Menteri Israel Larang Muslim Kumandangkan Azan, Sebut Mengganggu Warga Yahudi
TEL AVIV - Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan kanan ekstrem, Itamar Ben Gvir, telah memerintahkan polisi untuk melarang masjid di wilayah pendudukan untuk mengumandangkan azan. Ben Gvir mengatakan azan, yang merupakan panggilan menjalankan shalat bagi umat Islam, mengganggu penduduk Yahudi.
Pada Minggu, (1/12/2024) Ben Gvir elah memerintahkan pihak berwenang untuk menyita pengeras suara dan mendenda masjid yang mengumandangkan azan, yang berlangsung sekira dua menit. Ben Gvir membela tindakan tersebut sebagai tindakan yang diperlukan untuk memerangi "kebisingan yang tidak wajar" dan pelanggaran hukum.
Dalam sebuah wawancara dengan Channel 12 , Ben Gvir mengatakan bahwa ia "bangga" untuk melanjutkan kebijakan "menghentikan kebisingan yang tidak wajar dari masjid dan sumber lain yang telah menjadi bahaya bagi penduduk Israel".
Dituding Terlibat Kejahatan Perang Gaza, Israel Peringatkan 30 Tentara Tak Pergi ke Luar Negeri
"Dalam perdebatan kami, muncul bahwa sebagian besar negara barat, dan bahkan beberapa negara Arab, membatasi kebisingan dan memiliki banyak undang-undang tentang masalah tersebut. Hal itu hanya diabaikan di Israel," kata kantor Ben Gvir dalam sebuah pernyataan yang dilansir Middle East Eye .
Dalam sebuah posting di X, ia menyebut azan sebagai "bahaya" bagi warga Israel di sekitarnya. Namun, warga Palestina di Israel memandang larangan tersebut sebagai serangan provokatif terhadap komunitas dan hak beragama mereka.
Ahmad Tibi, seorang anggota parlemen dan pemimpin partai Taal, mengecam keputusan tersebut.
"Ben Gvir ingin membakar daerah itu atas dasar agama," katanya kepada parlemen. "Dulu, ada upaya untuk meloloskan undang-undang yang melarang azan di kota-kota campuran. Posisi kami dalam masalah ini, di sektor Arab, adalah menentang masuknya polisi. Adzan akan terus dikumandangkan karena Islam akan terus berlanjut."
Tibi kemudian menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di balik tindakan Ben Gvir, dengan mengatakan: "Ia adalah pemimpinnya, dan ia bertanggung jawab atas hal ini dan konsekuensi sulit yang dapat terjadi jika hal ini menjadi kenyataan".
Para pembela hak asasi manusia dan wali kota Palestina telah mengecam larangan tersebut sebagai tindakan diskriminatif lain oleh pemerintah Israel.
Ben Gvir memiliki sejarah menentang azan. Pada 2013, jauh sebelum memangku jabatan, Ben Gvir dan sekelompok aktivis sayap kanan mengganggu warga di lingkungan Ramat Aviv di Tel Aviv dengan mengumandangkan azan melalui pengeras suara.
Mereka mengklaim bahwa aksi itu dimaksudkan untuk menyoroti bagaimana komunitas lain di Israel "terganggu" oleh panggilan untuk shalat.
Upaya untuk membatasi adzan juga muncul di parlemen Israel, Knesset.
Pada 2017, apa yang disebut "RUU muazin", yang berupaya membatasi penggunaan pengeras suara untuk keperluan keagamaan, telah disahkan melalui pemungutan suara awal tetapi akhirnya terhenti.