Viral Desa Tenganan di Bali Disebut Perkampungan Militer oleh Bule, seperti Ini Suasananya!

Viral Desa Tenganan di Bali Disebut Perkampungan Militer oleh Bule, seperti Ini Suasananya!

Travel | inews | Senin, 30 September 2024 - 18:15
share

JAKARTA, iNews.id - Pesona keindahan alam di Bali sudah dikenal hingga mancanegara. Selain memiliki pemandangan gunung, pura, dan danau, Bali juga memiliki desa unik di kawasan Karangasem.

Ya, Bali memiliki sederet desa wisata dengan sejuta pesona dan budaya. Dari sekian banyak, ada salah satu desa wisata yang kerap dijuluki para turis mancanegara sebagai Desa Militer.

Desa tersebut yakni Desa Adat Tenganan yang berada di Kabupaten Karangasem. Julukan Desa Militer bukan berarti desa ini ditingggali oleh para prajurit atau lokasi perang. Rupanya, ada cerita menarik di balik julukan Desa Militer yang disematkan oleh para turis mancanegara ketika pertama kali berkunjung ke Desa Tenganan ini.

Salah satu Tokoh Adat Desa Tenganan, I Nyoman Sandra bercerita, julukan Desa Militer ini disematkan karena desa ini memiliki struktur dan pola rumah yang saling berhadapan, bak benteng di zaman perang. Usut punya usut, hal tersebut sesuai dengan julukan ‘Jaga Satru’ Desa Tenganan, di mana Jaga berarti ‘Waspada’, dan Satru berarti ‘Musuh’, sehingga struktur rumah di desa ini melambangkan kewaspadaan terhadap musuh. 

"Tamu-tamu asing yang pengetahuannya luas, ketika masuk ke Desa Tenganan, mereka sudah langsung mengatakan, wah desa ini desa militer. Ini para militer katanya. Karena rumahnya berhadap-hadapan,” ujar I Nyoman Sandra, saat ditemui di Desa Tenganan, Karangasem, Bali, Sabtu, (28/9/2024).

"Nah, kebetulan di desa kami ini struktur desanya ini dinamakan Jaga Satru. Jaga artinya Waspada, Satru artinya Musuh. Jadi, waspada terhadap musuh," katanya.

I Nyoman Sandra menambahkan, bahkan menurut penduduk Desa Tenganan di masa lampau, desa mereka hanya memiliki 4 pintu masuk dan keluar. Jika ditarik secara garis dari pintu ke pintu tersebut akan membentuk pola atau 'tambah', di mana menjadi salah satu simbol sakral di Bali. "Jadi, desanya ini seperti benteng. Kalau zaman dulu katanya kalau orang masuk ke desa ini atau keluar, itu hanya melalui 4 gerbang yang ada di 4 pintu angin," kata I Nyoman Sandra. 

"Nah, kalau ditarik garis dari pintu ke pintu, maka hasilnya tanda tambah. Tanda tambah di Bali adalah simbol yang disakralkan yang disebut Tapak Dara. Itu ditambahkan garis-garis pada ujung Tapak Dara itu jadilah dia Swastika," ujarnya.

Swasti memiliki makna sejathtera, 'aman, tentram dan damai'. Sementara, kata 'Tika' bermakna ’Itu’. "Itu apa yang dimaksud, tanda tambah. Tanda tambah ini lambang keseimbangan," ujar I Nyoman Sandra.

Dia menjelaskan, tak hanya struktur bangunan rumah-rumah yang saling berhadapan, Desa Tenganan dikenal sebagai Desa Militer karena lokasinya yang dikelilingi oleh bukit menjadi benteng bagi desa mereka. "Nah kembali sedikit tentang Jaga Satru. Memang secara fisik kami mempertahankan diri dengan Benteng seperti ini. Dan lokasi desa pun ini sudah dibentengi oleh bukit," tuturnya.

Sebagai informasi, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa wisata di Bali yang sukses meraih Juara 1 Kategori Desa Wisata berkembang dalam ajang Anugrah Desa Wisata Indonesia 2021 (ADWI). Terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, desa wisata yang satu ini terkenal dengan kerajinan kain gringsingnya, yaitu kain tenun khas Bali yang hanya ada di desa ini.

Tak hanya itu, wisatawan juga bisa semakin tahu sisi asli Bali yang terjaga sejak zaman sebelum Kerajaan Majapahit. Baik itu rumah, balai pertemuan, pura, bahkan gaya hidup masyarakatnya masih mempertahankan adat istiadat zaman dahulu. Karena itu, desa ini juga dijuluki sebagai Desa Bali Aga atau Desa Bali Mula.

Sisi menarik lain dari Desa Tenganan ini adalah para penduduk desa mempertahankan aturan adat dalam berkehidupan sehari-hari. Mematuhi aturan pekarangan rumah, tata letak bangunan rumah dan pura, membuat desa ini terlestarikan suasananya selama berabad-abad. Para penduduk Desa Tenganan tidak banyak mendapat pengaruh dari luar sehingga mereka memiliki keseharian yang mirip zaman dulu.

Kebanyakan mata pencaharian masyarakatnya yaitu petani padi, pengrajin anyaman bambu, ukir-ukiran, lukisan di atas daun lontar serta kain tenun.

Topik Menarik