Balas Tarif Trump, Cara China Ini Bisa Buyarkan Proyek Jet Tempur Siluman F-47 AS

Balas Tarif Trump, Cara China Ini Bisa Buyarkan Proyek Jet Tempur Siluman F-47 AS

Global | sindonews | Selasa, 8 April 2025 - 04:05
share

China akan mengenakan tarif 34 persen untuk barang-barang impor asal Amerika Serikat (AS) sebagai pembalasan atas tindakan serupa yang dilakukan Presiden Amerika Donald Trump.

Tak hanya itu, Beijing juga akan melakukan pembatasan ekspor logam tanah jarang (LTJ) ke Washington. Ini menjadi cara China yang bisa membuyarkan proyek jet tempur siluman F-47 generasi keenam yang diimpikan Trump.

China mengumumkan pada Jumat lalu tentang pembatasan ekspor pada mineral tambang dan magnet permanen serta produk jadi lainnya ke AS yang akan sulit digantikan.

Sumber-sumber industri Amerika mengatakan kepada Reuters bahwa langkah Beijing menjadi perhatian bagi beberapa produsen kedirgantaraan AS karena mereka hanya menggunakan sumber daya dari China untuk digunakan dalam avionik.

Langkah balasan Beijing ini dilakukan hanya dua minggu setelah Trump mengumumkan bahwa Boeing telah mendapatkan kontrak untuk mengembangkan F-47 yang dirancang untuk menggantikan jet tempur siluman F-22 Raptor dan menjadi tulang punggung armada generasi berikutnya Angkatan Udara AS.

Sekadar diketahui, China memproduksi sekitar 90 persen LTJ dunia—sekelompok 17 elemen yang digunakan dalam industri pertahanan, kendaraan listrik, energi, dan elektronik.

Sebagai pemasok utama LTJ AS, langkah China menunjukkan bahwa mereka siap menggunakan dominasinya atas penambangan dan pemrosesan mineral penting dan bagaimana pertikaian dengan Trump dapat menimbulkan risiko bagi program Next Generation Air Dominance (NGAD) AS untuk mengembangkan jet tempur masa depan.

Yang terpenting, sekitar lima persen penggunaan LTJ di AS digunakan untuk aplikasi pertahanan, menurut Congressional Research Service (CRS).

Pesawat tempur siluman F-35 Lockheed Martin menggunakan 920 pon LTJ per pesawat dalam sistem peperangan elektroniknya, radar penarget, dan motor listrik yang menggerakkan kemudi pesawat, menurut Science History Institute.

Kementerian Perdagangan China mengatakan tujuh kategori LTJ sedang dan berat, termasuk samarium, gadolinium, terbium, disprosium, lutetium, skandium, dan barang-barang terkait itrium akan ada dalam daftar pembatasan ekspor.

"Pemerintah China telah menerapkan kontrol ekspor pada barang-barang yang relevan sesuai dengan hukum untuk lebih menjaga keamanan dan kepentingan nasional serta memenuhi kewajiban internasional seperti nonproliferasi," kata kementerian tersebut, seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (8/4/2025).

Surat kabar pemerintah China, Global Times, juga mengumumkan kontrol ekspor pada barang-barang yang terkait dengan tungsten, telurium, bismut, molibdenum, dan indium.

Yttrium sangat penting untuk pelapis mesin jet suhu tinggi, sistem radar frekuensi tinggi, dan laser presisi, menurut laporan publikasi Cleantechnica.com.

Itrium juga memungkinkan pelapis penghalang termal pada bilah turbin untuk menghentikan mesin pesawat agar tidak meleleh di tengah penerbangan.

Kontrol ekspor yang diumumkan Jumat lalu bukanlah larangan langsung, tetapi China dapat membatasi jumlah lisensi ekspor yang dikeluarkannya yang dapat menyebabkan perebutan akses ke sumber pasokan alternatif yang terbatas.

Menurut konsultan SFA Oxford, pesawat siluman seperti F-47 bergantung pada LTJ seperti neodymium, praseodymium, dysprosium, dan terbium untuk magnet, aktuator, dan sistem radar berkinerja tinggi.

Mereka juga membutuhkan logam seperti titanium, tungsten, dan niobium untuk kekuatan struktural, ketahanan panas, dan pelapis siluman.

Menurut SFA Oxford, seiring dengan percepatan pembangunan di bawah program NGAD oleh Amerika Serikat, mengamankan akses ke masukan penting ini kini sama pentingnya bagi pertahanan nasional seperti halnya platform itu sendiri.

Namun pemerintahan Trump telah memperingatkan bahwa setiap pembalasan terhadap tarifnya dapat menyebabkan perang dagang yang meningkat.

Direktur senior Program China di Foundation for the Defense of Democracies (FDD), Craig Singleton, mengatakan kepada Newsweek bahwa dia menduga Beijing akan memperketat kontrol lebih lanjut terhadap mineral strategis seperti galium dan grafit, tetapi berhati-hati agar tidak mengejutkan pasar global.

"China kemungkinan akan terus merayu Eropa dan pasar berkembang, dengan tujuan untuk membingkai dirinya sebagai pihak yang dirugikan dan membatasi keselarasan internasional dengan Washington," katanya.

Topik Menarik