15 Kultum Ramadhan Singkat 5 Menit Terbaru Lengkap dengan Dalilnya

15 Kultum Ramadhan Singkat 5 Menit Terbaru Lengkap dengan Dalilnya

Gaya Hidup | inews | Rabu, 19 Februari 2025 - 23:00
share

JAKARTA, iNews.id - Kultum Ramadhan singkat 5 menit berikut ini bisa menjadi bekal dan referensi bagi calon dai untuk disampaikan ke jemaah di Bulan Ramadhan. 

Umat Islam di seluruh dunia kini sedang menantikan datangnya Bulan Ramadhan. Sesuai kalender hijriah dari Kementerian Agama, Bulan Ramadhan jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. 

Bulan Ramadan adalah anugerah dan nikmat yang agung yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Di dalamnya terdapat keutamaan-keutamaan dan hikmah khusus yang diberikan Allah kepada hambanya yang ikhlas dan tulus menjalankan ibadah puasa, serta ibadah-ibadah lainnya.

Dalam hadits disebutkan jika telah datang Bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaitan dibelenggu. 

Begitu mulianya bulan Ramadan, secara khusus Rasulullah Saw mengingatkan, lau ya’lamul ‘ibadi ma fi ramadhan laa tamanna ummati an takuna sanati kulluha romadlon. Artinya, andaikan umat manusia ini mengetahui keutamaan bulan Ramadan, maka niscaya umatku mengharap satu tahun menjadi ramadan.

Melaksanakan puasa Ramadhan merupakan kewajiban bagi tiap Muslim. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 183. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS. Al Baqarah: 183).

Bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam untuk meraih pahala dan keutamaan. Di bulan suci ini juga lazim diisi dengan ceramah maupun kajian keislaman, seperti halnya kultum yang disampaikan saat shalat tarawih.

Kultum adalah ceramah atau pidato singkat yang menyampaikan pesan dan nasihat agama kepada khalayak ramai. Kultum juga disebut kuliah tujuh menit, meskipun durasi kultum tidak selalu tujuh menit.

Ceramah atau kultum (kuliah tujuh menit) Ramadhan ini biasanya bertemakan mengenai keistimewaan puasa Ramadhan, sedekah, tadarus Alquran dan qiyamul lail. Kultum berfungsi untuk memotivasi tiap muslim agar menjadi lebih baik dalam melaksanakan amal saleh.

Nah, Sobat iNews.id berikut ini contoh kultum Ramadhan singkat 5 menit lengkap dengan dalilnya disarikan dari Buku Kumpulan Kultum Ramadhan UIN Sunan Kalijaga dan NU online.

15 Kultum Ramadhan Singkat 5 Menit

Kultum Ramadhan#1: Kewajiban Puasa Ramadhan

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إنَّ الْحَمْدَ ِلله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيٍّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلَامُضِلَّ لَهْ، وَمَنْ يَضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهْ، أَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهْ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه لَانَبِيَّ بَعْدَهْ. أما بعد.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas nikmat iman dan Islam. Atas karunia-Nya juga, kita bisa berkumpul melaksanakan sholat tarawih di tempat mulia ini.

Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.

Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan bertemu Bulan Ramadhan. Bulan yang penuh ampunan dan ladang pahala. DI bulan suci ini, kita diwajibkan puasa sehari penuh. 

Puasa di Bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi tiap Muslim yang jika dilakukan dengan penuh keimanan dapat mengantarnya ke surga. 

Kewajiban berpuasa di Bulan Ramadhan ini sebagaimana firman Allah subhanu wa’taála dalam surat Al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan melalui ayat tersebut di atas Allah SWT ber-khitab kepada orang-orang mukmin dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada mereka berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt. 

Karena di dalam berpuasa terkandung hikmah membersihkan jiwa, menyucikannya serta membebaskannya dari endapan-endapan yang buruk (bagi kesehatan tubuh) dan akhlak-akhlak yang rendah.

Allah menyebutkan, sebagaimana puasa diwajibkan atas mereka, sesungguhnya Allah pun telah mewajibkannya atas umat-umat sebelum mereka. Dengan demikian, berarti mereka mempunyai teladan dalam berpuasa, dan hal ini memberikan semangat kepada mereka dalam menunaikan kewajiban ini, yaitu dengan penunaian yang lebih sempurna dari apa yang telah ditunaikan oleh orang-orang sebelum mereka.

Syaikh Al-Maraghi di dalam kitab tafsirnya seperti diterangkan Ustaz Saiyid Mahadhir dalam bukunya Bekal Ramadhan dan Idul Fitri,  hikmah dari puasa itu adalah hadirnya sifat taqwa dalam diri seorang muslim, karena puasa membiasakan seorang muslim untuk takut kepada Allah swt dalam kondisi sembunyi maupun ramai. 

Selama puasa seorang muslim selalu merasa diawasi oleh Allah swt, mereka berani menahan syahwat hanya karena merasa bahwa Allah swt selalu mengawasi, perasaan inilah yang jika berlanjut setelah Ramadhan akan menjadi sebab takwa seorang muslim.

Muara dari ketakwaan itu yang mengantarkan seorang Muslim meraih pintu surga Firdaus seperti disebutkan dalam sebuah hadits berikut:

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَصَامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ هَاجَرَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَبِّئُ النَّاسَ بِذَلِكَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ كُلُّ دَرَجَتَيْنِ مَا بَيْنَهُمَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, dan berpuasa pada bulan Ramadlan, maka Allah berkewajiban memasukkannya ke dalam surga, baik ia berhijrah di jalan Allah  atau duduk di tempat tinggalnya tempat ia dilahirkannya.”

Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak sebaiknyakah kami mengabarkan orang-orang tentang hal ini?” Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Sallam  menjawab: “Dalam surga terdapat seratus derajat yang Allah persiapkan bagi para mujahidin di jalan-Nya, yang jarak antara setiap dua tingkatan bagaikan antara langit dan bumi, maka jika kalian meminta Allah, mintalah surga firdaus, sebab firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya ada singgasana Arrahman, dan daripadanya sungai surga memancar.” (HR. Bukhari No. 6873 dan 2851, Ahmad No. 8067 dan 8119)

Melalui hadis di atas, ternyata iman kepada Allah dan Rasulnya, mendirikan shalat dan berpuasa Ramadhan kemuliannya sebanding dengan berhijrah di jalan Allah.

Saking gembiranya, para sahabat meminta izin kepada Rasulullah SAW  untuk memberitahukan kabar gembira tersebut kepada khalayak ramai. Alih-alih mengidzinkan, Rasulullah malah melanjutkan sabdanya bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyediakan surga yang didalamnya ada 100 derajat yang mana setiap dua derajat jaraknya bagaikan langit dan bumi, Subhanallah !. Surga tersebut diperuntukkan untuk orang-orang yang berjihad di jalan Allah.

Seberapa jauhkah jarak antara langit dan bumi ? Ibnu Hajar menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang seberapa jauhnya. Imam Thabrani mengatakan bahwa jarak tempuh antara langit dan bumi memakan waktu waktu sekitar 500 tahun, Subhanallah !

Rasulullah juga menganjurkan kita agar berdoa memperoleh Firdaus, surga yag paling baik dan paling tinggi. Di atas Firdauslah singgasana Allah Al-Rahman berada. Di bawah singgasana tersebutlah memancar suangai-sungai yang mengaliliri semua surga.

Kultum Ramadhan #2: Hikmah Puasa

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam yang telah memberi kita nikmat yang berlimpah hingga detik ini, sehingga bis menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan yang penuh barokah dan maghfiroh.

Sholawat serta salam, mari kita curahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Jamaah yang saya hormati,

Puasa Ramadhan merupakan salah satu puasa wajib yang diperintahkan oleh Allah SWT. Tujuannya membentuk manusia bertakwa. Dalil puasa yakni Surat Al Baqarah ayat 183.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS. Al Baqarah: 183).

Jamaah yang saya hormati,

Di Bulan Ramadhan yang juga disebut bulan puasa ini marilah kita tingkatkan amal ibadah. Selain menjalankan puasa di siang hari, juga melakukan ibadah lainnya seperti membaca Alquran, bersedekah, qiyamul lail dan qiyamu ramadhan. Selain itu, menjauhi semua hal yang membatalkan puasa.

Di dalam berpuasa terkandung hikmah yakni membersihkan jiwa, menyucikannya serta membebaskannya dari endapan-endapan yang buruk (bagi kesehatan tubuh) dan akhlak-akhlak yang rendah.

Syaikh Al-Maraghi di dalam kitab tafsirnya seperti diterangkan Ustaz Saiyid Mahadhir dalam bukunya Bekal Ramadhan dan Idul Fitri,  hikmah dari puasa itu adalah hadirnya sifat taqwa dalam diri seorang muslim, karena puasa membiasakan seorang muslim untuk takut kepada Allah swt dalam kondisi sembunyi maupun ramai. 

Selama puasa seorang muslim selalu merasa diawasi oleh Allah swt, mereka berani menahan syahwat hanya karena merasa bahwa Allah swt selalu mengawasi, perasaan inilah yang jika berlanjut setelah Ramadhan akan menjadi sebab takwa seorang muslim.

Hikmah puasa Ramadhan berikutnya yakni sebagai penyuci jiwa dari segala dosa. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan, maka diampuni dosanya yang telah berlalu”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 37 dan Muslim: 1266).

Puasa juga mengajarkan dan melatih diri agar disiplin waktu. Orang yang berpuasa harus disiplin sejak fajar hingga berbuka.

Puasa Ramdahan yang kita jalani ini juga mengajarkan kepada manusia untuk lebih peduli kepada sesama dengan banyak bersedekah. Rasa haus dan lapar dikala berpuasa, dapat meningkatkan solidaritas sosial terhadap orang-orang miskin yang ditimpa kesulitan, dan anak-anak yatim yang terlunta-lunta.

Rasulullah SAW telah bersabda: 

"Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan hingga kenyang, maka Allah akan memberinya minum dari telagaku (telaga Rasulullah saw) dimana seteguk air itu menjadikannya tidak akan merasa haus selama-lamanya hingga ia masuk ke surga”.

Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga, dan bulan itu adalah bulan yang penuh simpati (tolong menolong), dan bulan ditambahnya rezeki orang mukmin. Dalam hadits disebutkan:

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ .

“Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1904 dan Muslim no. 1151). 

Jamaah yang Dirahmati Allah

Dari uraian di atas, hikmah puasa Ramadhan muaranya adalah untuk membentuk orang bertakwa. Tak dalam arti sebenarnya yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya di mana pun berada dan apa pun kondisinya.

Kultum Ramadhan #3 Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. 
اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ 

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah, tuhan semesta Alam yang telah memberi kita nikmat yang berlimpah hingga detik ini.

Sholawat serta salam, mari kita curahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Hadirin yang saya hormati,

Di Bulan Ramadhan yang penuh maghfirah dan keutamaan ini marilah kita memperbanyak amal ibadah salah satunya gemar bersedekah.

Terlebih pascapandemi saat ini, banyak saudara-saudara kita yang kesulitan ekonomi. Karena itu, bagi yang mampu untuk membantu dengan memberikan sedekah.

Sedekah atau shodaqoh berasal dari kata "shadaqa" yang artinya jujur, benar, memberi dengan ikhlas. Ini mengisyaratkan bahwa orang-orang yang bersedekah berarti telah berlaku jujur kepada dirinya sendiri mengenai kelebihan yang telah di berikan oleh Allah.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah peinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS. Al hadid: 18).

Bulan Ramadhan merupakan ladang pahal dan kebaikan. Salah satu amalan sunnah yang dianjurkan yakni banyak bersedekah. 

Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus dalam kebajikan. Dan menjadi paling baik saat bulan Ramadhan ketika Jibril as. mendatanginya, seperti dalam hadits berikut:

Adalah Rasulullah SAW orang yang sangat murah dengan sumbangan. Dan saat beliau paling bermurah adalah di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. (HR Bukhari dan Muslim).

Hadirin yang Dirahmati Allah

Salah satu bentuk sedekah di Bulan Ramadhan yakni memberi makan saat berbuka. Amalan inisangat dianjurkan karena balasannya sangat besar sebesar pahala orang yang diberi makan itu tanpa dikurangi. Bahkan meski hanya mampu memberi sabutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi lebih utama bila dapat memberi makanan yang cuup dan bisa mengenyangkan perutnya.

Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan pertama pahalanya dilipatgandakan. Hal ini sebagaiman disebutkan dalam hadits berikut:

مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخُصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَانَ كَمْنَ أَدَّى فَرِيضَةً فِيما سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَانَ كَمَنْ أدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ

Latin: Man Taqarraba fiihi bikhushlatin minal khairi kaana kaman adan fariidhotan fiima siwaahu, waman adan fiihi fariidhatan kaana kaman adan sab'iina fariidhotan fiima siwaah.

Artinya: Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan satu kebaikan di bulan ramadhan maka pahalanya sama dengan pahala melakukan perbuatan yang fardhu (wajib) di selain bulan ramadhan. Dan barangsiapa melakukaan satu perbuatan wajib di bulan Ramadhan maka pahalanya sama dengan melakukan 70 perbuatan wajib di selain bulan Ramadhan.

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan selanjutnya akan mendapat pahala seperti orang yang diberi makan berbuka tanpa dikurangi sedikit pun.

"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan selanjutnya akan dibalas 700 kali lipat.

"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. (HR. Muslim).

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan berikutnya merupakan amalan utama. Karena itu, manfaatkan momentum Bulan Ramadhan untuk banyak bersedekah.

Dari Anas bin Malik ra yang diriwayatkan secara marfu', "Sedekah yang paling afdhal adalah yang diberikan di bulan Ramadhan." (HR Tirmizy).

Kultum Ramadhan #4: Keistimewaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan dikenal oleh umat Islam sebagai ‘bulan puasa’ yang memiliki banyak keistimewaan. Bulan ini senantiasa dinanti-nantikan kehadirannya. karena keberkahan dan pengampunan Allah melimpah ruah bersama hadirnya bulan Ramadhan ini. 

Dalam sejarahnya, banyak peristiwa besar Islam yang terjadi pada bulan ini.  Allah swt telah mewajibkan kepada umat Islam untuk berpuasa di bulan Ramadhan melalui firman-Nya yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ   

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).  

Dari ayat tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa puasa telah dilakukan oleh umat terdahulu, bahkan jauh sebelum Islam datang. Selain itu, umat non muslim juga menjalankan ibadah puasa, yang ketentuan, tata cara, dan waktunya berbeda dengan yang ada dalam Islam.

Selain itu banyak hadis-hadis Rasulullah saw yang menjelaskan keutamaan puasa, di antaranya adalah sebagai berikut.   

1. Puasa menjadi perisai bagi manusia, aroma mulutnya melebihi aroma minyak kasturi, dan pahalanya berlipat ganda

أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ. وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ. وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي. الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا. (رواه البخاري)  

 Artinya, "Sungguh Rasulullah saw bersabda, “Puasa merupakan perisai, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah ‘aku sedang berpuasa’ (Nabi mengulangi ucapannya dua kali).   Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi, karena dia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya demi Aku (Allah). Puasa itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa.” (HR Al-Bukhari).   

2. Orang yang berpuasa akan dimasukkan ke dalam surga melalui pintu khusus, yakni pintu Ar-Rayyan 

  عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُونَ، فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ. (رواه البخاري)

Artinya, "Dari Nabi saw, beliau bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang mana orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut pada hari kiamat kelak, dan tidak ada seorang pun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka.   Lalu ketika dikatakan kepada mereka: ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun segera menghadap. Tidak akan ada seorang pun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka semua telah masuk, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorang pun yang masuk melewati pintu tersebut.” (HR Al-Bukhari).   

3. Mendapat ampunan dari Allah swt  

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِ. (رواه البخاري)   

Artinya, "Dari nabi saw, beliau bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari).   

Kultum Ramadhan #5: Keutamaan Menghidupkan Malam Ramadhan

Saat ini kita berada di bulan Ramadhan yang memiliki banyak kemuliaan. Pada bulan ini Al-Qur’an turun, juga pada bulan ini malam lailatul qadar berada. Selain itu, bulan Ramadhan juga memiliki banyak keutamaan di dalamnya.  

Banyak riwayat hadits yang menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan. Termasuk keutamaan menghidupkan malam Ramadhan dengan berbagai macam ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut:

   ‌مَنْ ‌قَامَ ‌رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa beribadah di bulan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari).   

Hadits di atas menjelaskan keutamaan beribadah di bulan Ramadhan. Pada hadits tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang memfokuskan diri beribadah kepada Allah di bulan Ramadhan dengan niat yang tulus dan mengharapkan pahala dari-Nya, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.

Di antara tujuan menghidupkan malam hari bulan Ramadhan dengan melaksanakan berbagai macam ibadah ialah berharap mendapatkan malam lailatul qadar. Malam lailatul qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan.    

Pada malam tersebut semua Al-Qur’an diturunkan secara global dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia sebelum kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad saw selama 23 tahun.

Malam lailatul qadar adalah malam penuh berkah yang disembunyikan oleh Allah pada bulan Ramadhan tiap tahunnya dan tidak ada yang tahu pasti kapan turunnya. Rasulullah saw bersabda:  

 مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ  

Artinya: “Barangsiapa menghidupkan malam lailatul qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari-Nya, maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni, barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan mengharapkan pahala dari-Nya maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni”. (HR. Bukhari).   

Menghidupkan malam Ramadhan dengan berbagai macam ibadah sangat dianjurkan dalam Islam. Terlebih pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Pada malam-malam tersebut Rasulullah saw akan lebih giat lagi menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah swt.  
 حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ، عَنْ أَبِي الضُّحَى، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ 

Artinya: “Menceritakan kepadaku Ali bin Abdullah, menceritakan kepadaku Sufyan dari Abi Ya’fur, dari Abi Duha dari Masruq, dari Aisyah ra, berkata: Rasululullah saw ketika memasuki 10 malam terakhir akan mengencangkan sabuknya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya”. (HR. Bukhari).   

Menghidupkan malam Ramadhan Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghidupkan malam bulan Ramadhan, di antaranya adalah sebagaimana berikut:   

1. Shalat Isya berjamaah 

Menghidupkan malam Ramadhan bisa dilakukan dengan melaksanakan shalat Isya berjamaah disambung dengan shalat Tarawih dan Witir. Selain itu, bisa jiga dilengkapi dengan shalat malam lainnya dan juga berdzikir. 
Semuanya tentu dilakukan dengan niat ikhlas dan mengharapkan ridha dari Allah swt. Sebagaimana dijelaskan pada syarah hadits di atas makna “qama ramadhana” di antaranya ialah melaksanakan shalat Tarawih dan amalan ketaatan lainnya.    

2. Membaca Al-Qur’an  

Membaca Al-Qur’an dengan niat mengikuti Nabi Muhammad saw. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa pada bulan Ramadhan, Nabi Muhammad saw akan menjadi orang yang lebih dermawan dan setiap hari bertemu Jibril untuk membaca Al-Qur’an.   

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌أَجْوَدَ ‌النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ 

Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra, berkata: “Rasulullah saw merupakan orang yang paling dermawan dan ia sangat dermawan saat bertemu malaikat Jibril. Jibril menemuinya setiap malam pada bulan Ramadhan dan membaca Al-Qur’an dengan Nabi Muhammad saw. Sungguh Rasulullah saw ketika bertemu Jibril sangat dermawan dengan kebaikan dibandingkan angin yang berhembus”. (HR. Bukhari).   

3. I’tikaf di masjid 

Beri’tikaf di masjid, terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan sebagaimana dilakukan Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ 

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar ra berkata: “Rasulullah saw rutin melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir dari Ramadhan”. (HR. Bukhari).   

Kesimpulannya, bulan Ramadhan adalah momen sekali dalam setahun umat Islam mendapatkan banyak ruang untuk meningkatkan kualitas ibadah. Oleh karenanya, selayaknya bagi kita untuk memanfaatkannya sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah. Terlebih di malam hari dengan harapan mendapatkan keutamaan malam lailatul qadar. 

Kultum Ramadhan #6: Adab Orang Berpuasa

Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan rahmat. Keberkahan tersebut bisa jadi karena di dalamnya ada ibadah puasa yang diwajibkan kepada umat Islam. 

Untuk mendapatkan rahmat dan keberkahan tersebut, tentu harus melaksanakan ibadah puasa sekaligus memperhatikan adab-adabnya.   

Menurut Syekh Izzuddin bin Abdissalam dalam kitabnya Maqashidush Shaum, ada enam adab bagi orang yang berpuasa, yakni (1) menjaga lidah dan anggota tubuh dari perbuatan yang dzalim dan melanggar syariat; (2) apabila diundang untuk makan, sementara ia sedang berpuasa maka hendaklah ia berkata, “Aku sedang berpuasa.”; 
(3) membaca doa saat berbuka puasa; (4) sebaikya, makanan untuk berbuka adalah kurma basah atau kurma kering, atau air; (5) menyegerakan berbuka; dan terakhir (6) mengakhirkan sahur. (Syekh Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush Shaum, [Damaskus: Darul Fikr, 1992], hal. 19)

Kultum Ramadhan #7: Hakikat Puasa Ramadhan

Bagi umat Islam berpuasa adalah menunaikan kewajiban. Selebihnya, selain berharap semoga Allah SWT menerimanya juga semoga Allah SWT melipatgandakan pahala puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إإِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR Muslim)

Hakikat pengertian puasa tidak saja mampu menahan diri dari makan, minum, atau berhubungan intim di siang hari Ramadhan (jimak). Lebih dari itu pengertian puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan dan ucapan yang diharamkan.

Pada arti ini, penting bagi orang saat sedang berpuasa, untuk tidak saja mampu menahan haus dan lapar, tapi juga harus mampu menahan mulut, mata, telinga, tangan, dan anggota tubuh lainnya dari perbuatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan pahala puasa.

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR Ath Thabaroni)

Hadits di atas sebagai warning agar puasa kita tidak sia-sia tidak berpahala, sebagaimana dikuatkan dalam hadits lain;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الصِّيَامُ مِنْ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ فَقَطْ، الصِّييَامُ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji.’ (HR Baihaqi dan Al-Hakim).

Termasuk contoh menahan diri dari perkataan yang sia-sia adalah ghibah, yaitu membicarakan kejelekan, kesalahan atau kekurangan orang lain.

Baik secara langsung atau melalui sosial media. Membicarakan, menulis atau merasa nyaman mendengarkan kejelekan, kesalahan dan kekuarangan orang lain disebut, semuanya sama termasuk ghibah, dan perbuatan ghibah termasuk penyebab puasanya sia-sia atau tidak berpahala. Dalam salah satu riwayat hadits disebutkan sebagai berikut:

خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمَ الْغِيبَةُ وَالنَّمِيمَةُ وَالْكَذِبُ وَالْقُبْلَةُ وَالْيَمِينُ الْفَاجِرَةُ

“Lima hal yang menyebabkan batalnya puasa, yaitu ghibah, mengadu domba, berdusta, ciuman, dan sumpah palsu.”

Dalam keterangan kitab lain disebutkan:

معنى المفطر، كقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «من قال لأخيه والإمام يخطب: أنصت.. فلا جمعة له» . ولم يرد: أن صلاته تبطل، وإنما أراد: أن ثوابه يسقط، حتى يصير في معنى من لم يصل

“Adapun hadits tersebut, maka yang dimaksud adalah menggugurkan pahala puasa, sehingga menjadi makna perkara yang membatalkan puasa, sebagaimana contoh hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya sedangkan imam berkhutbah, “ Diamlah“, maka tidak ada Jumat baginya,“ hadits ini tidak bermaksud sholatnya batal, akan tetapi yang dimaksud adalah bahwasanya pahala Jumatnya gugur sehingga menjadi makna orang yang tidak shalat.“ (Al-Bayan fi Madzhabi syafi’i, juz 3, halaman 536).

Untuk kesempurnaan ibadah puasa Ramadhan kita, maka selama berpuasa hindari bacaan, postingan berita, gambar, video dan lainnya yang mengarah pada ghibah, fitnah, adu domba dan perbuatan apapun yang diharamkan.

Kultum Ramadhan #7: Ramadhan Bulan Bercermin Diri

Sudah berapa kali kita berjumpa Ramadhan? Bagaimana kita memaknaiRamadhan selama ini? Apakah kita biasa melaluinya begitu saja? Ataukahkita menjalaninya dengan biasa-biasa saja? Ataukah kita benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkannya untuk mengubah diri kitamenjadi lebih baik lagi? Jika kita ingin benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkanRamadhan, tidak bisa tidak kita harus memahami hakikat Ramadhan. 
Seberapa bersemangat dan seberapa mampu kita memanfaatkan Ramadhanpada setiap menit dan detiknya, merupakan indikasi ketaqwaan kita kepadaAllah. Dari sini kita bisa menilai diri kita, apakah kita termasuk hamba Allah yang dzalimun linafsihi (masih suka menganiaya diri sendiri), atau yang muqtashid (yang pas-pasan saja), ataukah yang sabiqun bil khairat  (yangbergegas dalam melaksanakan berbagai kebaikan).

Di samping itu, Ramadhan juga merupakan sarana yang sangat tepat bagikita untuk bercermin diri. Sebuah hadits muttafaq ‘alaih menyatakan bahwa selama bulan Ramadhan syetan-syetan dibelenggu. 

Nah, jika setan-setan telah dibelenggu tetapi kita masih saja melakukan dosa dan kemaksiatan maka seperti itulah diri kita yang sebenarnya.

Rasulullah bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yangpenuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan ini …Barangsiapa tidak mendapat bagian kebaikannya, maka sungguh berarti iatelah dijauhkan dari rahmat Allah.”Pada bulan Ramadhan, Allah mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihipada bulan-bulan lainnya. 

Pada bulan ini, Allah melipatgandakan pahala amalkebaikan, memberikan semangat ketaatan kepada hamba-hamba-Nya, danbahkan memberikan bonus satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadr. 

Karena itu, rugilah kita jika selama bulan ini kita tidakmemanfaatkan limpahan rahmat Allah yang sedemikian besar.

Kultum Ramadhan #8: Ramadhan Bulan Jihad

Rasulullah SAW. selalu memotivasi para sahabat dengan kabar gembiraakan datangnya Ramadhan, sebagaimana sabdanya, “Telah datangkepada kalian bulan Ramadhan, rajanya bulan, sambut dan hormatilahRamadhan.”Lintasan sejarah Islam berbicara, terdapat hubungan yang penting antara jihad dan Ramadhan. 

Selama kehidupan Rasulullah saw., dua buahpeperangan terjadi di bulan Ramadhan, yang pertama adalah PerangBadar yang terjadi di tahun kedua setelah hijrah, dan yang kedua Penaklukan Mekkah (futuh Makkah) sekitar 6 tahun kemudian.

Bahkan, setelah kehidupan Rasulullah SAW, bulan Ramadhan tetapmenjadi bulan konfrontasi militer penting bagi kaum muslimin. Beberapakejadian penting yang berhubungan antara bulan Ramadhan dan jihadterus terjadi dalam kehidupan bersejarah kaum muslimin. 

Tentunya, Allah SWT yang paling mengetahui hikmah yang besar mengapa bulan Ramadhan begitu memiliki kaitan erat dengan jihad. Pastinya, Allah SWTsajalah yang mengetahui hikmah itu semua dan memberikan indikasi dantanda-tanda tersebut, yakni kaitan antara Ramadhan dan jihad kepada kaum muslimin.

Untuk memahami lebih dalam hubungan ini maka seseorang haruslahmemahami esensi jihad sebaik dia memahami esensi shaum. Jihad adalah aktualisasi dari ibadah seorang muslim untuk membuktikan tidak ada kecintaan baginya kecuali hanya Allah SWT saja, Rasulullah SAW, dengan upaya sekuat tenaga untuk menggapai Ridho Ilahi. 

Seorang Mujahid dengan bersungguh-sungguh memberikan semua apa pun miliknya didunia, termasuk hidupnya, ini merupakan bukti bahwa dia sungguh-sungguh ikhlas beribadah hanya kepada Allah SWT semata. 

Dia tidakmemiliki keinginan lain, selain Allah SWT. Dia tidak menyembah materiapa pun dalam kehidupannya, keinginannya, dan semua semata-mataditujukan untuk menggapai keridloan-Nya. Inilah tujuan seorang Mujahiddan tidak ada selain itu.Untuk beberapa alasan, banyak muslim tidak mampu melakukankeikhlasan dalam beribadah tersebut. 

Mereka masih membutuhkan ataumengharapkan sesuatu yang lain meskipun mereka tahu bahwa merekaadalah hamba Allah SWT, mereka masih lebih mementingkan pekerjaan,keluarga, kesehatan, dan segala sesuatu yang merupakan kenikmatandunia. Salah satu jalan untuk mencapai tingkat ketulusan ibadah tersebutadalah taqwa, sebagaimana firman Allah SWT.

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasasebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS 2 :183)

Kultum Ramadhan #9: Meraih Ampunan di Bulan Ramadhan

Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuhkeimanan dan hanya mengharapkan pahala Allah semata makadiampunilah dosanya yang telah berlalu. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, melalui sabda Nabi SAW tersebut, telah menegaskan kepada kaum Muslim tentangberita pengampunan pada bulan Ramadhan. 

Sungguh, ini adalah bentuk kebesaran dan kasih sayang Sang Pencipta kepada makhluk-Nya. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh denganpengampunan. 

Oleh sebab itu, pada bulan Ramadhan umat Islam diperintahkan untuk banyak memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun. 

Dosa merupakan konsekuensi dari perbuatan maksiat kepada AllahSWT, baik karena mengabaikan kewajiban ataupun melakukan keharaman. Manusia sering berbuat dosa, siang maupun malam hari. 

Di rumah, di masjid, di kantor, di angkot, di bis, di kendaraan pribadi,di kereta api, di terminal, di stasiun, di bandara, di sekolah, di kampus,di pabrik dan dimana saja seseorang sangat mungkin berbuatkesalahan. Berbuat salah memang sudah sunnatullah. Sebab, Rasul sendiri telah menyatakan bahwa manusia itu tempat salah dan lupa.Untuk itu, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk seringmeminta ampunan kepada-Nya. 

Allah SWT berfirman: Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji ataumenganiaya diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalumemohon ampunan atas dosa-dosa mereka—dan siapa lagi yangdapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. (QS Ali Imran [3]: 135).
Selain itu, nash di atas juga menggambarkan bahwa kaum Muslimharus senantiasa memohon ampunan kepada Allah SWT. Memang, jika Allah SWT menghendaki, dapat saja suatu dosa seseorang langsung Dia ampuni. 

Namun, Allah memerintahkan kepada manusiauntuk sering meminta ampunan kepada-Nya. Baru kemudian, Allah SWT akan mengampuninya. Allah SWT sendiri pasti akan mengampuni semua dosa manusia, kecuali dosa syirik, tentu selama manusia tidakmau bertobat sampai akhir hayatnya Allah SWT berfirman: 

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Diamengampuni segala dosa selain dari syirik itu bagi siapa yangdikehendaki-Nya. Siapa saja yang mempersekutukan Allah, maka iasungguh telah berbuat dosa yang besar. (QS an-Nisa [4]: 48).
Di samping Allah SWT telah menyuruh setiap Muslim untuk seringmemohon ampunan kepada-Nya, Rasulullah saw. juga telahmemberikan teladan kepadanya. Dalam hadisnya, Rasul pernah bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar memintaampunan kepada Allah dan bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluhkali sehari. (HR al-Bukhari dan Muslim). 

Padahal Rasulullah saw. adalah seorang yang maksum, atauterpelihara dari dosa. Beliau dijamin masuk surga. Namun, beliau tetapterus memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun danMaha Penyayang. 

Karena itu, Muslim yang menjadikan Baginda Rasulsebagai suri teladannya akan berupaya untuk sering meminta ampunan, khususnya pada bulan Ramadhan. 

Allah SWT MahaPenyayang tidak pilih kasih dalam memberikan ampunan kepadahamba-Nya. Apapun dosanya, berapapun banyaknya, selama hamba mau bertobat, Dia akan mengampuninya.

Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadapdiri sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS az-Zumar [39]: 53).

Untuk itu, pada kesempatan Ramadhan yang penuh ampunan ini,seorang Muslim sudah seharusnya banyak meminta ampunan kepada Allah SWT. 
Berlomba-lombalah kalianmendapatkan ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnyaseluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yangberiman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah,diberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Kultum Ramadhan #10: Keutamaan Qiyamullail

Dari Jabir r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,“Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yangseorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allahsuatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya(mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba denganRabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat denganPenciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji SangPencipta.  Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuaidengan janjinya, akan mencintai hamba yang mendekat kepadanya.

Kalau Allah swt mencintai seorang hamba, maka Ia akan mempermudah semua aspek kehidupan hamba-Nya. Dan memberi berkah atas semua aktivitas sang hamba, baik aktivitas di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. 

Sang hamba akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati oleh sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.

Seorang muslim yang kontinu mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita. “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itutradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah,menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR.Ahmad).

Jika Anda ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia,amalkanlah qiyamullail secara kontinu. Dari Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi saw. lalu berkata,‘Wahai Muhamad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamuakan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orangmukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan hargadirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.

’”Orang yang shalat kala orang lain lelap tertidur, diganjar denganmasuk surga. Kabar ini sampai kepada kita dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Salam dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlahmakanan, dan shalat malamlah pada waktu orang-orang tidur, kalianakan masuk surga dengan selamat.

Kultum Ramadhan #11: Menjaga Mulut dan Kemaluan

Perbuatan yang paling banyak menyebabkan masuk surga adalah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik, sementara yang paling banyak menyebabkan masuk neraka adalah mulut dan kemaluan (HR. Turmudzi dan Ibnu Hibban). 

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 183 bahwa puasa sebagai sarana latihan yang diharapkan menghasilkan peserta atau pelaku yang berpredikat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). 

Ini sebagai isyarat bahwa diwajibkannya puasa bukan untuk puasa itu sendiri. Puasa adalah media pembelajaran yang disediakan Allah bagi manusia yang bukan saja sebagai makhluk individual tapi juga sebagai makhluk sosial.

Dalam kedudukannya itu, maka manusia yang bertaqwa adalah mereka yang bukan saja baik secara individual tapi juga baik secara sosial. Karenanya puasa memiliki dua dimensi yang integratif, seperti dua sisi mata uang, yaitu dimensi individual vertikal dan dimensi sosial horizontal. 

Tidak terpenuhinya dua dimensi puasa itu secara bersamaan, menjadikan pelakunya kehilangan relevansi dan puasanya menjadi meaningless (tidak bermakna).

Taqwa menjadi standar moral tertinggi dalam Islam dan atas dasar taqwa itu pula seseorang dinilai baik, karena taqwa sebagaimana dijelaskan HR. Thabarani merupakan simpul segala kebaikan (jaami’u kulli khair). 

Hal ini dapat dimengerti, karena dengan taqwa, seseorang akan berlaku adil terhadap diri dan orang lain, tidak diskriminatif baik atas dasar agama, ras, etnik, suku maupun gender, dapat selalu menghidupkan tali kasih antar sesama dan lain-lain. Pantas kalau Allah menyatakan bahwa hamba yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertaqwa (QS. al-Hujurat [49]:13). 

Melalui puasa yang benar diharapkan lahir sikap-sikap tersebut, sehingga berbagai bentuk kekerasan sosial seperti marginalisasi, stereotipe, sub-ordinasi, dan ketidakadilan berkurang atau bahkan hilang.

Secara literal, taqwa adalah menjaga, memelihara dan melindungi diri dari segala hal yang akan menyakiti, merusak dan menghancurkan diri baik langsung atau tidak, dan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. 

Makna taqwa seperti ini paralel dengan sabda Nabi yang menyatakan bahwa puasa adalah benteng (HR. Bukhari dan Muslim) yang akan melindungi pelakunya dari perilaku negatif. 

Di antara tubuh kita yang perlu dijaga, lebih-lebih pada saat puasa adalah mulut, perut dan kemaluan. Mengapa ketiganya perlu dijaga dan dipelihara, karena ternyata ketiganya merupakan sumber penyakit individual dan sosial. Betapa banyak penyakit dan persoalan sosial yang muncul akibat ketiganya tidak terjaga.

Langkah-langkah menjaga, memelihara dan melindungi ketiganya adalah dengan menekan agar orientasi hidup kita tidak hanya pada pemenuhan kepentingan makan, menumpuk kekayaan dan menuruti kebutuhan seksual. 

Bila kita yang puasa saja masih terjebak pada orientasi tersebut, maka hakekatnya kita mengalami fiksasi atau hambatan kepribadian. Akibat mengalami hambatan kepribadian, maka pemiliknya akan kehilangan kepekaan sosialnya, kurang peduli terhadap penderitaan sesama, tidak empatik dan lebih parah lagi cenderung sulit mengakui kesalahan yang telah dilakukannya. 

Orang seperti ini, hakekatnya belum dewasa secara psikologis apalagi secara spiritual. Puasa mendidik pelakunya untuk menjadi manusia dewasa. 

Kultum Ramdahan #12: Puasa Menjaga Kedisiplinan

Bagi orang yang berpunya, puasa mungkin hanya satu bulan. Namun tidak demikian bagi orang miskin-papa. Mereka relatif puasa lebih panjang, sepanjang tahun karena kesulitan mencari makan. 

Mereka menjadi kelompok masyarakat yang tidak sempat memikirkan bagaimana menyimpan makanan dalam kulkas, apalagi memikirkan pendidikan. Menyisihkan makanan, apalagi dalam kulkas, makan makanan bergizi, dan pendidikan bagi mereka adalah barang istimewa. 

Karena itu, bagi mereka bagaimana menyambung hidup dan terus survive dengan mengais rizki di tempat-tempat pembuangan sampah seperti di Bantar Gebang meski dengan penuh resiko adalah sebuah keniscayaan. 

Mereka mengumpulkan barang-barang buangan yang sering dianggap oleh mereka yang punya tidak bermanfaat. Semuanya demi untuk makan dan terus hidup, meski dengan berbagai keterbatasan.

Menurut para ulama, ustadz, kyai, dan ahli, puasa terutama puasa Ramadhan mendidik orang yang punya kelebihan yang puasa agar memiliki etika sosial berupa sikap empatik terhadap mereka yang miskin.

Dengan pengalaman langsung, orang yang berpuasa diajak mengalami hal serupa seperti yang banyak dialami oleh orang-orang miskin, yakni lapar dan haus, karena tidak atau kurang makan. Namun, dalam realitasnya apakah demikian, perlu masing-masing kita yang puasa dan kebetulan memiliki kelebihan untuk koreksi diri.

Menarik untuk mencermati fenomena pasar dan ekonomi menjelang dan saat masa puasa berlangsung. Menjelang dan masa puasa Ramadhan biasanya ditandai oleh fenomena naiknya harga-harga barang, akibat semakin meningkatnya permintaan masyarakat. 

Ironis tapi menarik untuk dicermati, media massa menginformasikan bahwa pada bulan Ramadhan ini beredar daging sapi campur daging celeng, daging sapi yang di glonggong dan daging-daging ilegal lainnya serta daging kadaluarsa.

Bagi pelaku ekonomi, permintaan yang meningkat tersebut sebuah kesempatan untuk menarik keuntungan yang besar dan bagi pemerintah dianggap sebagai indikator bahwa daya beli sebagian masyarakat meningkat. Namun, dalam konteks puasa, semua itu patut menjadi renungan dan kritik diri. 

Bagaimana puasa akan menjadi media edukasi sosial, kalau meningkatnya permintaan dan daya beli itu justru semakin menunjukkan kesenjangan sosial?

Maka menjadi ironis bila pada masa puasa ini justru pada satu sisi banyak orang miskin berkeliaran, menampakkan ‘wajahnya’ yang paling kongkrit mengemis untuk menyambung hidup, sementara pada sisi lain banyak yang puasa tapi justru menumpuk dan menambah menu makanan.

Puasa, tapi malah berlebihan dan boros, sehingga wajar kalau pada bulan puasa justru kebutuhan meningkat dan harga barang naik serta banyak beredar daging ilegal. Pada satu sisi, ada sebagian masyarakat yang dapat menambah menu dan menyimpanan makanan di kulkas, tapi pada sisi lain masih banyak bermunculan orang-orang miskin yang tidak dapat dibaca, kecuali sebagai kritik sosial atas kita yang memiliki perilaku menambah menu dan menyimpan makanan.

Puasa sejatinya sebagai media pembelajaran agar kita semakin peduli dengan tidak berlebihan menambah menu atau menyimpan dan menyisihkan makanan itu dalam kulkas. Kalaupun sampai menyimpannya, maka tidak di kulkas, tapi pada perut orang-orang miskin. 

Ayat yang dikutip di atas mengingatkan kita tentang bagaimana pola makan yang benar, bukan saja di bulan puasa tapi juga di luar puasa. Pola tersebut adalah tidak berlebihan. Ayat yang lain misalnya QS. al-Baqarah [2]: 168, menambah dengan yang dikonsumsi adalah halal dan toyyib (sangat baik). 

Pola ini diajarkan, bukan saja agar kita makan dengan baik tapi juga agar kita terhindar dari berbagai macam penyakit akibat makanan dan mau berbagi makanan. Semoga dalam momentum Ramadhan kali ini kita dapat merenunginya dengan baik (introspeksi diri)!

Kultum Ramadhan #13: Merajut Pakaian Taqwa

Pada hakekatnya, pakaian adalah segala yang “melekat” di badan ini;entah baju, celana, segala aksesoris yang “melekat” lainnya, termasukperhiasan. Selaras dengan pengertian ini, bahkan Allahmembahasakan suami sebagai “pakaian” dari istri; dan istri adalah“pakaian” dari suami (Q.S. Al-Baqarah: 187: Hunna libaasul lakum waantum libaasun lahunna ). 

Mungkin karena suami dan istri pun“melekat” satu sama lain, hingga mereka tak ubahnya seperti pakaian.Setidaknya ada 3 macam fungsi pakaian yang disebut di dalam Al-Qur’an.
Pertama, pakaian sebagai penutup aurat (Q.S. An-Nuur: 58 danAl-A’raf: 26). Kedua, pakaian sebagai perhiasan (Q.S. Al-A’raf: 26). Dan ketiga, pakaian sebagai pelindung, yakni dari panas dan hujan, jugadari serangan musuh (Q.S. An-Nahl:81). 

Tak kurang dari 20 ayat ditemukan di dalam Al-Qur’an yang berbicaratentang pakaian. Entah memakai bahasa “libaasun”, “kiswatun”,“saraabil”, maupun “tsiyab”. Namun, semuanya berbicara tentang pakaian lahiriah. 

Pakaian dunia. Hanya ada satu yang menyebutkan tentang pakaian ruhani. Pakaian ruhani adalah sebenar-benar pakaian, yang menunjukkan baikburuknya seseorang. 

Meski seseorang mengenakan pakaian lahiriahyang mewah dan mahal, tetapi jika pakaian ruhaninya rusak, jelek,terhina, maka dirinya akan terhina pula. Pakaian lahiriahnya tidakbermanfaat apa-apa.

Pakaian lahiriahnya tak bisa melindungikejelekannya. Mungkin ia akan mulia dalam pandangan manusia,tetapi tidak dalam pandangan Allah.Apakah pakaian ruhani yang dimaksud? Al-Qur’an menyebutnyasebagai pakaian taqwa ( libaasut taqwa). 

Sebagaimana firmannya,“Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalahsebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahanmereka selalu ingat.” (Q.S. Al-A’raf: 26)

Ramadan adalah hari-hari dimana kita memintal benang-benangpakaian takwa itu. Hari demi hari kita memintalnya, dengan harapanpada akhir Ramadan, hari kemenangan Idul Fitri, pakaian itu telahsempurnalah sudah dan bisa kita kenakan di hari yang berbahagia itu.

Bukan untuk dipakai sekali, setelah itu dilepas kembali. Bukan. Tetapi,pakaian takwa itu seharusnya kita pakai seterusnya sampai tibakembali Ramadan berikutnya, dimana kita akan memeriksa pakaiantakwa itu kembali barangkali ada lubang, kotor, sobek dsb yang perlukita cuci, jahit dan rajut kembali. 

Bagaimana kita merajutnya? Barangkali di sinilah relevannya sabdaNabi Saw., “Jika datang bulan Ramadan, maka dibuka pintu-pintusyurga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu semua syaitan.”( muttafaq ‘alaih ).

Semua tidak lain sebagai motivasi buat kita untuk memperbanyakamal kebaikan kita. Mumpung kesempatan itu dibuka lebar-lebar oleh Allah. 

Allah sedang membuka “Big Sale”. Obral besar-besaran. Tarawih, tadarus, sadaqah, membayar zakat, menolong orang,memberi ta’jil orang berbuka puasa, menghentikan menggunjingorang. Semuanya adalah jalan-jalan kebaikan; jalan-jalan merajutpakaian takwa kita

Kultum Ramadhan #14: Kekuatan Doa di Bulan Puasa

Dalam hidup ini, setiap orang pasti dihadapkan dengan adanya pelbagai masalah. Terkadang kita mampu mengatasi, tetapi tak jarang pula merasa kesulitan, kewalahan atau bahkan gagal menghadapinya. 

Nah, di saat seperti itulah muncul kesadaran bahwa diri kita ini makhluk yang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Di saat itulah, semestinya kita kemudian ingat kepada dzat yang Maha Kuasa dan Mengatur segala sesuatu urusan dalam kehidupan ini—Dia adalah Allah Swt. 

Tapi sebagai hamba yang sering hilap dan lupa, kondisi ini sudah menjadi mafhum dari Sang Khaliq, agar setiap kita menghadapi persoalan dan ujian hidup senantiasa mengadu dan meminta kepada-Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat al-Baqarah (2: 186):
Ayat ini sudah cukup jelas, bahwa Allah sebenarnya begitu dekat kepada kita. Dan Dia telah menyatakan akan mengabulkan setiap permohonan hamba-Nya. Persoalannya, apakah kita mau meminta? Apakah kita yakin dengan permintaan kita? Apakah kita juga sudah menempatkan diri sebagai hamba-Nya yang setia dan menunaikan perintah-perintah-Nya? Orang yang beriman tentu saja akan menjadikan do’a sebagai salah satu jalan (wasilah) dalam meraih setiap keinginannya. 

Sebab dengan do’a, kita menjadi bagian dari setiap insan yang senantiasa beriman atas kekuasaan Allah.
Dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda dalam Hadist
Riwayat Abu Ya’la: “Doa adalah senjata bagi orang mukmin, dan menjadi tiang kekuatan agama, dan sebagai cahaya langit dan bumi.”

Orang yang berdoa, maka hatinya akan tentram. Jiwanya akan merasa lapang dan terang. Sebab, dia merasa telah bersandar kepada Sang Pemilik dan Penguasa Alam Semesta, yang mengatur kehidupan ini, sehingga orang yang berdo’a akan terhindar dari stress, gelisah, dan perasaan takut atau khawatir. 

Dengan kata lain, orang yang berdo’a akan terjaga kesehatan mentalnya. Orang yang beriman akan senantiasa meyakini, bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupannya adalah yang terbaik untuknya, karena semua diyakini merupakan kehendak dari Allah Swt. 

Adapun bagi orang yang tidak berdo’a, maka berarti dirinya telah merasa cukup tanpa adanya peran serta Sang Maha Kuasa. Orang tipe ini sangat mudah terkena goncangan batin, stress atau bahkan putus asa. Sebab, segala urusan hidupnya hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri.

Di bulan ramadhan ini adalah bulan yang terbaik untuk memperbanyak do’a. Sebab, suasana batin kita sangat kondusif, yaitu sedang dekat dengan Allah. Terlebih, ada pernyataan dari Nabi SAW, bahwa do’a orang yang berpuasa termasuk yang mustajabah. Seperti yang di Riwayatkan at Tirmidzi:

“Ada tiga orang yang tidak tertolak do’anya: (1) orang yang berpuasa hingga berbuka, (2) seorang penguasa yang adil, dan (3) do’a orang yang teraniaya. 

Do’a mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit, dan Allah berfirman: “Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.”

Dengan datangnya bulan yang penuh berkah ini, marilah kita gemar berdo’a, niscaya semua akan dikabulkan Allah Swt—“Insya Allah”. Setidaknya menjadi pertanda keimanan kita sehingga jiwa ini tetap sehat dan hati tentram dalam menjalani kehidupan di dunia.

Kultum Ramadhan #15: Istighfar dan Taubat Kunci Keberkahan Rezeki

Ramadhan bulan berlimpahnya kesempatan dan keuntungan. Dan padanya dibuka pintu- pintu surga, dilipat gandakan pahala dan ibadah. "Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni darinya dosanya yang terdahulu. Bagi orang yang puasa dikabulkan segala do’a’. Maka jadikanlah bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah, petunjuk keberuntungan, kebaikan dan tambahan. 

Sebagaimana firman Allah dalam Surat an-Nuur (31). Ayat tersebut menjelaskan bahwa apabila Allah mengajak kepada taubat karena mengharapkan keberuntungan di segala waktu, maka sesungguhnya waktu terbaik untuk bertaubat dan paling bersih adalah pada bulan Ramadhan.

Sebab, ramadhan adalah bulan suci yang banyak keutamaan dan keistimewaan Allah berikan kepada hamba-Nya, sebagai tanda keagungan-Nya. As-Sirri as-Siqathi dikutip Abul Hasan bin Muhammad al Faqih berkata: 

“Tahun adalah pohon, bulan adalah cabangnya, hai-hari adalah dahannya, jam adalah daundaunnya, dan napas hamba adalah buahnya. Maka bulan Rajab adalah hari-hari berdaunnya, Sya’ban adalah hari-hari bercabangnya, dan Ramadhan adalah hari-hari memetiknya, dan orang-orang beriman adalah para pemetiknya".

Di antara hal yang menyibukkan hati kaum muslimin adalah mencari rizki. Dan menurut pengamatan, sebagian besar kaum muslimin memandang bahwa berpegang dengan Islam akan mengurangi rizki mereka. 

Kemudian tidak hanya sebatas itu, bahkan lebih parah dan menyedihkan bahwa ada sejumlah orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syari’at Islam tetapi mengira bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari hukum-hukum Islam, terutama yang berkenaan dengan hukum halal dan haram.

Mereka lupa atau berpura-pura lupa bahwa Allah mensyari’atkan agama-Nya hanya sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam perkara-perkara kebahagiaan di akhirat saja.

Padahal Allah mensyari’atkan agama ini yang juga memberi petunjuk kepada manusia tentang urusan kehidupan dan kebahagiaan di dunia. Sebagaimana Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiallaahu anhu , ia berkata:
“Sesungguhnya do’a yang sering diucapkan Nabi adalah, Wahai Tuhan Kami’ karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api Neraka”. (Shahihul Al-Bukhari, Kitabud Da’awat, Bab Qaulun Nabi Rabbana Aatina fid Dunya Hasanah, no. Hadist 6389, II/191).

Makna istighfar dan taubat di sini bukan hanya  diucapkan lisan saja, tidak membekas di dalam hati sama sekali, bahkan tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan.

Tetapi yang dimaksud dengan istighfar adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah “Meminta (ampun) dengan disertai ucapan dan perbuatan dan bukan sekedar lisan semata.” 

Sedangkan makna taubat sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang lebih baik (sebagai gantinya). Jika keempat hal itu telah dipenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna. 

Itulah materi kultum Ramadhan singkat 5 menit lengkap dengan dalilnya.

Wallahu A'lam

Topik Menarik