Ridwan Kamil Kenalkan Sketsa Wajah Humanis Jakarta saat Blusukan di Tanah Merah
JAKARTA, iNews.id - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil blusukan ke Tanah Merah, Koja, Jakarta Utara, Rabu (13/11/2024). Dia mengenalkan arah pembangunan Jakarta yang humanis.
Kedatangannya untuk meresapi aspirasi warga membuahkan sketsa tata ruang yang mengakomodasi kebutuhan warga untuk ruang publik tanpa penggusuran.
Setelah disambut meriah oleh warga dengan tarian Tortor asal Sumatra Utara dan pengalungan ulos oleh warga, Ridwan Kamil berdiskusi dengan warga setempat untuk menggali keresahan dan harapan mereka. Hal spesifik yang menjadi harapan warga adalah ruang bermain aman bagi anak-anak dan solusi banjir yang kerap melanda.
Nalurinya sebagai arsitek spontan terpantik. Setelah mendengarkan dengan saksama dan mengamati kondisi di sekeliling, Ridwan Kamil lantas mengambil secarik kertas dan membuat sketsa.
Hasilnya rawa yang kerap meluber saat musim penghujan disulap menjadi ruang terbuka hijau.
"Ternyata di kawasan padat seperti ini ada tempat kosong yang bisa dimanfaatkan. Rawa ini bisa kita fungsikan sebagai ruang terbuka hijau, anak-anak bisa bermain di sini, orang dewasa bisa senam. Selain itu, kita pertahankan fungsinya untuk menampung air,” kata Ridwan Kamil.
“Titik ini bisa diberdayakan, fungsi ekologis tetap ada dan malah diperkuat, tempat terbuka untuk bermain dan olahraga jadi ada. Sedih juga kalau lihat anak-anak main di aspal,” imbuhnya.
Salah satu warga, Agus, menceritakan rawa di tengah permukiman tersebut awalnya merupakan lapangan bola yang dikenal dengan Lapangan Cobra, nama yang tetap digunakan meski lahannya sudah berubah menjadi rawa.
"Ini dulu lapangan, namanya Lapangan Cobra. Sekarang jadi rawa yang airnya enggak ngalir. Airnya tidak pernah kering meskipun kemarau, tapi pas musim hujan, banjirnya bisa sampai segini," ujar Agus sambil menunjuk lutut kakinya.
Ridwan Kamil kemudian menegaskan pendekatan pembangunan yang humanis, mulai dari mendengarkan keluh-kesah warga, mencari solusi secara kreatif dan tanpa mengorbankan warga setempat, serta melibatkan masyarakat dalam implementasi kegiatan.
“Membangun Jakarta tidak melulu memindahkan. Kita bisa merapikan, di luar negeri istilahnya kampong improvement. Waktu saya gubernur Jabar, saya ada program renovasi, nyaris 200 ribu rumah kita tata tanpa memindahkan warga,” tutupnya.