IHSG Diproyeksi Bisa Tembus Level 8.000 di Akhir Tahun

IHSG Diproyeksi Bisa Tembus Level 8.000 di Akhir Tahun

Ekonomi | inews | Selasa, 3 September 2024 - 13:17
share

JAKARTA, iNews.id - Mandiri Sekuritas meningkatkan proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2024 menjadi 7.800 dengan bull case mencapai level 8.000. Sebelumnya, Mandiri Sekuritas memproyeksi IHSG di akhir tahun mencapai 7.460 dengan bull case 7.640.

Head of Equity Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer menuturkan, naiknya proyeksi indeks telah memperhitungkan penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia yang lebih agresif.

Kuatnya imbal hasil lebih lanjut akan menjadikan IHSG sebagai kelas aset yang menarik saat ini dengan pendapatan 8 persen dan imbal hasil dividen 5 persen, ujar Adrian dalam keterangan tertulis, Selasa (3/9/2024).

Adrian menambahkan, dengan membaiknya cakupan pasar dan revisi laba yang positif baik pada saham-saham berkapitalisasi besar maupun menengah, IHSG tetap menarik, terutama mengingat menguatnya nilai tukar rupiah pada kuartal ini.

Di antara proksi yang sensitif terhadap tingkat suku bunga, posisi tetap ringan di sektor konsumer siklikal seperti ritel, otomotif, teknologi, serta towercos, kata dia.

Dia menjelaskan, naiknya proyeksi IHSG dikarenakan Mandiri Sekuritas juga menaikkan asumsi penurunan suku bunga The Fed dari 25 basis poin menjadi 50-75 basis poin, dengan penurunan suku bunga BI yang lebih agresif yaitu sebesar 50 basis poin. Adrian menyebut, kini para pelaku pasar mengabaikan penurunan suku bunga The Fed sebesar 100 basis poin tahun ini.

Valuasi IHSG, lanjut dia, khususnya saham-saham berkapitalisasi besar atau big caps masih tergolong murah. Meskipun imbal hasil INDOGB10Y telah menurun dari 7,2 persen menjadi 6,6 persen, penurunan lebih lanjut ke level rendah -6 persen dan <6 persen akan menjadikan IHSG sebagai kelas aset yang menarik di dalam negeri.

Market breadth juga membaik, tidak seperti pada tahun 2023 ketika empat bank besar menjadi penggerak indeks, revisi pendapatan dan arus asing, tuturnya.

Lebih lanjut, perusahaan berkapitalisasi besar maupun kecil-menengah SMID mengalami peningkatan rasio revisi EPS dalam dua bulan terakhir. Sementara apresiasi Rupiah sebesar 5 persen pada kuartal ini dan stabilnya penurunan harga batu bara year on year akan membalikkan pertumbuhan year on year pada EBIT korporasi eks-bank menjadi positif.

Topik Menarik