Repatriasi Arsip Suara Jaap Kunst dari Belanda ke NTT

Repatriasi Arsip Suara Jaap Kunst dari Belanda ke NTT

Terkini | ttu.inews.id | Rabu, 25 September 2024 - 06:30
share

KUPANG,iNewsTTU.id- Setelah 1 abad koleksi arsip suara dan gambar yang telah terdigitalisasi dari Jaap Kunst, yang berada di Universiteit van Amsterdam (UvA), akhirnya diserahkan kepada Pemerintah Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan NTT. Penyerahan ini dilakukan pada tanggal Selasa, ( 24/92024) di Kupang di NTT oleh UvA bekerjasama dengan Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) di Kupang.

Koleksi Kunst sendiri sebelumnya dipegang oleh Royal Tropical Institute (Koninklijk Instituut vor de Tropen) tempat Kunst bekerja sebagai kurator (1939-1960), kemudian koleksi Kunst ini diserahkan ke UvA sejak tahun 1963.

Jaap Kunst semula adalah seorang pengacara yang juga pemain musik yang melakukan tur pada tahun 1921 ke wilayah kolonial Hindia Belanda saat itu. Sejak saat itu, dengan secara swadaya dan hidup pas-pasan, Kunst dan Katy istrinya mulai mengumpulkan berbagai rekaman musik etnis Nusantara. Baru pada tahun 1929 ia ditunjuk pemerintah kolonial Belanda sebagai musikolog pemerintah yang bertugas mengumpulkan rekaman musik di seluruh wilayah Hindia Belanda. Di dunia musik dalam tradisi Eropa, Jaap Kunst dikenal sebagai pendiri disiplin etnomusikologi (dunia).

“Kami berharap material yang ada bisa didengar kembali oleh orang-orang di tempat asal rekaman-rekaman ini dibuat hampir 100 tahun yang lalu,” ujar Barbara Titus selaku kurator koleksi Jaap Kunst yang juga pengajar etnomusikologi di Universiteit van Amsterdam. Menurut Barbara meskipun koleksi ini diberi nama koleksi Jaap Kunst tetapi peran Katy van Waly (Istri Jaap) juga sangat besar.

Kurang lebih terdapat 300-an koleksi suara (sound archieve) dari Flores yang tersebar dari Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, hingga Flores Timur. Selain itu koleksi suara yang diserahkan juga berasal dari Sumba, Alor, Timor, dan Kisar.

Upaya Barbara ini seharusnya akan dilakukan lebih awal, tetapi Covid-19 membuat upaya ini baru terlaksana di tahun 2024. “Long Covid-19 membuat kerja ini sempat tertunda, tetapi saya sangat senang koleksi ini bisa kembali kepada generasi yang ada saat ini di sini,” kata Barbara.

Ragil Sukriwul, penyair yang juga Direktur Seni dan Budaya IRGSC mengungkapkan bahwa koleksi ini dibuat pada tahun-tahun 1920-an sejak teknologi alat perekaman audio pertama dikembangkan oleh Thomas Alfa Edison mulai diluncurkan di pasar eropa, yang memungkinkan perekaman suara-suara musik dan nyanyian tradisi di Hindia Belanda itu dilakukan.

“Tantangannya memang adalah kita masih berusaha untuk membersihkan suara kasar (noise) yang tinggi dari file-file audio yang telah terdigitalisasi itu. Selain karena kualitas teknologi alat rekam yang masih sederhana, noise yang muncul itu bisa saja diakibatkan oleh terlalu lamanya umur simpan dari selinder lilin yang menyimpan hasil-hasil rekaman itu sehingga kualitas lilinnya sudah sangat menurun dan mungkin sekian banyak debu telah menempel di media itu yang kemudian mempengaruhi hasil dan kualitas audionya ketika dialihwahanakan dengan teknologi audio hari ini,” katanya.

Koleksi suara Jaap Kunst selanjutnya bisa diakses di Perpustakaan Daerah NTT (depan Katedral Kota Kupang) di Lantai 2, khususnya di Pojok Jaap Kunst atau Jaap Kunst Hoek. Untuk memudahkan para pengungjung mengakses file suara (sound archieve) Jaap Kunst, Universiteit van Amsterdam menghibahkan dua buah komputer berisikan rekaman suara dan video bisu.

Stef de Rozari, dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan mengungkapkan langkah repatriasi merupakan langkah baik dan sejalan dengan kerja pengarsipan Pemda Provinsi NTT.

“Kami berharap ini yang pertama, dan akan dilanjutkan dengan arsip-arsip dari Belanda yang saat ini masih dianggap hilang di NTT.” Ujanya.

Decky Seo, pegiat teater mengaku peluncuran Jaap Kunst ini sangat dibutuhkan.

“Kami merasa sangat terbantu, karena koleksi suara, tari dan foto ini memudahkan kami merekonstruksi sesuatu dari masa lalu, tanpa harus mengira-ngira, karena ada jejak audio dan visualnya,” ungkapnya.  

Topik Menarik