Bulan Kesadaran Migrain: PERDOSNI dan Pfizer Dorong Masyarakat untuk Ambil Kendali, Atasi Migrain

Bulan Kesadaran Migrain: PERDOSNI dan Pfizer Dorong Masyarakat untuk Ambil Kendali, Atasi Migrain

Gaya Hidup | depok.inews.id | Kamis, 4 Juli 2024 - 14:01
share

JAKARTA, iNewsDepok.id – Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI) didukung PT Pfizer Indonesia menggelar Acara Puncak Bulan Kesadaran Migrain dengan diskusi edukatif bertajuk “Ambil Kendali, Atasi Migrain” pada Rabu, 03 Juli 2024 di Hotel JS Luwansa, HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Acara edukatif ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya mengatasi migrain guna mencegah risiko kesehatan yang serius dan mendorong tatalaksana migrain sebagai upaya perlindungan bagi penyandang migrain.

Migrain adalah nyeri pada satu sisi kepala yang terasa berdenyut dan bukan suatu penyakit biasa. Berdasarkan studi Global Burden of Disease 2019, migrain menempati urutan nomor dua sebagai penyakit penyebab disabilitas tertinggi di dunia baik bagi pria maupun wanita.

Migrain merupakan nyeri kepala yang paling sering menimbulkan disabilitas yang signifikan. Studi menunjukkan setidaknya lebih dari 1 miliar orang di dunia setidaknya pernah mengalami satu kali episode migrain dalam hidupnya, dan sekitar 148 juta orang diantaranya jatuh pada kondisi migrain kronik.


Ketua PERDOSNI, Dr. dr Dodik Tugasworo P, Sp.N Subsp NIOO(K), MH (kiri) dan dr. Amarudin selaku Direktorat Bina Kelembagaan K3 Kementerian Ketenagakerjaan RI (kanan). Foto: Ist

 

Ketua PERDOSNI, Dr. dr Dodik Tugasworo P, Sp.N Subsp NIOO(K), MH mengatakan dalam sambutannya, “Kami menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Ketenagakerjaan RI atas dukungannya memperhatikan tatalaksana migrain, termasuk dukungan penciptaan lingkungan yang suportif terhadap penyandang migrain.”

Dalam penanggulangan penyakit migrain, Dr. Dodik berharap kedepannya, pemerintah dapat turut mendorong pelaksanaan deteksi dini migrain, serta meningkatkan kemampuan dokter pada layanan primer dalam melaksanakan deteksi migrain, serta lingkungan yang suportif pada penyandang migrain.

Selanjutnya, Ketua Pokja Nyeri Kepala PERDOSNI dr. Devi Ariani Sudibyo, Sp.N(K) dalam paparannya yang bertajuk “Lanskap dan Diagnosis Migrain di Indonesia” menjelaskan bahwa migrain diderita lebih dari 1 miliar orang di dunia. Angka insiden migrain secara global berkisar pada 8.1 per 1000 orang per tahun. Migrain lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria dengan rasio 3:1.

Di Indonesia, prevalensi migrain berkisar antara 11.000 – 12.000 per 100.000 jiwa. Selain itu, migrain juga dipengaruhi faktor genetik, terutama pada jenis migrain dengan aura. Sebanyak 25 dari penderita migrain akan mengalami 4 hari atau lebih (per bulan) serangan migrain dengan skala nyeri berat, 35 hanya mengalami nyeri berat selama 3 hari, sedangkan 40 sisanya 1 hari setiap bulan. Migrain juga terkait dengan risiko stroke, gangguan psikiatri serta disabilitas. “Prevalensi migrain dalam 1 tahun meningkat seiring usia antara laki-laki dan perempuan, mencapai maksimal usia 35-45 tahun. Prevalensi meningkat pada kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah,” jelas dr. Devi.

Dalam sambutannya, dr. Amarudin selaku Direktorat Bina Kelembagaan K3 Kementerian Ketenagakerjaan RI menyampaikan, “Kami sangat mendukung upaya perlindungan kesehatan tenaga kerja yang menyandang migrain. Undang-Undang Ketenagakerjaan telah merumuskan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, sehingga produktivitas kerja dapat terus terjaga dan terwujud.”

 

Plh. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Theresia Sandra Dian Ratih, MHA memandang pentingnya promosi edukatif bagi masyarakat agar lebih memahami migrain. “Dengan memahami migrain, mereka yang mempunyai gejala migrain segera melaksanakan deteksi dini migrain. Pada saat yang bersamaan, tatalaksana layanan primer terkait migrain juga perlu ditingkatkan agar migrain dapat ditangani lebih lanjut secara tuntas,” ujar dr. Theresia Sandra Dian Ratih.

Dalam diskusi bertajuk “Tatalaksana Migrain Komprehensif dan Terkini”, dr. Isti Suharjanti, Sp.N(K) dari PERDOSNI menjelaskan bahwa migrain adalah kondisi yang sering kali disalahpahami dan dapat berdampak signifikan pada semua aspek kehidupan, termasuk kemampuan untuk bekerja, hubungan sosial, dan kesehatan mental. “Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi penyandang migrain mengembangkan strategi sesuai kondisinya untuk mencegah migrain atau mengelola gejala secara lebih baik saat serangan muncul,” jelas dr. Isti Suharjanti.

Pemicu migrain dapat diakibatkan antara lain oleh perubahan hormonal, stres, konsumsi makanan tertentu (seperti keju, alkohol, kafein), pola makan, dan istirahat tidak teratur, bau yang menyengat, cahaya terang, konsumsi terlalu banyak obat, dan lain-lain.

Saat mengalami serangan, ada dua pilihan pengobatan yang dapat dibagi menjadi dua kategori. “Ada pengobatan untuk menghentikan rasa sakit dan pengobatan untuk mencegah serangan migrain dengan menghentikan sinyal rasa sakit dan pembengkakan pembuluh darah,” ungkap dr. Isti Suharjanti.


Migrain bukan halangan. Yuk, kita atasi bersama! Foto: Ist

 

Dalam berbagi pengalaman sebagai pejuang migrain, Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.N(K) menjelaskan beberapa strategi mencegah serangan migrain yang dapat dilakukan sesuai situasi dan kondisi penyandang migrain, seperti mencatat kapan saat migrain terjadi, minum lebih banyak air, memerhatikan pemilihan makanan, melakukan teknik manajemen stres, memerhatikan cuaca, makan dan istirahat dengan jadwal reguler. “Ini merupakan salah satu upaya untuk mengambil kendali dalam mengatasi migrain,” jelas Prof. Hasan Sjahrir.

Menanggapi kondisi migrain yang banyak menyerang kaum wanita, Ketua Umum DPD Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) DKI Jakarta, Endah Ansoroedin, menekankan pentingnya membangun lingkungan yang mendukung pekerja wanita dengan migrain. “DPD IWAPI DKI Jakarta memandang pentingnya penanganan migrain secara seksama, sebab pekerja maupun pengusaha wanita yang terkena migrain akan mengganggu performa kerjanya. Otomatis, jika para pekerja maupun pengusaha sehat, maka kinerja dan produktivitas akan meningkat sehingga baik bagi usaha dan perekonomian,” kata Endah Ansoroeddin.

Senior Manager Global Policy and Public Affairs Pfizer Indonesia, Khoirul Amin turut menyampaikan, “Pfizer berharap dengan rangkaian kegiatan promotif selama Bulan Kesadaran Migrain dapat terjadi peningkatan pemahaman dan kepedulian mengenai migrain oleh berbagai komunitas dalam masyarakat umum. Kegiatan promotif ini tidak hanya ditujukan pada para penyandang migrain, tetapi juga keluarga, sahabat, rekan kerja, tempat bekerja, dan praktisi kesehatan”.

Dalam puncak acara pada penutupan kegiatan Bulan Kesadaran Migrain, Ketua PERDOSNI, Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.N. Subsp.NIOO(K), MH menyampaikan harapannya akan meningkatnya kesadaran masyarakat melakukan deteksi dini migrain, peningkatan pemahaman tentang pelaksanaan deteksi dini dan tatalaksana migrain di tingkat layanan primer, maupun fasilitas kesehatan rujukan termasuk ketersediaan obat, serta terbentuknya “Komunitas Peduli Migrain” di Indonesia.

Topik Menarik