Jangan Sepelekan Otot Kaku dan Tangan Tremor karena Penyakit Parkinson, Kenali Penanganannya

Jangan Sepelekan Otot Kaku dan Tangan Tremor karena Penyakit Parkinson, Kenali Penanganannya

Gaya Hidup | inews | Selasa, 24 September 2024 - 19:44
share

JAKARTA, iNews.id - Kondisi tremor atau otot kaku pada salah satu bagian tubuh seseorang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Ya, kondisi ini kerap disebut dengan penyakit Parkinson atau disebut gangguan neurologis yang bersifat progresif dan berdampak pada gerakan tubuh.

Penyakit ini dikaitkan dengan kerusakan pada substansia nigra (bagian otak tertentu) yang memproduksi dopamine. Jika sel-sel ini rusak atau mati, jumlah dopamine pun berkurang atau menurun, pada akhirnya dapat menyebabkan berbagai masalah dalam gerakan tubuh.

Dokter spesialis bedah saraf dari RS Bunda Jakarta, M Agus Aulia mengatakan, seseorang yang menjadi Parkinson itu karena masalahnya ada di otak yang pada bagian sel-nya terjadi gangguan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Maka itu, muncul gejala tremor, tangan getar, bibir dan wajah tidak ada ekspresi. 

"Sayangnya Parkinson belum bisa disembuhkan. Namun, ada penanganan untuk atasi parkinson, seperti minum obat hingga melakukan tindakan 
stereotactic brain lesioning atau deep brain stimulation. Tindakan ini dilakukan jika minum obat sudah tidak mempan. Ini sebagai pilihan, jadi dilakukan tindakan untuk membantu mengatasi gejala terkait penyakit Parkinson, dengan tingkat keberhasilan yang baik," ujar dokter Agus Aulia, di Jakarta.

Penanganan Penyakit Parkinson

Dokter Agus mengatakan, penyakit parkinson belum bisa disembuhkan, tapi bisa diatasi. Tahapan pertama pengobatan yaitu dengan melakukan minum obat. Obat-obatan, seperti levodopa (yang diubah menjadi dopamine dalam otak) adalah salah satu pengobatan utamanya. Obat lain, seperti agonis dopamine, juga dapat digunakan untuk merangsang reseptor dopamine dalam otak. Dalam perjalanan penyakitnya, sering kali obat menjadi tidak efektif dan timbul komplikasi obat yang menganggu.

"Sejauh ini kita masih dengan obat-obatan. Problemnya ada dopamine yang hilang di otak. Dopamin itu semacam senyawa kimia di otak. Dopamin ilang dan gerakan terganggu. Orang itu juga bisa depresi, cemas karena semua berantakan di otak. Makanya obat berjenis dopamine dibutuhkan. Dalam perjalanannya obat ini makin lama dibutuhkan dan menjadi tidak efektif, maka timbul komplikasi. Karena minum obat banyak, dalam kondisi itu, maka operasi dibutuhkan," katanya.

Selain minum obat, ada juga penanganan terapi fisik dan rehabilitasi. Hal ini kata dokter Agus dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan keseimbangan untuk membantu agar mobilitas dan kemandirian pasien tetap terjaga. 

Kemudian, tindakan Parkinson di rumah sakit juga bisa dilakukan. Tindakan operasi menjadi pilihan ketika obat-obatan kehilangan efektivitasnya dan timbul komplikasi akibat obat, seperti fluktuasi motorik dan dyskinesia. Prosedur bedah seperti stimulasi otak dalam (deep brain stimulation/DBS) atau stereotactic brain lesioning dapat menjadi pilihan. 

Dokter Agus mengatakan tindakan stereotactic brain lesioning adalah prosedur bedah untuk membantu mengatasi gejala yang tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan. Persiapannya, sebelum prosedur, pasien akan menjalani pemindaian otak seperti MRI atau CT scan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk pembuatan lesi.

Dokter spesialis bedah saraf menggunakan sistem stereotaktik (kerangka acuan yang sangat presisi) untuk menempatkan elektroda di area otak yang ditargetkan, biasanya pada struktur seperti globus pallidus atau nukleus subthalamikus. Kemudian, dilakukan stimulasi listrik. Sebelum dilakukan “lesioning”, dilakukan stimulasi listrik dahulu, untuk meyakinkan lokasi yang akan dilesi sudah tepat. 

"Tindakan operasi ini dilakukan dalam keadaan sadar agar dokter dapat melihat efek langsung dari stimulasi listrik. Setelah diyakini lokasi sudah tepat, elektroda kemudian digunakan untuk menciptakan lesi kecil dengan cara memberikan panas yang terkendali," ujar dokter Agus.

Sementara itu, tindakan deep brain stimulation/DBS merupakan prosedur bedah dengan menanamkan elektroda di otak. Elektroda akan terhubung dengan perangkat generator Listrik kecil dan baterai yang dokter pasang di bawah kulit di dada. "Manfaatnya mengurangi gejala motorik, seperti tremor, kekakuan, dan bradikinesia dengan mengubah aktivitas abnormal di area otak yang terkait dengan kontrol gerakan. Kemudian pasien dapat mengurangi dosis obat," ujarnya.

Topik Menarik