7 Fakta Menarik Ustadz Adi Hidayat yang Dirumorkan Gantikan Gus Miftah Jadi Utusan Khusus Presiden
Nama Ustadz Adi Hidayat belakangan mencuat usai polemik yang menimpa penceramah Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.
Imbas viral gegara mengolok-olok penjual es teh lewat candaannya, tak berapa lama Gus Miftah lantas memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Utusan Khusus Presiden.
Kini, nama Ustadz Adi Hidayat mencuat dan disebut-sebut menjadi sosok yang bakal menggantikan posisi Gus Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden.
Meski bukan merupakan sosok yang asing, namun masih banyak kalangan masyarakat yang penasaran dengan sosoknya.
Berikut profil dan beberapa fakta menarik terkait Ustadz Adi Hidayat, dilansir Okezone dari berbagai sumber, Kamis (12/12/2024):
1. Ustadz favorit para selebriti
Ustadz Adi Hidayat lahir di Pandeglang, Banten 11 September 1984 dari pasangan Warso Supena (Ayah) dan ibunya bernama Hj Rafiah Akhyar. Beliau memiliki 4 orang saudara yaitu Ade Rahmat, Neng Inayatin, Ima Rakhmawati, dan Ita Haryati.
Ustadz Adi Hidayat dikenal sebagai Dai dengan segudang prestasi dan karya tulis. Nama Ustadz Adi Hidayat merupakan salah satu Dai populer di kalangan netizen dan ustadz favorit selebriti untuk mengisi kajian rutin.
Video ceramahnya banyak tersebar di berbagai media sosial seperti Youtube, Instagram, atau Facebook dan telah ditonton oleh jutaan kaum muslimin di Indonesia.
Dilansir dari quantumakhyar.com, Ustadz Adi Hidayat memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik.
Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI.
Di dua sekolah dasar ini beliau mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan.
Dalam proses pendidikan dasar ini, Adi Hidayat kecil juga disekolahkan kedua orangtuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang.
Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.
2. Alumni santri ponpes berprestasi
Tahun 1997, melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-SMA) di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyyah Garut.
Ponpes yang memadukan pendidikan Agama dan umum secara proporsional dan telah mencetak banyak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional.
Guru utama beliau, Buya KH Miskun as-Syatibi ialah orang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan beliau terhadap Alquran dan pendalaman pengetahuan.
Selama masa pendidikan ini beliau telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Propinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal syarh Al-Qur'an.
Di tingkat II Aliyah bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Ponpes Taruna Alquran Yogyakarta.
Beliau lulus dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus (agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah "konsep ESQ dalam al-Qur'an" di hadapan tokoh pendidikan M Yunan Yusuf.
3. Sering lakukan misi dakwah di Banten
Beliau juga seringkali dilibatkan oleh pamannya KH Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.
Tahun 2003, beliau mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas Al-Azhar Kairo, hingga mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek.
4. Lanjutkan studi di Libya
Tahun 2005, beliau mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyya Dakwah Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walau mesti meninggalkan program FDI dengan raihan IPK 3,98.
Di Libya, Ustadz Adi Hidayat muda belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan Alquran, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh, Lughah, dan selainnya.
Kecintaannya pada Alquran dan Hadits menjadikan beliau mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini.
5. Mengasuh ponpes hingga raih gelar Doktor Kehormatan
Di akhir 2009 beliau diangkat menjadi Aminul khutaba, Ketua dewan khatib jami Dakwah Islamiyyah Tripoli yang berhak menentukan para khatib dan pengisi di Masjid Dakwah Islamiyyah.
Awal tahun 2011 beliau kembali ke Indonesia dan mengasuh Ponpes Alquran Al-Hikmah Lebak Bulus.
Dua tahun kemudian beliau berpindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akhyar Institute, yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan pengembangan dakwah.
Ustadz Adi Hidayat juga menerima gelar Doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa), bidang pengetahuan, budaya, dan dakwah, dari Universitas Astrolabe Instanbul Turki, Tahun 2019.
6. Tak pernah mematok biaya ketika dakwah
Salah satu sumber kekayaan Ustadz Adi Hidayat adalah sebagai pendakwah. Dirinya tidak pernah menetapkan biaya untuk orang yang mengundangnya untuk berceramah.
Ia bahkan rela membeli tiket pesawat dan biaya transportasi lainnya jika ceramah tersebut berlangsung di luar kota.
"Saya tidak suka jika ditanya tentang tarif mengundang saya. Saya tidak meminta biaya atau fasilitas. Jika sehat, saya datang sendiri dan membeli tiketnya," ucap Ustadz Adi Hidayat.
7. Punya kanal YouTube hingga bisnis travel dan umrah
Ustadz Adi Hidayat juga mendapatkan penghasilan dari kanal YouTube-nya, Adi Hidayat Official, yang memiliki lebih dari 4,9 juta subscriber dan 2.190 video.
Berdasarkan data Social Blade, ia diperkirakan memperoleh hampir Rp607 juta per bulan dari YouTube.
Selain penghasilan dari YouTube, Ustadz Adi Hidayat juga mendapatkan kekayaan dari berbagai bisnis yang dijalankannya, termasuk bisnis travel dan umrah.