Digempur Israel, 124.000 Orang Mengungsi di Gaza dalam Beberapa Hari
Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan 124.000 warga Palestina telah mengungsi di Gaza hanya dalam beberapa hari.
Dalam unggahan di laman Facebook resminya, UNRWA mengatakan, “Para pengungsi tersebut dipaksa melarikan diri dari pemboman yang tak henti-hentinya. Keluarga-keluarga menanggung apa yang mereka miliki tanpa tempat berlindung, tanpa rasa aman, dan tidak punya tempat untuk dituju."
Badan tersebut juga menyoroti, "Otoritas Israel telah menghentikan semua bantuan. Makanan langka dan harga-harga melambung tinggi. Ini adalah bencana kemanusiaan."
Menekankan urgensi situasi tersebut, UNRWA mengatakan, "Pengepungan harus diakhiri."
Pekan lalu, Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas, melancarkan gelombang serangan udara yang menewaskan ratusan warga Palestina di seluruh Jalur Gaza.
Analis politik Mohamad Elmasry mengatakan PBB "mendapat tekanan" setelah mengumumkan akan menarik sepertiga staf internasionalnya keluar dari Gaza setelah serangan tank Israel menghantam salah satu kompleksnya dan menewaskan seorang karyawan.
Dia mencatat 280 pekerja PBB telah tewas sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023.
"Jadi PBB merasa bertanggung jawab untuk melindungi orangnya. Israel menargetkan pekerja bantuan dan jurnalis. Posisi resmi Israel adalah PBB adalah organisasi anti-Semit. Mereka telah menjelaskannya dengan jelas," ujar dia kepada Al Jazeera.
Elmasry juga menyoroti fasilitas Palang Merah diserang pasukan Israel pada hari Senin. Israel menyebut pengeboman itu sebagai "salah identifikasi".
Save the Children mengatakan lebih dari 270 anak telah tewas dalam seminggu sejak Israel melanjutkan perangnya di Gaza, menandai beberapa "hari paling mematikan bagi anak-anak sejak perang dimulai".
“Bom berjatuhan, rumah sakit hancur, anak-anak terbunuh dan dunia terdiam,” kata Rachael Cummings, direktur kemanusiaan Save the Children di Gaza. “Tidak ada bantuan, tidak ada keamanan, tidak ada masa depan.”
Organisasi tersebut mengatakan dalam pernyataan bahwa dimulainya kembali perang adalah “hukuman mati bagi anak-anak Gaza”.
Lebih dari 17.900 anak telah terbunuh sejak perang dimulai pada Oktober 2023, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.
“Anak-anak dibunuh saat tidur di tenda-tenda, mereka dibiarkan kelaparan dan diserang. Satu-satunya cara untuk memastikan anak-anak dan keluarga terlindungi adalah melalui gencatan senjata yang definitif,” ungkap Save the Children.