Israel Ancam Caplok Gaza, Frustrasi karena Hamas Tak Bebaskan Sandera yang Tersisa
Rezim Zionis Israel mengancam akan mencaplok atau menganeksasi sebagian wilayah Jalur Gaza setelah frustrasi pada Hamas yang tak kunjung membebaskan para sandera yang tersisa.
Ancaman itu dilontarkan Menteri Pertahanan Zionis, Israel Katz. Ancaman disampaikan saat militer Zionis meningkatkan serangan baru yang dimulai sejak Selasa lalu, menghancurkan ketenangan di wilayah yang dilanda perang tersebut sejak gencatan senjata dimulai 19 Januari.
Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel menewaskan 11 orang pada hari Jumat—tiga orang dalam serangan sebelum fajar dan delapan orang lainnya pada siang hari.
Pada hari Kamis, dilaporkan jumlah korban tewas sebanyak 504 orang sejak pengeboman brutal dilanjutkan militer Zionis, salah satu yang tertinggi sejak perang dimulai lebih dari 17 bulan lalu.
Alasan Donald Trump Ingin Beli Greenland, Salah Satunya Kaya Minyak dan Mineral Tanah Langka
"Saya memerintahkan (tentara Israel) untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza. Semakin Hamas menolak membebaskan para sandera, semakin banyak wilayah yang akan hilang, yang akan dianeksasi oleh Israel," kata Katz dalam sebuah pernyataan, yang dilansir AFP, Sabtu (22/3/2025).
Jika Hamas tidak mematuhinya, Katz juga mengancam akan memperluas zona penyangga di sekitar Gaza. “Untuk melindungi wilayah penduduk sipil dan tentara Israel dengan menerapkan pendudukan permanen Israel di wilayah tersebut,” paparnya.
Militer Zionis telah mendesak penduduk wilayah Al-Salatin, Al-Karama dan Al-Awda di Gaza selatan untuk mengungsi dari rumah mereka pada hari Jumat menjelang ancaman serangan.
"Demi keselamatan Anda, segera menuju ke selatan menuju tempat perlindungan yang diketahui," kata juru bicara militer Israel Avichay Adraee dalam sebuah posting di X.
Gambar yang diambil AFP dari Gaza utara menunjukkan gerobak keledai yang penuh dengan barang-barang saat penduduk meninggalkan rumah mereka di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing.
Titik-titik Tekanan
Israel melanjutkan pengeboman intensif di Gaza pada hari Selasa, dengan alasan kebuntuan dalam negosiasi tidak langsung mengenai langkah selanjutnya dalam gencatan senjata setelah tahap pertama berakhir awal bulan ini.Dimulainya kembali operasi militer skala besar dikoordinasikan dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tetapi menuai kecaman luas.
Turki mengutuk apa yang disebutnya sebagai serangan "sengaja" oleh Israel terhadap rumah sakit yang dibangun Turki di Gaza. "Kami mengutuk keras penghancuran Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina oleh Israel," kata Kementerian Luar Negeri Turki.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kekhawatiran atas serangan baru Israel dalam panggilan telepon pada hari Jumat dengan penguasa Qatar, salah satu mediator gencatan senjata bulan Januari.
Presiden Israel Isaac Herzog menyampaikan kekhawatirannya tentang tindakan pemerintah dalam sebuah pernyataan video pada hari Kamis, dengan mengatakan: "Tidak terpikirkan untuk melanjutkan pertempuran sementara masih menjalankan misi suci untuk membawa pulang para sandera kami.”
Ribuan pengunjuk rasa telah berunjuk rasa di Yerusalem dalam beberapa hari terakhir, menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melanjutkan operasi militer tanpa memperhatikan keselamatan para sandera.
Dari 251 sandera yang disita selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, 58 masih ditahan oleh militan Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas.
Militer Israel mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah menutup rute utama utara-selatan wilayah Gaza saat memperluas operasi darat yang dilanjutkan pada hari Rabu.
Roket Gaza Serang Israel
Militer Israel mengatakan mereka mencegat dua roket yang ditembakkan dari Gaza utara pada hari Jumat setelah sirene serangan udara berbunyi di kota selatan Ashkelon.Pada hari Kamis, sirene berbunyi di Israel bagian tengah saat Hamas mengatakan pihaknya menembakkan roket ke Tel Aviv dalam respons militer pertamanya terhadap serangan Israel yang dilanjutkan. Militer Israel mengatakan pihaknya mencegat satu roket, sementara dua roket mengenai daerah tak berpenghuni.
"Kami akan mengintensifkan pertempuran dengan penembakan udara, laut, dan darat serta dengan memperluas operasi darat hingga sandera dibebaskan dan Hamas dikalahkan, dengan menggunakan semua titik tekanan militer dan sipil," kata Katz.
Dia mengatakan hal ini termasuk menerapkan usulan Trump bagi Amerika Serikat untuk membangun kembali Gaza sebagai resor Mediterania setelah relokasi penduduk Palestina ke negara-negara Arab lainnya.
Ketika ditanya apakah Trump berusaha mengembalikan gencatan senjata Gaza pada jalurnya pada hari Kamis, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan bahwa presiden "sepenuhnya mendukung" operasi Israel yang diperbarui di Gaza.
Israel menolak negosiasi untuk tahap kedua gencatan senjata yang dijanjikan, sebaliknya menyerukan pengembalian semua sandera yang tersisa di bawah tahap pertama yang diperpanjang.
Hal itu berarti menunda perundingan mengenai gencatan senjata yang langgeng, dan ditolak oleh Hamas karena dianggap sebagai upaya untuk merundingkan kembali perjanjian awal kesepakatan.