China Siapkan Hadiah 2 Kapal Perang untuk Kamboja, Apa Tujuannya?

China Siapkan Hadiah 2 Kapal Perang untuk Kamboja, Apa Tujuannya?

Global | sindonews | Kamis, 5 September 2024 - 09:55
share

Kementerian Pertahanan Kamboja mengonfirmasi bahwa Angkatan Laut-nya akan menerima dua kapal perang sebagai hadiah dari China.

Pengumuman oleh kementerian tersebut pada hari Rabu telah menimbulkan spekulasi bahwa Beijing mungkin berencana untuk mempertahankan dan memperluas aset militernya di Teluk Thailand dalam jangka panjang.

Dua kapal perang tersebut, yang diharapkan akan dikirim paling cepat tahun depan, akan berupa korvet Type 56kapal patroli pantai yang lebih kecil yang telah berlabuh selama berbulan-bulan di Pangkalan Angkatan Laut Ream, yang sedang menjalani perluasan besar yang didanai oleh Beijing.

Juru bicara kementerian, Maly Socheata, mengonfirmasi sumbangan tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu dilakukan atas permintaan Kamboja untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Laut-nya.

Namun, dia tidak mengomentari laporan bahwa China juga akan menyerahkan fasilitas yang baru di- upgrade di pangkalan Ream, termasuk dermaga yang diperluas yang dapat menampung kapal yang lebih besar dari armada Kamboja saat ini. Dia menambahkan bahwa tahap akhir konstruksi hampir selesai.

Perluasan Pangkalan Angkatan Laut Ream yang berlokasi strategis, di Teluk Thailand, telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat (AS) serta di antara kekuatan regional.

Mereka khawatir bahwa China mungkin membangun kehadiran Angkatan Laut permanen di Kamboja, yang akan memberinya akses langsung ke Selat Malakarute pelayaran penting yang menghubungkan Laut China Selatan dan Samudra Hindia.

Kekhawatiran itu meningkat pada bulan Desember ketika dua korvet Type 56 China berlabuh di dermaga baru dan telah hadir secara berkala sejak saat itu.

Pejabat di Kamboja telah mengecilkan kekhawatiran tersebut, dengan menyatakan bahwa kehadiran kapal yang berkepanjangan adalah untuk tujuan pelatihan karena negara tersebut mempertimbangkan untuk memperoleh kapal serupa.

Maly mengatakan bahwa kapal perang, khususnya varian Type 56C, merupakan bagian dari upaya untuk mengonsolidasikan kemampuan Kamboja dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan operasi kemanusiaan regional, termasuk misi pencarian dan penyelamatan.

Kementerian Luar Negeri China tidak mengomentari hadiah kapal perang atau laporan tentang pengembangan pangkalan Ream. Kementerian itu menanggapi pertanyaan dengan menyatakan: "Kami tidak mengetahui informasi yang relevan."

Spekulasi tentang ambisi China di pangkalan Ream bermula pada tahun 2019, ketika The Wall Street Journal melaporkan kemungkinan perjanjian rahasia yang dapat memberi China akses ke pangkalan tersebut selama 30 tahun, termasuk penempatan personel militer dan tempat berlabuh kapal perang.

Hun Sen, Perdana Menteri Kamboja saat itu, membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa konstitusi negaranya melarang pangkalan militer asing.

Putranya, Hun Manet, Perdana Menteri Kamboja saat ini, telah mempertahankan posisi ini.

Euan Graham, analis pertahanan senior di Australian Strategic Policy Institute, bersugesti bahwa pemberian kapal perang mungkin memberi China jalan keluar.

"Ini strategi yang cerdasKamboja dapat menegaskan bahwa mereka tidak melanggar konstitusinya dengan mendirikan pangkalan asing, sementara China dapat memperoleh keuntungan dari akses istimewa atau eksklusif ke Ream," katanya, seperti dikutip dari Newsweek , Kamis (5/9/2024).

Saat ini, satu-satunya pangkalan militer luar negeri China yang diakui secara resmi adalah di Djibouti, yang terletak di Tanduk Afrika, tetapi banyak analis percaya Beijing terus memperluas jejak militer globalnya.

Sebaliknya, Amerika Serikat mempertahankan jaringan pangkalan militer asing terbesar, termasuk beberapa di kawasan Asia-Pasifik.

Maly menekankan bahwa Kamboja tetap berkomitmen pada kedaulatannya dan akan bekerja sama dengan mitra internasional hanya dalam kerangka konstitusinya.

"Setiap kerja sama harus sejalan dengan tujuan melindungi kedaulatan, integritas, dan kemerdekaan Kamboja," ujarnya.

China tetap menjadi sekutu terdekat Kamboja di Asia Tenggara dan penyumbang terbesarnya, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonominya.

Selain proyek militer, China juga berinvestasi besar dalam infrastruktur Kamboja, termasuk bandara, jalan raya, dan pembangunan swasta seperti hotel dan kasino.

Kamboja berutang sekitar 40 persen dari utang luar negerinya yang mencapai USD11 miliar kepada China.

Topik Menarik