisiensi biaya produksi.” ujar Ruddy dalam keterangannya, Kamis (27/3/2025).

NICL memiliki dua Izin Usaha Pertambangan (IUP) tambang nikel di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku Pesisir, Sulawesi Tengah seluas 198 hektare (Ha) melalui Perseroan, dan seluas 576 Ha di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara melalui Entitas Anak Perseroan, PT Indrabakti Mustika (IBM). 

Pada tahun 2024, Perseroan terus melaksanakan ekplorasi berkelanjutan serta menjaga prinsip konservasi cadangan mineral melalui optimasi pemanfaatan bijih nikel yaitu memanfaatkan sumberdaya mineral dan melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi produk dilakukan dengan pembagian berdasarkan persentasi kadar nikel yang terkandung dalam bijih menjadi bijih kadar rendah, bijih kadar menengah dan bijih kadar tinggi (Low Grade, Middle Grade, dan High Grade). 

Perseroan melakukan pemanfaatan bijih kadar rendah (low grade) dengan melakukan optimalisasi cutoff grade sehingga bijih kadar rendah yang sebelumnya dianggap waste dapat diolah dan dipasarkan. 

Saat ini, sumber daya daerah IUP Perseroan adalah sebesar 12,771 Juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,20 persen. Sedangkan sumber daya daerah IUP Entitas Anak, IBM adalah sebesar 74,497 Juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,10 persen.

Dari sisi neraca, total aset NICL Aset pada tahun 2024 sebesar Rp1,05 triliun atau naik 22,56 persen dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar Rp856,83 miliar. Sementara itu, total ekuitas perseroan mengalami peningkatan dari Rp745,47 miliar menjadi Rp878,18 miliar disebabkan peningkatan saldo laba perseroan.

“Kami cukup optimis atas pencapaian Perseroan di tahun 2024, karena berhasil meningkatkan kinerja operasional dan kinerja keuangan tanpa adanya beban utang bank.” tuturnya.

Pada tahun ini terdapat katalis positif yang mampu menggerakan peningkatan harga nikel untuk ke depannya. Proyeksi tersebut didasari oleh penutupan tambang komoditas nikel di beberapa negara produsen yang memiliki biaya produksi tinggi seperti Australia, Filipina dan sejumlah negara di Eropa sehingga pasokan nikel dunia akan mengalami pengurangan dan diharapkan mampu mengerek harga nikel. 

Diperkirakan ke depannya permintaan nikel dunia akan meningkat seiring dengan kebutuhan kendaraan listrik dan baja nirkarat, hal ini menguntungkan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar, ditambah dengan rencana beberapa negara untuk melakukan hilirisasi industri nikel domestik mereka.

Topik Menarik