Menko Airlangga: AZEC Dorong Transisi Energi dan Ekonomi Hijau di Indonesia

Menko Airlangga: AZEC Dorong Transisi Energi dan Ekonomi Hijau di Indonesia

Ekonomi | inews | Rabu, 21 Agustus 2024 - 19:25
share

JAKARTA, iNews.id - Krisis iklim telah menjadi tantangan global yang membutuhkan respons nyata dari seluruh negara untuk mengatasinya. Asia Zero Emission Center, yang merupakan hasil inisiatif bersama dari negara-negara mitra Asia Zero Emission Community (AZEC), telah diresmikan di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri AZEC ke-2 di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dalam sambutannya mengatakan, pendirian Asia Zero Emission Center berangkat dari semangat kolaborasi seluruh pihak dan juga merupakan tindak lanjut atas AZEC Leaders Joint Statement yang disepakati pada Desember 2023 lalu di Tokyo, Jepang.

Pendirian Asia Zero Emission Center akan menandai tonggak sejarah yang signifikan, karena kita secara kolektif berupaya untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan. Kami menyadari bahwa perubahan iklim merupakan kenyataan yang mendesak, yang menuntut tindakan cepat dan tegas dari semua negara, tuturnya.

Lembaga ini nantinya akan berperan sebagai tempat bertukar informasi, pengkajian kebijakan dan proyek, serta membantu negara-negara AZEC dalam mengembangkan visi, peta jalan, serta kebijakan transisi energi. Dengan menggabungkan peran Pemerintah, pemimpin industri, dan para ahli, lembaga ini akan menjadi pusat pengetahuan dan inovasi dari berbagai pemangku kepentingan.

AZEC juga memainkan peranan penting terhadap perkembangan energi terbarukan, efisiensi energi, hingga praktik-praktik keberlanjutan di berbagai sektor ekonomi. Lebih jauh lagi, dengan berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan agenda zero-emission, diharapkan hasil studi dari lembaga ini dapat berperan untuk mengakselerasi kerja sama dan inovasi di kawasan Asia.

Pembentukan AZEC bertujuan mencapai netralitas karbon melalui transisi energi praktis yang disesuaikan dengan keadaan unik masing-masing negara. Kami mendorong kerja sama berdasarkan konsep satu tujuan, berbagai jalur dengan mengakui beragamnya struktur industri, konteks sosial, geografi, dan tahapan pembangunan di antara negara-negara mitra, ujarnya.

Kawasan ASEAN sendiri diproyeksikan akan tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi global dengan kebutuhan energi yang terus tumbuh, di mana pada 2019 permintaan energi akhir di ASEAN mencapai 448 juta ton dan 47 persen dari suplai energi tersebut berasal dari minyak bumi.

Sementara, pada 2050 di bawah skenario bisnis seperti biasa, kontribusi minyak bumi diperkirakan akan mencapai sekitar 32 persen dari total pasokan energi primer, diikuti oleh batu bara sebesar 29 persen.

Akan tetapi, hal tersebut dapat diantisipasi dengan diimplementasikannya proyek-proyek transisi energi rendah karbon yang diproyeksikan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis fosil secara drastis hingga 21,6 persen pada konsumsi energi final pada 2050.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto. (Foto: dok Kemenko Perekonomian)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto. (Foto: dok Kemenko Perekonomian)

Untuk membantu mewujudkan hal itu, AZEC sebagai platform kolaboratif yang berperan signifikan untuk mempercepat proses transisi energi di Indonesia sembari mendorong pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan ketahanan energi, dengan memfasilitasi investasi swasta pada proyek-proyek transisi energi rendah karbon, katanya.

Menko Airlangga juga menyampaikan tiga usulan inisiatif untuk mencapai nol emisi karbon di masa depan. Pertama, mengembangkan sistem energi bersih terpadu dengan meningkatkan konektivitas jaringan listrik regional untuk meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan.

Kedua, mentransformasikan sektor transportasi dengan tujuan merevolusi mobilitas melalui pengembangan kendaraan generasi mendatang dan bahan bakar berkelanjutan. Ketiga, mempromosikan efisiensi energi di semua sektor dengan mendorong pengurangan konsumsi energi yang signifikan dengan berfokus pada proses industri, sistem bangunan, dan produk konsumen.

Untuk mewujudkan tujuan dekarbonisasi di negara-negara mitra AZEC juga perlu dikembangkan platform keuangan kolaboratif yang dapat mengatasi tantangan unik di masing-masing negara dalam pendanaan transisi energi di masing-masing. Platform ini nantinya akan berperan memobilisasi modal domestik, menarik investasi internasional, dan menciptakan instrumen keuangan inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan kawasan.

Di samping itu, perlu dibangun mekanisme berbasis pasar yang efektif, seperti penetapan harga karbon dan sistem perdagangan emisi, yang dapat mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon sekaligus mempertahankan daya saing kawasan.

Jalan ke depan penuh tantangan, namun penuh peluang. Transisi Asia menuju sistem energi yang terdiversifikasi dan berkelanjutan mendapatkan momentumnya, didorong oleh target nasional dan kebijakan yang mendukung. Agar berhasil, kita memerlukan rencana yang koheren dan tegas untuk penerapan teknologi dekarbonisasi secara tepat waktu, kebijakan yang efektif untuk membuka pasar, serta investasi besar dalam inovasi dan penelitian dan pengembangan, ucapnya.

Dalam penutupnya, Menko Airlangga menyampaikan apresiasi kepada seluruh mitra dan pemangku kepentingan atas dedikasi dan kontribusi dalam merealisasikan pembentukan Asia Zero Emission Center. Melalui kerja sama seluruh pihak, masa depan Asia dan dunia yang berkelanjutan dan berketahanan iklim akan dapat diraih.

Dia pun menjelaskan rangkaian agenda pertemuan pada 2nd Asia Zero Emission Community (AZEC) Ministerial Meeting and Related Events. Menko Airlangga juga mengungkapkan bahwa Pemerintah akan menunjukkan komitmennya dalam proyek transisi energi ini.

Ini adalah AZEC Ministerial Meeting yang kedua. Dan kali ini ada shortlist dari 78 proyek di negara Asia yang akan di-support oleh financing dari Jepang, dari JVIC. Dan Indonesia mempunyai shortlist terbesar, yaitu 34 proyek," tuturnya.

Menurutnya, proyek yang masuk di dalam Asia Zero Emission Community ini merupakan sebuah proyek yang dibesut oleh Indonesia dan Jepang. Oleh karenanya, dalam Pertemuan Tingkat Menteri tadi, dirinya juga menyampaikan hal-hal yang menjadi prinsip, yaitu tentu mendorong transisi energi ini bisa berjalan, kemudian sustainability bisa juga terjaga, tuturnya.

Turut hadir pada kesempatan tersebut antara lain Minister of Economy, Trade and Industry of Japan Ken Saito, President of ERIA Tetsuya Watanabe, State Minister of Environment, Japan Tetsuya Yagi, Minister of Manpower Singapore Tan Shiliong, Secretary General of ASEAN Kao Kim Hun, Menteri Investasi Rosan Perkasa Roeslani, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Edi Prio Pambudi, Juru Bicara/ Kepala Biro KLIP Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, dan Staf Khusus Kemenko Perekonomian Irfan Wahid.

Topik Menarik