Ternyata Ini Biang Kerok IHSG Anjlok 6

Ternyata Ini Biang Kerok IHSG Anjlok 6

Ekonomi | okezone | Selasa, 18 Maret 2025 - 07:21
share

JAKARTA – Ternyata ini biang kerok Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot lebih dari 6 pada perdagangan Selasa (18/3/2025). Anjloknya IHSG membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan pemberhentian perdagangan sementara pada pukul 11.39 WIB hingga 11.49 WIB.

Beberapa saham perbankan terpantau menjadi salah satu pemberat (laggard) indeks, seperti BBCA, BBRI, hingga BMRI. Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo menilai penurunan tajam IHSG kali ini dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor fundamental.

Salah satu penyebab utama adalah defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin melebar akibat penerimaan pajak yang turun hingga 30 persen.

Hal ini diyakini memicu kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal, dan kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik.

“Penurunan ini IHSG ini diperkirakan akibat kombinasi beberapa faktor utama, termasuk defisit APBN yang meningkat karena penerimaan pajak turun 30 persen,” kata Arianto kepada IDX Channel, Selasa (18/3/2025).

1. Aksi Jual Investor

Selain itu, aksi jual investor asing turut memperberat tekanan terhadap pasar saham.  Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sepanjang tahun 2025 hingga 14 Maret, terjadi net sell asing senilai Rp26,04 triliun. Sementara pekan lalu nilai jual asing di bursa saham menembus Rp3,69 triliun.

“Juga ada faktor kejatuhan saham berkapitalisasi besar seperti DCII yang anjlok 20 persen,” jelasnya.

Pengmat menilai keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Sentimen Eksternal

Dari sisi eksternal, ketegangan geopolitik global serta kekhawatiran akan potensi resesi di Amerika Serikat turut memperburuk sentimen pasar.

Analis menilai ada kekhawatiran atas dampak tarif dagang dari Amerika Serikat.

“Asing repositioning posisinya di pasar modal emerging market, khawatir dampak perang tarif tapi memang kejatuhan paling dalam di pasar modal RI,” kata Ekonom BCA David Sumual.

 

3. Kekhawatiran Investor

Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi mengatakan, penurunan IHSG menunjukkan anomali jika dibandingkan dengan bursa regional Asia lainnya, seperti Nikkei yang menguat 1,4, Shanghai naik 0,09, STI naik 1 dan FKLCI  naik 1.

“Hal ini bisa menunjukkan kekhawatiran investor akan ekonomi Indonesia dan pasar keuangan,” kata Audi.

Jika melihat risk premium Indonesia, lanjut Audi, saat ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan AS, hal ini seiring dengan CDS yang meningkat tipis ke 76 bps, per 27 Feb 2025, FX risk seiring depresiasi Rupiah sebesar 0,6 periode Jan-Feb 2025, spread SBN dengan UST 10Y melebar ~255 bps dan juga dampak kebijakan global dan dalam negeri.

4. Rating Saham Indonesia

Selain itu, pemangkasan rating saham-saham Indonesia, seperti oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs juga mengkhawatirkan, utamanya terkait melebarnya defisit anggaran seiring mendorong fiskal risk. Adapun, tekanan jual asing yang masih sangat kuat, tercatat sampai 17 Maret 2025 kemarin, asing mencatatkan outflow sebesar Rp26,9 triliun.

Meski demikian, Audi meyakini jika tekanan outflow yang sudah berkurang seiring dengan relaksasi suku bunga, baik FFR maupun BI rate dan kebijakan eksternal, khususnya tarif sudah mulai mereda maka dapat menjadi momentum penopang IHSG.

“Selain itu, ekonomi makro dalam negeri yang masih kuat, baik pertumbuhan PDB dan juga penguatan nilai Rupiah akan memberikan andil sentimen positif untuk pasar,” tutur Audi.

Topik Menarik