Potensi Beda Awal Ramadan, Menag: Kalau Sudah Menyaksikan Bulan Kenapa Ditunda

Potensi Beda Awal Ramadan, Menag: Kalau Sudah Menyaksikan Bulan Kenapa Ditunda

Nasional | sindonews | Kamis, 27 Februari 2025 - 10:38
share

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar angkat bicara soal prediksi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkaitawal bulan puasa Ramadan 1446 Hijriah/2025 Masehi yang berpotensi berbeda.

Menag pun menegaskan bahwa besok, Jumat (28/2) masih akan dilaksanakan sidang isbat sebagai penentuan awal puasa Ramadan 2025.

"Besok kita sidang isbat," kataNasaruddin Umar di Kantor Kemenko Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, Kamis (27/2/2025).

Lebih lanjut terkait prediksi BRIN, Menag menegaskan bahwa semua orang bisa memprediksi. Namun, ketika sudah melihat bulan sebagai penentu hilal maka tidak boleh ditunda.

"Semua orang bisa memprediksi tapi keputusan rapat yang menentukan besok. Tapi kalau sudah menyaksikan bulan kenapa harus ditunda. Kalau nggak mari kita diskusikan," tegasnya.

Sebelumnya, Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Pusat Riset Antariksa dari BRIN, Thomas Djamaluddin mengungkapkan bahwa ada kemungkinan perbedaan awal puasa di Indonesia tahun 2025. Dia memprediksi pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Minggu, 2 Maret 2025.

Thomas mulanya menjelaskan fakta astronomi pada Jumat, 28 Februari 2025, hari di mana pemerintah menggelar rukyatul hilal di 125 titik di seluruh Indonesia. Dia pun mengungkapkan bahwa posisi bulan saat Matahari terbenam di Banda Aceh pada hari itu sudah melebihi kriteria MABIMS. Kriteria ini mensyaratkan tinggi bulan minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

“Posisi bulan saat maghrib 28 Februari 2025 di Banda Aceh tinggi toposentriknya 4,5 derajat sedangkan elongasi geosentriknya 6,4 derajat. Ini sedikit melebihi kriteria MABIMS yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat,” kata Thomas dikutip dari YouTube BRIN.

Sementara posisi bulan di wilayah Indonesia lainnya yakni Surabaya, kata Thomas, belum memenuhi kriteria MABIMS. Elongasi geosentrik Bulan di wilayah tersebut baru mencapai 5,8 derajat.

Thomas pun mengatakan sulit mengamati hilal Ramadan pada 28 Februari 2025. “Posisi bulan yang terlalu dekat dengan Matahari dan ketinggiannya masih cukup rendah, ini menunjukkan bahwa posisi bulan pada awal Ramadan untuk penentuan awal Ramadan ini sulit diamati,” jelasnya.

Sementara, Kementerian Agama (Kemenag) telah memprediksi dari data hisab bahwa awal puasa 1 Ramadan 1446 Hijriah akan jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025.

Menurut Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) pada Ditjen Bimas Islam Kemenag, Arsad Hidayat mengungkapkan berdasarkan data hisab awal Ramadan berdasarkan data hisab awal Ramadan 1446 H, ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB.

Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah diatas ufuk antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.

Sehingga, ketinggian hilal ini sudah melebihi kriteria yang menjadi kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yakni 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

“Dengan kriteria ini, secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat (pada 28 Februari 2025),” sebut Arsad.

Topik Menarik