Surat 'Pancingan' Mantan Pejabat Tinggi Berujung Tamatnya Kerajaan Singasari

Surat 'Pancingan' Mantan Pejabat Tinggi Berujung Tamatnya Kerajaan Singasari

Nasional | okezone | Minggu, 16 Maret 2025 - 07:34
share

Arya Wiraraja, mantan pejabat tinggi Kerajaan Singasari mengompori Jayakatwang yang berkuasa di Gelang-gelang. Wilayah ini menjadi daerah bawahan dari Singasari di bawah pimpinan Kertanagara. 

Saat itu kebetulan wilayah Istana Singasari sedang kosong usai ditinggalkan sebagian besar pasukannya ke Melayu. Ekspedisi Melayu jadi misi Kertanagara memperluas wilayah kekuasaannya, tapi tidak memikirkan stabilitas di lingkungannya sendiri.

Kertanagara dengan percaya diri sudah mempertimbangkan matang - matang, termasuk tak ada ancaman dari Jayakatwang. Tapi Arya Wiraraja yang masih memiliki dendam usai dimutasi dari pejabat tinggi istana mengompori Jayakatwang.

Ketika itu usia Arya Wiraraja diperkirakan berkisar 43 tahun, ketika momen istana Singasari banyak ditinggalkan pasukan ke Melayu. Catatan sejarah dari Pararaton, sebagaimana dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit", tulisan Heri Purwanto, Banak Wide atau Arya Wiraraja lahir pada 1232 Masehi, sedangkan pengiriman pasukan terjadi pada 1275.

Arya Wiraraja memang memiliki hubungan erat dengan Jayakatwang atau yang lain menyebut Aji Jayakatong. Ia bahkan mengirimkan surat ke penguasa Gelang-gelang itu. Surat berisikan tentang penggambaran ibu kota Kerajaan Singasari dikirimkan ke Jayakatwang.

Pada suratnya Arya Wiraraja mengibaratkan, jika Jayakatwang ingin berburu saat itulah kesempatan yang baik karena tiada lagi buaya, banteng, ular, duri, dan macan di sana, kecuali seekor macan yang sudah ompong. Surat tersebut bermaksud memberitahu Aji Jayakatong bahwa saat itu adalah kesempatan yang baik untuk menyerang Sri Kertanagara, karena sebagian besar pasukan Tumapěl berada di Malayu Sumatra.

Sementara, istana Singhasari bisa dikatakan sudah kosong tanpa penjaga, kecuali sang mantan patih, yaitu Mpu Raganata, yang diibaratkan macan ompong. Pada Kidung Harşawijaya dikisahkan bahwa utusan yang dikirim Arya Wirarāja untuk menyampaikan surat ke Kota Daha ialah putranya sendiri, bernama Wirondaya. 

Setelah membaca surat tersebut, Aji Jayakatong tergugah semangatnya untuk menyerang Singhasari. Ditambah lagi patihnya yang bernama Mundarang mengingatkan Aji Jayakatong sebagai putra Aji Dangdang Gendis, wajib membalas dendam pada keturunan Ki Angrok, pendiri Kerajaan Singasari.

Topik Menarik