Singgah ke Brebes, Jangan Sekali-Kali Ambil Ikan di Desa Kaki Gunung Slamet Ini

Singgah ke Brebes, Jangan Sekali-Kali Ambil Ikan di Desa Kaki Gunung Slamet Ini

Terkini | inews | Minggu, 22 September 2024 - 10:01
share

BREBES, iNews.id – Kampung unik di Kabupaten Brebes ini memiliki pemandangan alam yang memesona dan berhawa sejuk. Namun, di balik keindahannya desa yang berada di kaki Gunung Slamet ini menyimpan misteri yang hingga kini belum terpecahkan.

Masyarakat maupun wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata di kampung tersebut dilarang mengambil ikan jika tidak ingin terkena akibatnya.

Kampung Unik di Brebes

Ya, Telaga Ranjeng namanya. Kawasan cagar alam di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes itu dihuni ribuan ikan yang hingga kini masih menjadi misteri. 

Konon terdapat istana gaib para penunggu telaga yang mitosnya masih dipercayai warga sekitar. 

Telaga Ranjeng ini berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Kesan mistis mulai terasa saat memasuki Telaga Ranjeng yang memiliki luas 18 hektare lebih yang dikelilingi hutan lindung seluas lima 50  hektare.

Telaga Ranjeng dipenuhi ribuan ikan yang berganti jenis setiap ada peristiwa besar. Konon ikan lele raksasa di telaga tersebut merupakan kutukan seorang santri yang durhaka kepada gurunya, hingga dikutuk menjadi ikan lele raksasa.

Mitos di masyarakat berkembang ikan lele raksasa sebagai salah satu penunggu di Telaga Ranjeng sehingga warga dan para pengunjung tidak ada yang berani mengusik keberadaan ikan-ikan di Telaga Ranjeng. Hal itu karena diyakini jika ada yang mengambil ikan tersebut maka orang yang mengambilnya akan mengalami petaka.

Penampakan Telaga Ranjeng yang memikiki habitat ribuan ikan yang berubah-ubah. Konon terdapat istana ghaib para penunggu telaga yang mitosnya masih dipercayai warga sekitar. (iNews/Yunibar)
Penampakan Telaga Ranjeng yang memikiki habitat ribuan ikan yang berubah-ubah. Konon terdapat istana ghaib para penunggu telaga yang mitosnya masih dipercayai warga sekitar. (iNews/Yunibar)

Sebelumnya pada saat menjelang tsunami Aceh tahun 2004 lalu, ribuan ikan lele di Telaga Ranjeng hilang dan berganti menjadi ikan nila. Hingga kemudian berganti lagi menjadi ikan lele.

Namun ribuan ikan lele sudah tidak tampak lagi sejak tahun 2010 lalu,  setelah hilang secara misterius. Kini ribuan ikan lele Telaga Ranjeng berganti menjadi ikan emas, nila dan kalper yang berukuran besar.  Padahal tak ada seorang warga pun yang menabur benih ikan-ikan tersebut.

Kepala Desa Pandansari Irwan Susanto menceritakan, kejadian aneh menimpa pada seorang pengunjung beberapa waktu lalu.

“Seorang pengunjung memegang ikan emas sambil berfoto selfi, seketika ikan emas tersebut terjatuh dari gendongan. Setelah pulang pengunjung tersebut bermimpi bertemu dengan ikam emas yang dipegang, hingga pada pagi harinya seluruh badan terasa sakit,” katanya, Minggu (19/9/2021).

Guna mencegah kejadian-kejadian aneh warga setempat menggelar upacara adat ratiban yakni mengumpulkan ratusan gunungan tumpeng untuk dimakan bersama. Ritual ini merupakan wujud rasa syukur kepada sang pencipta.

Pemandian Para Raja

Pada masa silam telaga ranjeng kerap digunakan sebagai tempat pemandian para raja. Telaga Ranjeng ditemukan pada tahun 1924 pada zaman penjajahan Belanda terbukti dengan adanya sebuah sampan atau jukung yang berusia ratusan tahun dan terdampar di tepian telaga. 

Istana gaib di Telaga Ranjeng dipercaya warga merupakan tempat tinggal para dayang atau penghuni gaib. Selain terdapat ikan lele raksasa mitos penghuni lain di antaranya ratu maung atau harimau putih. Ratu Majeti yang berupa ular dan ratu sulung wanora yang berwujud kera putih.

Pada tahun 2019  juga terdapat kejadian aneh  saat seorang warga Kabupaten Banyumas yang hilang 12 tahun lalu ditemukan di Telaga Ranjeng dalam keadaan linglung dan tidak bisa berbicara.

Ritual adat ratiban pertama kali dilakukan oleh kepala desa pertama Pandansari bernama Sirpan Reskayuda. Upacara ratiban selain wujud rasa syukur kepada Tuhan juga merupakan ritual menghilangkan kesialan atau ritual tolak bala.

“Telaga Ranjeng ini merupakan salah satu cagar alam, di mana di situ tidak hanya terdapat telaga yang luasnya 18.5 hektare dan kemudian ada kawasan hutan lindung 51,5 hektare,” kata sejarawan Wijanarto.

“Telaga Ranjeng ini memiliki sisi menarik tidak hanya sejarah, tidak hanya budaya tapi juga dari mistis. Tahun 1934 Telaga Ranjeng sudah dikenal masyarakat setempat. Tampaknya pemerintah Belanda telah menetapkan kawasan itu sebagai cagar alam,” katanya.

Dia mengatakan, yang menarik dari Telaga Ranjeng memiliki sisi keunikan yang sudah dikenal  masyarakat luas, salah satunya jumlah habitat ikan yang bisa berubah-ubah dan pantangan untuk memancing ataupun mengambil bahkan memindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

Mitos yang diyakini hingga sekarang selain ikan-ikan keramat yang menghuni Telaga Ranjeng, air Telaga Ranjeng juga dipercaya untuk menyuburkan lahan pertanian.

Topik Menarik