Ironi Pasukan Otoritas Palestina: Ogah Melawan Israel, Justru Perangi Saudara Sendiri

Ironi Pasukan Otoritas Palestina: Ogah Melawan Israel, Justru Perangi Saudara Sendiri

Global | sindonews | Minggu, 5 Januari 2025 - 07:06
share

Seorang pejabat tinggi Otoritas Palestina (PA) membuat komentar mengejutkan, yakni pasukan keamanan PA tidak ditugaskan untuk melawan pendudukan Israel.

Itu menjadi ironi ketika pasukan PA baru-baru ini justru memerangi faksi-faksi perlawanan Palestina di Tepi Barat—yang sejatinya adalah saudara sebangsa—dalam apa yang mereka sebut sebagai “Operasi Melindungi Tanah Air”.

"Bukan tugas Otoritas Palestina untuk menembak orang-orang Israel,” kata Jibril Rajoub, Sekretaris Jenderal Komite Sentral Fatah—partai berkuasa di Otoritas Palestina—kepada Palestine TV, yang dilansir Middle East Monitor (MEMO), Minggu (5/1/2025).

Operasi Melindungi Tanah Air, yang dimulai pada 5 Desember 2024, telah mengakibatkan sembilan orang Palestina tewas, termasuk jurnalis muda Shatha Al-Sabbagh, di mana surat kabar Israel; Haaretz, melaporkan bahwa operasi tersebut telah menerima persetujuan eksplisit dari tentara pendudukan Israel.

Pasukan keamanan PA, yang dibentuk di bawah bimbingan Amerika Serikat melalui program pelatihan Letnan Jenderal Keith Dayton, telah berkembang menjadi apa yang oleh para kritikus gambarkan sebagai pasukan proksi untuk kepentingan Israel.

Sebuah studi tahun 2017 mengungkapkan bahwa sektor keamanan mempekerjakan sekitar setengah dari semua pegawai negeri sipil Palestina, menghabiskan hampir USD1 miliar dari anggaran PA dan menerima sekitar 30 persen dari total bantuan internasional, termasuk sebagian besar dana AS.

Anggaran pasukan keamanan itu melebihi gabungan pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, dan pertanian.

Skala aparat keamanan sangat mencolok, dengan lebih dari 80.000 personel yang menciptakan salah satu rasio keamanan terhadap populasi tertinggi di dunia, yaitu 1:48. Selama pertemuan tahun 2017 dengan Presiden AS saat itu Donald Trump, efektivitas koordinasi ini dipuji, di mana Trump mencatat bagaimana PA dan pasukan Israel "sangat akur" dan "bekerja sama dengan baik”.

Para kritikus menyebut pengaturan tersebut sebagai "pendudukan bintang lima”, dengan alasan bahwa hal itu membebaskan Israel dari tanggung jawab kepolisian langsung sambil memungkinkan kebijakan kolonial-pemukim yang agresif.

Doktrin keamanan PA telah bergeser dari melindungi komunitas Palestina menjadi secara aktif menekan perlawanan, termasuk protes damai—sering kali melalui cara-cara brutal. Ini termasuk penangkapan ilegal dan penyiksaan, sebagaimana dibuktikan dalam kasus-kasus seperti kematian aktivis Nizar Banat pada tahun 2021.

Dalam apa yang dipandang pengamat sebagai upaya untuk menekan liputan kegiatannya, PA baru-baru ini menangguhkan siaran Al Jazeera di Tepi Barat, dengan mengeklaim jaringan tersebut "menyiarkan konten yang menghasut dan menyebarkan informasi yang salah”.

Langkah tersebut secara luas ditafsirkan sebagai upaya untuk menyembunyikan skala penindasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

Operasi Melindungi Tanah Air saat ini di Jenin, sebuah kamp pengungsi seluas kurang dari setengah kilometer persegi yang menampung 23.000 penduduk, secara khusus telah menyoroti peran PA. Channel 14 Israel telah mengonfirmasi bahwa rezim pendudukan mengeluarkan tenggat waktu yang jelas bagi PA untuk menyelesaikan tugasnya menghilangkan perlawanan di Jenin, dengan dalih mengakhiri "pelanggaran hukum”.

Koordinasi keamanan terus berlanjut meskipun operasi militer Israel sedang berlangsung di Gaza, yang secara luas dianggap sebagai genosida, dan meningkatnya kekerasan pemukim di Tepi Barat yang diduduki Israel secara ilegal.

Para kritikus berpendapat bahwa tindakan PA secara efektif telah mengubahnya dari perwakilan aspirasi Palestina menjadi subkontraktor keamanan untuk pendudukan Israel, dengan pasukan keamanannya bertindak sebagai apa yang oleh para pengamat disebut sebagai “garis pertahanan pertama” untuk permukiman dan tentara pendudukan Israel.

Topik Menarik