Ganasnya Kebakaran Terbesar Korsel: 26 Orang Tewas, Helikopter Pemadam Malah Jatuh
Kebakaran hutan yang melanda Korea Selatan (Korsel) sejak pekan lalu sekarang menjadi "yang terbesar yang pernah tercatat" di negara tersebut. Jumlah korban tewas juga bertambah menjadi 26 orang.
Lebih dari selusin titik kebakaran hutan terjadi selama akhir pekan, menghanguskan sebagian besar wilayah tenggara Korsel. Kebakaran terbesar ini memaksa sekitar 27.000 orang untuk segera mengungsi, dengan kobaran api memutus jalan dan juga memutus jalur komunikasi sementara penduduk melarikan diri dengan panik.
"Kebakaran hutan menyebar dengan cepat," kata Lee Han-kyung, kepala divisi bencana dan keselamatan setempat, pada Kamis (27/3/2025).
"26 orang meninggal, delapan orang luka berat, dan 22 orang luka ringan," katanya lagi, yang dilansir AFP.
"Kerusakan hutan telah mencapai 35.810 hektare, yang telah melampaui luas wilayah yang terkena dampak kebakaran hutan pantai timur tahun 2000, yang sebelumnya merupakan kebakaran hutan terbesar yang pernah tercatat, lebih dari 10.000 hektare,” imbuh dia.
Helikopter Pemadam Jatuh, Pilot Tewas
Luasnya kerusakan ini menjadikannya kebakaran hutan terbesar di Korea Selatan, setelah kebakaran hebat pada bulan April 2000 yang menghanguskan 23.913 hektare di sepanjang pantai timur.Pihak berwenang mengatakan perubahan pola angin dan cuaca kering telah mengungkap keterbatasan metode pemadaman kebakaran konvensional.
Sebagian besar korban tewas adalah penduduk setempat, tetapi sedikitnya tiga petugas pemadam kebakaran tewas, dan seorang pilot helikopter pemadam kebakaran tewas ketika helikopternya jatuh di daerah pegunungan, kata para pejabat.
Tahun lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat di Korea Selatan, dengan Badan Meteorologi Korea Selatan mengatakan bahwa suhu tahunan rata-rata adalah 14,5 derajat Celsius—dua derajat lebih tinggi dari rata-rata 30 tahun sebelumnya sebesar 12,5 derajat.
Wilayah yang dilanda kebakaran telah mengalami cuaca kering yang tidak biasa dengan curah hujan di bawah rata-rata, kata pihak berwenang, dengan wilayah selatan mengalami lebih dari dua kali lipat jumlah kebakaran tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Beberapa jenis cuaca ekstrem memiliki hubungan yang kuat dengan perubahan iklim, seperti gelombang panas atau hujan lebat.
Fenomena lain, seperti kebakaran hutan, kekeringan, badai salju, dan badai tropis dapat terjadi akibat kombinasi faktor-faktor yang kompleks.
Kenyataan Pahit Krisis Iklim
"Kebakaran hutan ini sekali lagi telah mengungkap kenyataan pahit krisis iklim yang tidak seperti apa pun yang pernah kita alami sebelumnya," kata Lee."Daerah yang terkena dampak hanya mengalami setengah dari curah hujan rata-rata, ditambah dengan angin kencang yang tidak biasa, yang telah secara drastis mempercepat penyebaran api dan mengintensifkan kerusakan," ujarnya.
Yeh Sang-Wook, profesor klimatologi di Universitas Hanyang Seoul, mengatakan kepada AFP bahwa kurangnya curah hujan telah mengeringkan lahan yang menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya kebakaran hutan.
"Ini dapat dilihat sebagai salah satu penyebab mendasar," katanya.
"Kita tidak dapat mengatakan bahwa ini hanya karena perubahan iklim, tetapi perubahan iklim secara langsung (dan) tidak langsung memengaruhi perubahan yang kita alami sekarang. Ini adalah fakta yang nyata,” paparnya.
Dampak krisis demografi Korea Selatan juga terlihat jelas—negara ini dikenal dengan masyarakat yang sangat tua, dengan salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia.
"Sangat mengkhawatirkan bahwa banyak korban adalah warga lanjut usia, termasuk pasien di rumah sakit perawatan," kata Penjabat Presiden Han Duck-soo, saat ia memerintahkan menteri dalam negeri negara itu untuk pindah ke daerah yang terkena dampak untuk mengawasi upaya bantuan.
Hujan diperkirakan turun pada Kamis malam, yang berpotensi memberi pihak berwenang waktu yang sangat dibutuhkan untuk memadamkan api.
Situs Bersejarah Pun Terancam
Beberapa situs bersejarah, termasuk dua yang terdaftar di UNESCO, terancam oleh kebakaran, di mana pejabat warisan Korea Selatan sedang bekerja sama dengan petugas pemadam kebakaran.Di Byungsan Suwon yang terdaftar di UNESCO, bekas akademi Konfusianisme, langit dipenuhi kabut. Mobil pemadam kebakaran menyemprotkan air dan bahan tahan api ke situs bersejarah tersebut dalam upaya putus asa untuk menyelamatkannya.
"Kami menyemprotkan tiga ton air setiap hari sebagai tindakan pencegahan kebakaran di seluruh tempat, termasuk gedung-gedung," kata Lee Seung-myung, kepala tim penyelamatan kebakaran di Andong kepada AFP.
"Jika terjadi kebakaran di sini, kemungkinan besar akan dipicu oleh api yang menyebar dari pohon pinus, jadi kami sekarang menebangnya di dekat lokasi untuk mencegah skenario seperti itu," imbuh Lee.