Setelah Digempur Tank Israel, ini Penampakan RS Indonesia di Gaza
JAKARTA, iNewsTuban.id - Pasukan Israel kembali menggempur Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Jalur Gaza Utara, Sabtu (30/11/2024). Lembaga kemanusiaan medis Merdical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia merilis dampak dari serangan tersebut di akun media sosial X.
Relawan MER-C di Gaza Edy Wahyudi mengatakan serangan berlangsung pada Sabtu pagi menggunakan tank. Akibatnya empat unit geneator listrik yang berada di halaman rumah sakit hancur.
"Pada Jam 7.35 pagi waktu Gaza Hari Sabtu 30 Nop 2024 telah dihancurkan 4 unit Generator RS Indonesia di Gaza Palestina atas serangan dari tank penjajah," demikian keterangan Edy, dikutip Minggu (1/12/2024).
Dalam video tampak genset berukuran besar mengalami kerusakan parah. Terlihat bekas lubang dengan ukuran bervariasi, dari kecil hingga besar, pada genset yang tampaknya bekas pecahan peluru mortir tank.
Genset itu merupakan napas bagi aktivitas operasional Rumah Sakit Indonesia yang sudah beberapa kali diserang sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.
Tiga Pegawai KPK Jabat Pj Kepala Daerah
Peran RS Indonesia di Gaza Utara, salah satu titik panas pertempuran antara pasukan Zionis dengan para pejuang, sangat vital. Sejak serangan pertama pada November 2023 yang membuat rumah sakit hancur sejadi-jadinya, warga sekitar gotong royong untuk memulihkan sarana-prasarana sehingga bangunan bisa beroperasi kembali meski dengan banyak keterbatasan.
Israel mengintensifkan di Gaza Utara sejak awal Oktober. Serangan udara brutal pada Sabtu kemarin mengincar sebuah rumah yang dihuni keluarga besar. Akibatnya lebih dari 40 orang satu keluarga meninggal. Gempuran udara itu menargetkan rumah di lingkungan Tel AL Zaatar, Kamp Pengungsi Jabalia.
Juru Bicara Pertahanan Sipil Gaza Mahmoud Basal mengatakan, rumah yang menjadi target dihuni oleh keluarga besar Al Araj.
Seorang warga Mohammed Al Zaytouniyeh mengatakan, tidak ada tempat yang aman lagi di Gaza dari serangan Israel.
"Warga dibombardir. Tong peledak dilemparkan ke arah mereka, ke rumah, pasar, jalan, tempat penampungan, sekolah. Tidak ada tempat yang aman. Ke mana orang-orang pengungsi ini harus pergi?" ujarnya.
Warga menuduh Israel berusaha menduduki wilayah itu dengan mengusir paksa warganya melaui serangan-serangan langsung terhadap warga sipil.
Selama peiode operasi darat ke Gaza Utara tersebut, tidak ada bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, yang diizinkan masuk ke wilayah itu.
Kondisi itu menyebabkan sebagian besar penduduk di sana, saat ini diperkirakan berjumlah 80.000 orang, berada di ambang kelaparan.