Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp15.456 per Dolar AS

Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp15.456 per Dolar AS

Ekonomi | inews | Senin, 9 September 2024 - 16:00
share

JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (9/9/2024) ditutup melemah 78,5 poin atau 0,51 persen ke level Rp15.456. Sebelumnya rupiah berada di level Rp15.377 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat dipengaruhi oleh investor yang masih belum memutuskan skala pemangkasan suku bunga Federal Reserve yang diharapkan akhir bulan ini dan mengamati pembacaan inflasi AS minggu ini untuk petunjuk lebih lanjut.

"Sementara data tenaga kerja AS memang terpantau tidak dalam kondisi yang baik namun tidak seburuk yang diperkirakan," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (9/9/2024).
Adapun, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif. Namun kembali ditutup melemah di rentang Rp15.440 - Rp15.520 per dolar AS.
Sementara itu, angka laju pengangguran AS pada Jumat pekan lalu terpantau lebih rendah yakni sebesar 4,2 persen dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 4,3 persen. Lebih lanjut, tingkat upah secara bulanan naik 0,7 persen dari perkiraan kenaikan 0,3 persen. Demikian juga secara tahunan naik 3,8 persen dari perkiraan kenaikan 3,7 persen.

Hal ini berujung pada ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) lewat CME FedWatch Tool tetap tinggi namun semakin meningkat untuk pemotongan sebesar 25 basis poin (bps) dibandingkan 50 bps. Sehingga dolar AS mengalami rebound dan tekanan terhadap rupiah kembali terjadi di awal perdagangan minggu ini.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal II/2024 juga melambat, hanya tumbuh 2,9 persen secara tahunan pada kuartal kedua, lebih rendah dari angka awal 3,1 persen dan perkiraan konsensus 3,2 persen. Meski begitu, masih ada kenaikan upah yang mendorong inflasi, sehingga ada potensi Bank sentral Jepang (BoJ) akan menaikkan suku bunga.

Kemudian, data harga konsumen (CPI) dari Tiongkok menjadi pendorong disinflasi global, dengan harga produsen turun 1,8 persen per tahun pada bulan Agustus ketika analis telah memperkirakan penurunan sebesar 1,4 persen. CPI juga meleset dari perkiraan sebesar 0,6 persen untuk tahun ini, dengan hampir semua kenaikan harga pangan, dan harga barang naik hanya 0,2 persen, yang menunjukkan permintaan domestik yang lemah.

Dari sentimen domestik, survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2024 sebesar 124,4, lebih tinggi dibandingkan 123,4 pada bulan sebelumnya.

Meningkatnya keyakinan konsumen pada Agustus 2024 didukung oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang tetap optimis dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menguat. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Agustus 2024 tercatat masing-masing sebesar 114,0 dan 134,9.

IKE yang tetap optimis terutama didorong oleh Indeks Penghasilan Saat Ini yang meningkat 1,5 poin menjadi sebesar 122,9. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) juga tetap terjaga pada area optimis, masing-masing sebesar 107,6 dan 111,5.

Sementara itu, IEK tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Ekspektasi Penghasilan. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan terpantau meningkat. Hal itu tercermin dari IEK Agustus 2024 yang berada dalam zona optimis meningkat sebesar 1,6 poin menjadi sebesar 134,9.

Menguatnya IEK didorong oleh peningkatan seluruh komponennya, yaitu ekspektasi terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha, masing-masing meningkat menjadi sebesar 140,0, 132,2, dan 132,6.

Topik Menarik