Faktor Penyebab Rupiah Ambles ke Rp16.611
JAKARTA - Faktor penyebab Rupiah ambles ke Rp16.611, terendah sejak krisis 98. Nilai tukar Rupiah anjlok ke level Rp16.611 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa 25 Maret, mencetak rekor terendah sejak krisis moneter 1998. Pelemahan tajam ini menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya terhadap perekonomian nasional dan daya beli masyarakat.
Penyebab Pelemahan Rupiah: Kombinasi Faktor Eksternal dan Internal
Menurut Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, melemahnya rupiah dipengaruhi oleh berbagai sentimen dari luar dan dalam negeri.
1. Penguatan Dolar AS dan Kebijakan The Fed
Dari faktor eksternal, penguatan dolar AS menjadi pemicu utama pelemahan rupiah. Data ekonomi Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Pernyataan hawkish dari pejabat The Fed, Raphael Bostic, semakin memperkuat dolar, membuat investor global beralih ke aset berbasis dolar.
2. Ketidakpastian Global: Perang Dagang dan Geopolitik
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menambahkan bahwa faktor global lainnya, seperti perang dagang antara AS dan China, turut menekan rupiah. Konflik ini mengancam perdagangan global, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta perang Rusia-Ukraina yang belum mereda memperparah ketidakpastian global. Investor lebih memilih mata uang safe haven seperti dolar AS, menyebabkan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami tekanan.
3. Kekhawatiran Domestik: Kepercayaan Pasar Luntur
Dari dalam negeri, kepercayaan pasar terhadap pemerintah dan prospek ekonomi Indonesia mengalami penurunan. Investor semakin ragu terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, terutama dengan kekhawatiran fiskal yang muncul akibat berbagai program belanja besar pemerintah.
Lukman Leong menyoroti bahwa selain rupiah, mata uang regional juga mengalami pelemahan, namun sentimen domestik yang kurang baik membuat rupiah mengalami tekanan lebih besar dibandingkan mata uang negara tetangga.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk mengatasi pelemahan ini, Bank Indonesia dapat memperkuat intervensi di pasar valas guna menstabilkan rupiah. Selain itu, pemerintah perlu memastikan kebijakan fiskal yang lebih terukur untuk meredam kekhawatiran pasar.
Dengan kombinasi faktor global dan domestik yang masih menekan rupiah, stabilisasi ekonomi menjadi tantangan besar dalam beberapa bulan ke depan. Pelaku pasar kini menunggu langkah konkret dari otoritas terkait guna mengembalikan kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia.