Rupiah Menguat ke Rp15.287, Sri Mulyani Ungkap Faktor Pendorongnya

Rupiah Menguat ke Rp15.287, Sri Mulyani Ungkap Faktor Pendorongnya

Ekonomi | inews | Senin, 23 September 2024 - 15:36
share

JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merespons penguatan rupiah ke level Rp15.287. Ia menjelaskan hal itu terjadi karena tensi geopolitik yang mulai mereda.

Menurutnya, hal tersebut terlihat dari pergerakan nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan yang cukup akseleratif sejak bulan Agustus awal.

"Kita lihat sekarang kurs kita di 15.287 itu penguatan rupiah sangat cepat sekali, antara periode akhir Juli dan September awal itu artinya penguatan rupiah jadi dari periode yang tadinya di atas 16.000 sekarang 15.287," tutur dia dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi September 2024, Senin (23/9/2024).

Untuk pergerakan kurs ini, kata Sri Mulyani dalam setahun sudah mengalami apresiasi 0,84 persen. Hal ini yang membuat rupiah sempat mengalami depresiasi 5 persen.

"Pergerakan dari Yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun di 6,42 yang menunjukkan tensi yang menurun, ini berarti cukup positif bagi APBN karena tensi dari pembayaran utang kita bisa diperkirakan mengalami penurunan," kata dia.

klik halaman selanjutnya untuk membaca>>>

Selain itu, dari US Treasury sendiri 10 tahun dengan FFR yang dipangkas 50 basis poin juga mulai mereda di 3,74.

"Hal ini juga memberi harapan bagi cost of fund borrowing yang lebih rendah dan memacu kegiatan ekonomi secara positif," ucap Sri Mulyani.

Dengan Fed Fund Rate Turun, terlihat capital inflow ke Indonesia mulai mengalami pemulihan. Mulai dari Juli sudah positif untuk pembelian saham dan SBN.

"Bulan Agustus melonjak lebih tinggi lagi dan 19 September mengalami positif flow untuk SBN maupun dari sisi saham," katanya.

Secara year to date, inflow mencatatkan Rp21,39 triliun, di SBN bulan September saja Rp11,13 triliun, pasar saham Rp27,87 triliun, dan capital market dari sisi saham Rp57,72 triliun.

"Jadi ini memberikan dampak positif terlihat dari posisi kurs kita yang mengalami penguatan," ujar eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Topik Menarik