RI Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Mirip Situasi Mengerikan Krisis 1999

RI Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Mirip Situasi Mengerikan Krisis 1999

Terkini | okezone | Selasa, 1 Oktober 2024 - 14:58
share

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,12 pada September 2024. Angka deflasi ini lebih dalam dibandingkan deflasi Agustus 2024 yang tercatat 0,03 secara bulanan.

Menurut Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, deflasi September 2024 ini memang yang merupakan terdalam sepanjang 2024. Sebab apabila dirincikan, pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03, lalu Juni 0,08, Agustus 0,03 dan September 0,12.

Oleh karena itu, diakuinya bahwa secara historis deflasi lebih dari tiga bulan berturut-turut ini menjadi yang terpanjang setelah krisis yakni pada 1999. Saat itu, deflasi terjadi selama 7 bulan beruntun.

"Pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia, Indonesia pernah mengalami deflasi 7 bulan berturut-turut selama bulan Maret 1999 sampai September 1999. Karena akibat dari penurunan harga beberapa barang pada saat itu, setelah diterpa inflasi yang tinggi," jelas Amalia dalam konferensi pers hari ini, Selasa (1/10/2024).

Namun demikian, diungkapkan Amalia deflasi selama 2 sampai 3 bulan berturut-turut pernah terjadi pada Desember 2008 hingga Januasi 2009 dan Juli sampai September 2020.

"Kalau kita melihat deflasi yang berturut-turut selama lima bulan di tahun ini, tentunya kita bisa mencermati secara jelas faktor yang mempengaruhi deflasi atau penurunan harga. Jadi deflasi itu dibentuk karena adanya harga yang turun," terang Amalia.

Diberitakan sebelumnya, BPS mencatat bahwa deflasi pada September 2024 terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dan merupakan deflasi kelima pada 2024 secara bulanan.

Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi 0,59 dengan andil 0,17.

Komoditas yang memberikan andil inflasi diantaranya ikan segar dan kopi bubuk dengan andil inflasi masing-masing 0,02, biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi kemudian tarif angkutan udara dan sigaret kretek mesin (SKM) yang beri andil inflasi masing-masing 0,01.

Topik Menarik