Takut Ditangkap Negara ICC, Netanyahu Ambil Rute Memutar saat Terbang ke AS
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan terpaksa mengambil rute penerbangan yang diperpanjang ke Amerika Serikat (AS) untuk menghindari wilayah udara negara-negara anggota Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Itu terjadi di tengah ketakutannya bahwa beberapa negara anggota ICC akan menangkapnya sesuai perintah pengadilan tersebut atas kejahatan perang di Gaza, Palestina.
Pesawat resmi Netanyahu, yang dikenal sebagai Wing of Zion, menambahkan sekitar 400 kilometer (248,5 mil) dalam perjalanannya untuk menghindari negara-negara seperti Irlandia, Islandia, dan Belanda, yang menurut Israel dapat mematuhi surat perintah ICC jika pendaratan darurat diperlukan.
Sebaliknya, menurut laporan Haaretz, Selasa (8/4/2025), penerbangan tersebut melewati Yunani, Italia, dan Prancis.
ICC, pada November 2024, mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas kejahatan perang yang dilakukan di Gaza.
Jadi Terpidana Mati Terlama di Dunia Padahal Tak Bersalah, Pria Ini Dapat Kompensasi Rp23,9 Miliar
Sejak saat itu, Netanyahu secara konsisten mengambil jalur penerbangan yang lebih jauh untuk menghindari yurisdiksi dari negara-negara penanda tangan Statuta Roma—perjanjian yang membentuk ICC—yang telah berjanji untuk menegakkan keputusan pengadilan tersebut.
Kunjungan sebelumnya ke AS pada bulan Februari, tak lama setelah Netanyahu menjalani operasi, juga mengikuti rute yang dipetakan dengan cermat yang terbang di atas pangkalan militer AS untuk memastikan kedekatan dengan fasilitas medis sekutu jika terjadi keadaan darurat.
Netanyahu mendarat di Washington pada Minggu malam untuk serangkaian pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump dan pejabat senior Amerika, dengan diskusi yang diharapkan akan difokuskan pada perang Israel di Gaza, nasib 59 tawanan Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza, dan kebijakan perdagangan baru Trump, yang telah mengenakan tarif 17 persen pada barang-barang Israel.
Kedatangannya disambut dengan protes di luar kediaman sementaranya di ibu kota AS, dengan para demonstran mengecam kunjungannya dan menarik perhatian pada perang yang sedang berlangsung di Gaza dan surat perintah penangkapan ICC.
Kantor Netanyahu mengatakan kunjungan tersebut juga akan membahas masalah keamanan regional, termasuk Iran, hubungan Israel-Turki, dan apa yang digambarkannya sebagai "menghadapi Pengadilan Kriminal Internasional".
Hongaria Dukung Netanyahu, Keluar dari ICC
Saat Netanyahu mengakhiri kunjungan resmi empat hari ke Budapest—perhentian pertama di Eropa yang dilakukannya sejak surat perintah ICC dikeluarkan—Hongaria mengumumkan akan menarik diri dari ICC.Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán sebelumnya berjanji pada bulan November untuk menentang surat perintah penangkapan, dengan mengatakan bahwa surat perintah itu "tidak akan berpengaruh di Hongaria."
Keluarnya Hongaria menggarisbawahi perpecahan yang semakin besar di antara negara-negara anggota atas keputusan ICC.
Sementara negara-negara seperti Irlandia, Italia, dan Belanda mengatakan mereka akan menegakkan surat perintah tersebut jika Netanyahu memasuki wilayah mereka, negara-negara lain—termasuk Amerika Serikat—telah mengecam langkah ICC.
Pasukan Israel Kepung 50.000 Warga Palestina di Rafah, Pengungsi yang Terluka Berdarah hingga Tewas
Sebagai penanda tangan Statuta Roma, negara mana pun yang terikat secara hukum oleh ICC harus menangkap individu yang disebutkan dalam surat perintahnya jika mereka memasuki yurisdiksinya.