5 Negara yang Terancam setelah Donald Trump Kembali Jadi Presiden AS, 2 di Antaranya Mayoritas Muslim
Ada lima negara yang terancam setelah Donald Trump kembali menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). Beberapa di antaranya negara di kawasan Timur Tengah yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Donald Trump resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat pada Senin (21/1/2025). Momen ini menandai kali kedua Trump berkuasa di Gedung Putih setelah sebelumnya memimpin AS pada periode 2017-2021.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih tak melulu disambut baik. Ada sebagian negara yang justru was-was karena khawatir dengan gebrakan-gebrakannya yang mungkin nanti bisa menjadi ancaman.
Negara yang Terancam setelah Donald Trump Kembali Jadi Presiden AS
1. Iran
Iran adalah salah satu musuh utama Amerika Serikat. Saat berkuasa dulu, Trump juga sering menjatuhkan sanksi berat untuk Teheran.Melansir IranInternational, Trump selama masa jabatan pertamanya dulu telah memberlakukan serangkaian langkah untuk melemahkan ekonomi Iran dan mengurangi pengaruh regionalnya.
Jelang Suksesi Kepemimpinan Otoritas Palestina, Kenapa Mahmoud Abbas Gelorakan Perang Saudara?
Hal tersebut khususnya dengan menargetkan program nuklirnya. Trump secara mengejutkan menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 dengan kebijakannya yang dikenal sebagai "Maximum Pressure”.
Pada Desember 2024 lalu, penasihat Timur Tengah yang baru ditunjuk Trump, Massad Boulos, mengumumkan pemerintah nanti sudah berencana menghidupkan kembali strategi tekanan maksimumnya terhadap Iran. Hal ini menjadi sedikit bocoran yang menandakan niat AS untuk memperkuat isolasi Teheran.
2. China
Berikutnya ada China. Menanggapi kembalinya Trump ke Gedung Putih, para pejabat di sana merasa penuh harapan tetapi tetap gelisah karena kekhawatiran terulangnya perang dagang yang menghancurkan seperti masa jabatan pertamanya.Melansir Reuters, salah satu contohnya bisa dilihat saat Trump dulu mengenakan tarif lebih dari USD300 miliar pada impor China.
Dalam beberapa bulan terakhir, dia juga mengatakan akan mengenakan tarif setidaknya 10 di atas tarif yang telah dikenakan pada barang-barang China.
Selain perang dagang, ada lagi isu mengenai tekanan pembatasan perusahaan teknologi. Trump nantinya bisa kembali mengambil langkah untuk membatasi pengaruh China di bidang teknologi, seperti larangan pada perusahaan Huawei dan TikTok misalnya.
Belum lagi, soal isu Taiwan dan Laut China Selatan. Trump bisa saja meningkatkan dukungan terhadap Taiwan, lalu mengambil sikap lebih agresif terhadap klaim Beijing di Laut China Selatan yang dapat memicu ketegangan militer.
3. Panama
Belum lama dilantik, Donald Trump menyebut keinginan untuk membawa ingin Terusan Panama kembali di bawah kendali AS.
Hal ini tentu memicu sentimen nasionalis dan kekhawatiran di Panama sendiri yang sebenarnya mungkin sudah akrab dengan intervensi Negeri Paman Sam.
Mengutip Associated Press, Presiden Panama José Raúl Mulino menanggapi dengan tegas pernyataan Trump soal Terusan Panama.
Mengulangi perkataan beberapa waktu lalu, dia meminta AS agar mempertimbangkan keputusannya mengambil alih kembali terusan tersebut.
Mulino menambahkan terusan itu merupakan milik negaranya yang berpenduduk 4 juta jiwa. Maka dari itu, statusnya akan tetap menjadi wilayah Panama.
Sementara itu, sebagian warga Panama melihat pernyataan Trump sebagai cara untuk menekan Panama karena menginginkan hal lain. Misalnya seperti kontrol yang lebih baik atas migrasi melalui Celah Darien.
4. Palestina
Trump mungkin berjasa pada kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas baru-baru ini. Meski begitu, bukan berarti dia akan memihak Palestina untuk ke depannya.Salah satu alasan terbesarnya karena Trump memiliki riwayat kebijakan yang pro-Israel. Contohnya adalah di masa pertama jabatannya ketika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besar AS ke sana.
Belum lagi soal retorikanya yang sangat pro-Israel. Trump sering berbicara tentang Israel dengan nada yang sangat positif, menjanjikan perlindungan dan dukungan penuh terhadap negara Yahudi itu, sehingga meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah dan semakin menekan Palestina untuk menerima kondisi yang diajukan Tel Aviv.
5. Meksiko
Kekhawatiran juga dirasakan negara lain seperti Meksiko. Trump terkenal dengan kebijakan imigrasi yang keras, termasuk membangun tembok perbatasan dan kebijakan deportasi massal.Menurut laporan ApNews, pemerintahan Trump memberlakukan kembali kebijakan “Tetap di Meksiko”.
Di masa jabatan pertamanya dulu, kebijakan itu memaksa 70.000 pencari suaka menunggu tanpa kepastian bersama sidang di pengadilan imigrasi AS.
Selain masalah imigran, Meksiko dihadapkan pada ancaman lain, seperti tarif perdagangan selangit dan serangan militer terhadap kartel.
Jika menolak ketentuan, taruhannya sangat besar karena AS juga menjadi pasar penting bagi sekitar 80 persen ekspor Meksiko.
Itulah beberapa negara yang terancam setelah Donald Trump kembali menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).