Rupiah Menguat jadi Rp15.479 per Dolar AS Sore Ini
JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (4/9/2024) ditutup menguat 46,9 poin atau 0,30 persen ke level Rp15.479. Sebelumnya, rupiah sempat berada di level Rp15.526 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan dolar AS dipengaruhi investor bersiap menghadapi minggu yang dipenuhi dengan data penting, termasuk laporan penggajian AS yang akan dirilis pada hari Jumat. Laporan pekerjaan ini diharapkan akan berdampak besar pada keputusan Federal Reserve, yang akan dirilis pada tanggal 18 September.
Antisipasi terhadap data penggajian ini menyusul komentar dari Ketua Fed Jerome Powell bulan lalu, yang menandakan dimulainya penurunan suku bunga karena kekhawatiran tentang melemahnya pasar tenaga kerja. Kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan Federal Reserve menjadi titik fokus bagi investor, tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (4/9/2924).
Pertamina Patra Niaga Sisir Jalur Selatan Jateng, Pastikan Kualitas SPBU Jelang Natal dan Tahun
Ia pun memprediksi kurs rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif. Namun akan kembali ditutup menguat di rentang Rp15.400 - Rp15.560 per dolar AS.
Menurut alat CME FedWatch, ada peluang 63 persen untuk penurunan sebesar 25 basis poin dan peluang 37 persen untuk penurunan sebesar 50 basis poin. Secara keseluruhan, pasar telah memperhitungkan total 100 basis poin dalam penurunan suku bunga sepanjang tahun.
Sebelumnya, laporan media mengutip gubernur Bank Jepang yang menegaskan kembali dalam sebuah dokumen yang diserahkan kepada panel pemerintah pada hari Selasa bahwa bank sentral akan terus menaikkan suku bunga jika ekonomi dan inflasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan para pembuat kebijakan saat ini.
Dari sentimen domestik, pasar merespon positif terhadap data Inflasi Agustus 2024 tercatat 2,12 persen year on year (yoy), bergerak stabil didorong oleh penurunan sebagian besar harga pangan. Meski demikian, pemerintah mewaspadai potensi risiko musim kemarau yang dapat berdampak pada komoditas beras.
Inflasi harga diatur pemerintah, tercatat mengalami kenaikan, yaitu menjadi sebesar 1,68 persen yoy didorong oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi dan rokok.
Sementara itu, inflasi harga bergejolak melanjutkan tren penurunan, tercatat 3,04 persen yoy. Penurunan harga pangan terutama didorong oleh pasokan yang melimpah seiring dengan masa panen serta turunnya biaya produksi seperti pakan jagung.
Sebelumnya, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 tercatat pada level 48,9. Hal ini tidak terlepas dari menurunnya kinerja sektor manufaktur global di tengah tekanan permintaan.
Adapun aktivitas manufaktur negara mitra dagang dan kawasan ASEAN juga mengalami tantangan yang sama, antara lain Amerika Serikat sebesar 48,0 dan Jepang 49,8.
Negara tetangga seperti Malaysia dan Australia juga kembali mencatatkan PMI manufaktur yang terkontraksi masing-masing pada level 49,7 dan 48,5.
Di tengah perlambatan PMI Indonesia, optimisme masih terjaga dengan kinerja sejumlah leading industri di tanah air. Industri makanan dan minuman serta kimia farmasi hingga triwulan II lalu konsisten tumbuh di atas 5 persen yoy.
Bahkan, industri logam dasar tumbuh hingga 18,1 persen seiring proses hilirisasi yang semakin menunjukkan hasil.