Refly Harun Sebut KPK Kehilangan Muruah gegara Belum Bisa Tangkap Harun Masiku
JAKARTA, iNews.id - Pakar hukum tata negara, Refly Harun menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kehilangan muruahnya. Sebab, KPK hingga kini belum berhasil menangkap buronan kasus dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR 2019-2024 Harun Masiku.
“Jadi ada hal-hal yang menyebabkan KPK menjadi tidak lagi punya muruah, tidak lagi mempunyai kekuatan. Bahkan untuk menangkap Harun Masiku pun yang diduga waktu itu isunya dilindungi oleh lembaga lain tidak bisa dia (tangkap),” ujar Refly dalam program Rakyat Bersuara bertajuk 'Kasus Keramat Harun Masiku, Siapa yang Dituju?' di iNews, Selasa (17/12/2024) malam.
Dia pun menyinggung pimpinan KPK periode 2019-2024 yang bermasalah. Dia juga menyoroti pimpinan periode saat ini berasal dari institusi Polri.
Menurutnya, KPK dibentuk dari adanya anggapan polisi dan jaksa yang belum mampu melaksanakan tugasnya.
“Padahal munculnya KPK itu adalah sebagai trigger mechanism karena polisi dan jaksa Kejaksaan Agung dianggap belum mampu melaksanakan tugasnya. Makanya dilakukan, dibuat yang namanya lembaga extraordinary semacam KPK,” jelas dia.
Pelatihan Saksi Pilkada 2024 oleh DPC PDIP Perjuangan Pringsewu: Persiapan Maksimal untuk Kemenangan
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PDIP Adian Napitupulu membandingkan buronan KPK Kirana Kotama dengan Harun Masiku. Dia heran Kirana tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti Harun Masiku.
Dia menyebut Harun Masiku bukanlah buronan terlama di KPK. Menurutnya, justru Kirana Kotama yang sudah menjadi buronan sejak 2017 lalu, atau tiga tahun sebelum Harun Masiku ditetapkan daftar pencarian orang (DPO) pada 2020.
"Buronanya lebih lama 2017 toh, lama sekali, Harun Masiku 2020, tiga tahun lebih lama dari Harun Masiku. Kenapa enggak diributin? Kenapa? Apakah karena Harun Masiku itu dari PDI-Perjuangan? Kalau begitu, targetnya siapa? Harun Masiku-nya atau PDI Perjuangan-nya?" kata Adian dalam program Rakyat Bersuara.
Dia juga mempertanyakan mengapa tidak ada tokoh melakukan sayembara seperti yang ditujukan kepada masyarakat sebagai imbalan menemukan Harun Masiku.
"Tidak ada sayembara handphone, tidak ada sayembara Rp8 miliar, tidak ada sayembara lain. Kenapa? Apakah karena Kirana Kotama bukan anggota partai? Kan itu harus kita jelaskan," ujarnya.