WHO Umumkan Kasus Kematian Pertama di Dunia akibat Flu Burung, Gejalanya Demam dan Sesak Napas 

WHO Umumkan Kasus Kematian Pertama di Dunia akibat Flu Burung, Gejalanya Demam dan Sesak Napas 

Gaya Hidup | inews | Jum'at, 7 Juni 2024 - 11:42
share

JAKARTA, iNews.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini mengumumkan orang pertama meninggal karena flu burung. Kasus meninggal ini merupakan untuk pertama kali di dunia.

Pria tersebut berasal dari Meksiko. Dia meninggal karena jenis flu burung yang sebelumnya tidak terdeteksi pada manusia. Strain H5N2 dari flu burung telah tercatat menyerang unggas di seluruh dunia, tetapi hingga kini belum ada laporan kasus penularan atau kematian pada manusia.

Pria berusia 59 tahun, penduduk Negara Bagian Meksiko di bagian tengah negara itu, disebut telah jatuh sakit pada April.

Menurut keterangan WHO, pria tersebut sebelumnya memang memiliki masalah kesehatan lain, sehingga membuatnya menjadi kelompok rentan.

Menurut pejabat setempat, pria tersebut sebelumnya telah terbaring lemah di rumah selama berminggu-minggu, sebelum akhirnya jatuh sakit pada 17 April lalu, karena gejala demam, sesak napas, diare, mual akibat flu burung.

Pada 24 April, pria tersebut lantas mencari pertolongan medis dan segera dirawat di rumah sakit Institut Nasional Penyakit Pernafasan (INER). Sayangnya, dia meninggal pada hari yang sama.

Pasca-kematian pria tersebut, otoritas kesehatan INER lantas langsung mulai melakukan uji sampel yang diambil dari pria itu. Pada 8 Mei, Pusat Laboratorium Biologi Molekuler Penyakit Berkembang untuk Penelitian Penyakit Menular menunjukkan sampel tersebut positif influenza A (H5N2).

Pada 22 Mei, Institut Diagnosis dan Referensi Epidemiologi mengonfirmasi jenis virus tersebut. Sejauh ini, otoritas kesehatan belum mengetahui asal penularan, karena pria tersebut tidak memiliki riwayat terpapar unggas atau hewan lain.

Investigasi epidemiologi dilakukan setelah 17 kontak diidentifikasi dan dipantau di rumah sakit tempat pasien meninggal dan 12 kontak tambahan diidentifikasi di dekat tempat tinggal pasien, dengan semua hasil tes negatif SARS-Cov-2 dan influenza.

Meskipun tidak ada lagi kasus flu burung yang dilaporkan, hasil seluruh sampel serologis masih menunggu keputusan.

Berbagai wabah H5N2 telah dilaporkan pada unggas di Meksiko, termasuk wabah yang terdeteksi di halaman belakang peternakan unggas di negara bagian Michoacan, yang berbatasan dengan Negara Bagian Meksiko dan pria tersebut tinggal.

Selain itu, terdapat dua wabah flu burung dengan patogenisitas rendah (LPAI) A(H5N2) dilaporkan terjadi di dua kota di Negara Bagian Meksiko. Namun, belum dapat dipastikan apakah kasus pada manusia ini ada kaitannya dengan wabah yang melanda unggas yang terjadi baru-baru ini.

Meski begitu, hingga saat ini WHO dan otoritas lainnya terus memantau jenis flu burung ini apakah berpotensi bermutasi dan menjadi ancaman.

Menanggapi kasus kematian pertama flu burung tersebut, Pemimpin Grup Virologi Avian, Pirbright Institute, Prof Ian Brown, mengatakan pihaknya langsung melakukan tindak lanjut.

Tindak lanjut yang cepat dari para profesional kesehatan dan anggota keluarga yang melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi memberikan jaminan, saat ini kasus ini hanya kasus yang terisolasi, tutur Prof Ian Brown, melansir dari laman BBC.

Dr Ed Hutchinson dari Universitas Glasgow mengatakan, kemungkinan besar penularan pada pria tersebut merupakan peristiwa limpahan (spillover event), yang berarti dia mungkin tertular dari hewan yang terinfeksi.

Saat ini pengawasan sedang dilakukan, termasuk menguji orang-orang yang mungkin telah terpapar virus tetapi berhasil melawan infeksi tersebut untuk melihat apakah mereka menunjukkan tanda-tanda respons imun, katanya.

Jika ada lebih banyak orang yang terinfeksi virus ini pada manusia, hal ini akan menjadi hal yang buruk, dan kekhawatiran yang lebih luas, ujarnya.

Topik Menarik