Tewas Dibombardir Israel, Ini Sosok Jubir Militer Jihad Islam Abu Hamza yang Terkenal

Tewas Dibombardir Israel, Ini Sosok Jubir Militer Jihad Islam Abu Hamza yang Terkenal

Global | sindonews | Kamis, 20 Maret 2025 - 01:40
share

Kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ) telah mengonfirmasi identitas sebenarnya dari juru bicara (jubir) sayap militernya Brigade Al-Quds, Abu Hamza, yang tewas dalam serangan udara brutal Israeldi Gaza pada Selasa malam.

Abu Hamza bagian dari 400 lebih warga Palestina, termasuk hampir 200 anak-anak, yang tewas dalam sehari akibat serangan udara militer Zionis Israel.

Dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Palestine Chronicle, Kamis (20/3/2025), PIJ mengumumkan nama asli Abu Hamza adalah Naji Abu Seif.

Beberapa anggota keluarganya tewas bersamanya, termasuk istrinya Shaimaa Abu Seif, saudara laki-lakinya Ghassan Maher Abu Seif, saudara iparnya Sara Abu Seif, dan anak-anak mereka.

Abu Hamza menjadi jubir Brigade Al-Quds yang terkenal karena penampilannya yang menonjol di media-media internasional, terutama selama perang Gaza. Seperti Abu Ubaidah—jubir militer Hamas Brigade Al-Qassam, Abu Hamza selama ini muncul dengan penutup wajah.

Abu Hamza telah menjabat sebagai jubir Brigade Al-Quds sejak 2014.

Pada Juni 2021, Abu Hamza membuat pernyataan penting setelah Operasi Pedang Yerusalem, nama Palestina untuk perlawanan terhadap serangan Israel di Jalur Gaza yang terkepung antara 11 dan 21 Mei 2021.

Serangan 11 hari tersebut mengakibatkan tewasnya lebih dari 260 warga Palestina di Gaza, dengan sedikitnya 2.000 lainnya terluka.

Selama periode tersebut, kelompok perlawanan Palestina menembakkan roket ke arah Yerusalem untuk pertama kalinya, mengejutkan Israel dengan jangkauannya, yang melumpuhkan bandara dan transportasi Israel. Untuk pertama kalinya, warga Palestina di Israel juga bergabung dalam pertempuran tersebut.

Saat itu, Abu Hamza menegaskan: “Brigade Al-Quds akan melanjutkan operasinya terhadap lokasi pendudukan Israel kapan saja. Perlawanan Palestina tidak akan tunduk pada tekanan atau ancaman apa pun. Perjuangan kami terus berlanjut dan tak tergoyahkan.”

Pada 7 Oktober 2023, kelompok perlawanan Palestina melancarkan operasi Badai Al-Aqsa, serangan mendadak berskala besar yang dipimpin militer Hamas dengan melibatkan tembakan roket ke wilayah Israel dan infiltrasi oleh para milisi Palestina melintasi pagar yang memisahkan Gaza dari Israel selatan.

“Hari ini, kami telah memulai pertempuran balas dendam dan kebanggaan. Kami berada di tengah-tengah perang komprehensif dengan musuh Zionis, dan ini baru permulaan,” kata Abu Hamza pada kesempatan itu.

Pada hari yang sama, Israel melancarkan perang genosida di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan hampir 50.000 warga Palestina dan melukai banyak lainnya, menyebabkan kerusakan luas di Jalur Gaza yang terkepung.

Selama Ramadan pertama di bawah genosida oleh Israel, pada 2 Maret 2024, Abu Hamza menyampaikan pesan yang kuat kepada dunia Muslim dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di saluran Telegram Brigade Al-Quds.

“Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mengabaikan pertempuran yang kita lakukan atas nama negara Islam, terutama mereka yang memiliki tentara, pesawat, dan artileri,” kata Abu Hamza.

“Bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk memobilisasi artileri kalian seperti orang-orang bebas di Yaman, Lebanon, dan Irak? Bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk menanggalkan jubah perbudakan dan kehinaan terhadap Amerika, Setan Besar, dan mengikuti contoh orang-orang yang terhormat?” paparnya.

“Kami katakan kepada orang-orang Arab dan Muslim, sebagaimana kalian berpaling kepada Allah dengan salat wajib dan puasa, berpalinglah ke Palestina dengan senjata dan kewajiban jihad,” lanjut dia.

Abu Hamza selalu menegaskan kembali pentingnya persatuan di medan perang, tempat semua gerakan perlawanan harus bekerja sama.

“Beri tahu musuh bahwa kami bersama Lebanon, Yaman, dan Irak—satu garis depan dalam damai dan perang, mitra dalam takdir dan pengambilan keputusan,” katanya.

Menyampaikan pidato kepada rakyat Palestina saat itu, almarhum jubir militer PIJ itu mengatakan: “Kalian adalah simbol martabat, kebanggaan, dan mahkota di kepala kami, dan kami tidak akan melepaskan hak-hak kalian, tidak peduli seberapa besar kami berbagi rasa sakit dan luka dengan kalian.”

“Kami mampu melanjutkan pertempuran, tidak peduli berapa lama itu berlangsung,” pungkasnya.

Sebelum meninggal akibat bombardir Israel di Gaza, Abu Hamza sempat menyampaikan isu Gaza pascaperang.

“Pesan kami kepada musuh dan pemimpin kawanan, [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu, adalah bahwa isu hari berikutnya di Gaza ditentukan tidak lain oleh perlawanan Palestina,” katanya.

Pada 22 Januari, dalam sebuah pernyataan tertulis tiga hari setelah gencatan senjata dicapai, Abu Hamza menolak gagasan bahwa perang Israel di Gaza merupakan reaksi terhadap operasi militer tunggal.

Topik Menarik