Nikita Mirzani VS Lolly, Pertarungan Identitas Perempuan di Ruang Publik

Nikita Mirzani VS Lolly, Pertarungan Identitas Perempuan di Ruang Publik

Berita Utama | muria.inews.id | Selasa, 24 September 2024 - 15:15
share

BELAKANGAN ini, warganet dihebohkan berita perseteruan Nikita Mirzani dan anaknya Laura Meizani Mawardi atau akrab disapa Lolly. Masyarakat juga tahu bahwa kedua perempuan yang orang punya ikatan darah itu adalah sosok terkenal dalam dunia hiburan.

Hubungan Nikita Mirzani dengan putri sulungnya, Lolly, tengah menghadapi tantangan, terutama setelah relokasi Lolly ke London untuk sekolah di awal 2023. Transisi ini tampaknya telah mempengaruhi keputusan Lolly untuk menghilangkan nama belakangnya, sebagai ganti dia mengadopsi nama keluarga mantan suami ibunya, yang mungkin mencerminkan respons emosional yang kompleks terhadap dinamika keluarganya. Emosi yang berlebihan inilah yang dalam pandangan sebagian netizen dianggap sebagai kebangkitan drama Malin Kundang.

Dalam konteks hubungan keluarga, sorang anak yang memutuskan untuk berpindah ke negara lain menandakan perubahan hidup yang signifikan. Keputusan ini seakan menjadi pertanda munculnya keregangan dalam ikatan keluarga. Relasi yang terbangun antara anak dan orang tua khususnya ibu mengalami dinamika yang memerlukan refleksi dari kedua belah pihak secara lebih bijaksana. Kesadaran akan munculnya emosi kemampuan untuk dapat memilih cara merespon merupakan langkah awal dalam aspek pertumbuhan pribadi seseorang.

Pilihan seorang anak untuk mengubah nama keluarganya bisa menunjukkan keinginan untuk mendefinisikan kembali identitasnya di tengah-tengah perubahan ini. Perubahan nama tersebut bisa dipicu emosi sesaat dari seorang anak yang sedang mengalami kegoncangan. Munculnya emosi sesaat juga dapat dipicu oleh kebutuhan akan otonomi atau kebebasan sebagai reaksi terhadap tekanan orang tua yang seringkali mewarnai kehidupan para remaja.

Perubahan nama keluarga yang dialami seseorang menjadi gambaran adanya upaya untuk memunculkan identitas pribadi baru yang kuat terutama dalam konteks hubungan keluarga yang sedang mengalami ketegangan.

Dalam perseteruan antara Loly dan Nikita Mirzani, perspektif feminisme memainkan peran penting dalam membentuk pandangan publik. Konflik ini tidak hanya sekadar drama antar selebriti, tetapi juga mencerminkan ketegangan antara representasi perempuan yang kuat dan stereotip yang terus mendominasi.

Meskipun di luar konteks hubungan kekeluargaan yang ada, feminisme memandang bahwa perseteruan dua pribadi mengungkapkan adanya hak untuk bercerita dan membela posisi sesuai perspektif masing-masing pihak. Namun, jika dilihat dari teriakan netizen yang mengkritik cara mereka saling menyerang, menyoroti bahwa tindakan tersebut dapat memperburuk citra perempuan di masyarakat. 

Dalam konteks itu mencerminkan tantangan yang masih dihadapi perempuan dalam memenuhi harapan sosial dan norma gender dalam masyarakat yang seringkali bertentangan.

Dampak sosial dari konflik keluarga ini terasa luas; pertama, menciptakan perdebatan tentang bagaimana perempuan seharusnya bersatu dan saling mendukung, bukan saling menjatuhkan; kedua, public figur hendaknya menjadi model dan contoh bagi masyarakat terutama generasi Z dan Alpha dalam membangun relasi dan komunikasi yang baik dalam keluarga. Untuk meningkatkan kesadaran akan kesetaraan gender, penting bagi perempuan Indonesia untuk mengedukasi diri dan satu sama lain tentang nilai solidaritas, serta mempromosikan dialog yang konstruktif dalam menghadapi perbedaan pendapat.

Kecerdasan sosial-emosional seseorang sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk mendengarkan, berkomunikasi, berkonsentrasi, memahami, memecahkan masalah dan bekerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, perempuan dapat berperan aktif dalam menciptakan perubahan positif dan transformatif dalam masyarakat.(Dr Setyasih Harini, staf pengajar FISIP Unisri Surakarta). 

Topik Menarik