Pasukan Israel Kepung 50.000 Warga Palestina di Rafah, Pengungsi yang Terluka Berdarah hingga Tewas

Pasukan Israel Kepung 50.000 Warga Palestina di Rafah, Pengungsi yang Terluka Berdarah hingga Tewas

Global | sindonews | Selasa, 25 Maret 2025 - 08:15
share

Pasukan darat Israel mengepung daerah Tel al-Sultan di Rafah, Gaza selatan, menyebabkan 50.000 warga Palestina terjebak dengan sedikit akses ke makanan dan air.

Tak hanya itu, warga yang terluka terpaksa "dibiarkan berdarah sampai mati".

Pasukan Israel mulai mengepung daerah itu pada Minggu pagi (23/3/2025), mengeluarkan pemberitahuan pengusiran warga Palestina.

"Sekitar pukul 8 pagi, mereka mulai menyebarkan selebaran pengusiran," ungkap Mais Hassouna, dari lingkungan Tel al-Sultan di Saudi, kepada Middle East Eye.

Dia mengatakan helikopter serang Apache dan quadcopter menembaki orang-orang di daerah itu tanpa pandang bulu, melukai beberapa tetangganya.

"Malam itu sangat mengerikan dengan cara yang tidak biasa," ungkap Hassouna. "Saya merasa ingin menelan diri saya sendiri."

Pemerintah kota Rafah mengatakan Tel al-Sultan "sedang menjadi sasaran genosida" dengan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua, terjebak di bawah pemboman Israel yang intens.

Komunikasi telah terputus sepenuhnya di daerah tersebut, dengan nasib penduduk tidak diketahui.

"Keluarga terjebak di antara reruntuhan, tanpa air, tanpa makanan, tanpa obat-obatan, di tengah runtuhnya total layanan kesehatan. Yang terluka dibiarkan mati kehabisan darah, dan anak-anak sekarat karena kelaparan dan kehausan di bawah pengepungan dan pemboman tanpa henti," papar dia.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan mereka kehilangan kontak dengan anggota krunya di Rafah. Pada Minggu pagi, ambulans Bulan Sabit Merah sedang dalam perjalanan untuk merawat pasien yang terluka di Tel al-Sultan ketika pasukan Israel mengepung kendaraan mereka.

“Pasukan Israel membebaskan salah satu anggota kru setelah memukulinya dengan keras. Lebih dari sehari kemudian, nasib pekerja darurat lainnya masih belum diketahui,” ungkap Bulan Sabit Merah.

Mengerikan

Bagi warga Palestina yang meninggalkan Tel al-Sultan, pengusiran itu merupakan cobaan yang mengerikan.

Nisreen Ashoor, dari kamp Badr, mengatakan dia melihat tentara Israel menembak mati dua anak.

"Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri, itu mengerikan," ujar dia kepada MEE, seraya menambahkan dia ingin membantu tetapi takut bahwa dia dan anggota keluarganya yang melarikan diri akan ditembak juga.

Ashoor mengatakan 50 tank Israel memasuki daerah itu, dan pasukan memisahkan pria dan wanita selama pengusiran.

“Beberapa orang ditelanjangi dan dibiarkan kedinginan,” papar dia.

Ayahnya termasuk di antara orang-orang yang dibawa pergi. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya.

"Kami tidak makan karena khawatir akan ayah kami," ungkap Ashoor.

Di tempat lain di Rafah, sejumlah orang tewas dan terluka setelah pemboman Israel menargetkan wilayah al-Shakoush pada Senin pagi.

Tembakan dan serangan artileri Israel juga dilaporkan terjadi di lingkungan al-Mawasi di Gaza selatan, tempat ribuan orang terlantar tinggal di tenda-tenda dan rumah-rumah darurat.

Beberapa warga Palestina terluka dalam serangan itu dan dibawa ke rumah sakit lapangan Palang Merah di Rafah.

Serangan Israel terhadap sekolah menewaskan tiga orang

Serangan terhadap Rafah terjadi ketika serangan Israel menewaskan 21 orang di seluruh Gaza pada Senin pagi, menurut pejabat kesehatan.

Di antara mereka, dua warga sipil tewas setelah pasukan Israel membombardir wilayah al-Maghraqa di Gaza tengah.

Tiga orang lainnya, termasuk seorang anak, tewas ketika serangan udara Israel menghantam satu sekolah yang melindungi warga Palestina terlantar di kamp pengungsi Nuseirat.

Dua wartawan juga tewas, sehingga jumlah total pekerja pers yang tewas di wilayah Palestina sejak Oktober 2023 menjadi 208 orang.

Koresponden Palestine Today Mohammad Mansour tewas dalam serangan udara di utara Khan Younis sementara koresponden Al Jazeera Mubasher Hussam Shabat tertembak di mobilnya di Jalan Salah al-Din di utara daerah kantong tersebut.

Pada Minggu malam, lima orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka ketika serangan udara Israel menargetkan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.

Serangan itu menghancurkan sebagian besar rumah sakit, memaksa evakuasi seluruh departemen, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Di antara mereka yang tewas adalah Ismail Barhoum, tokoh politik senior Hamas, yang menerima perawatan di rumah sakit tersebut karena luka yang dideritanya dalam serangan Israel sebelumnya.

Topik Menarik