Candi Bajang Ratu, Bangunan Suci untuk Menghormati Raja Jayanegara
JAKARTA, iNews.id - Candi Bajang Ratu merupakan salah satu candi peninggalan Kerajaan Majapahit. Candi ini merupakan sebuah gapura yang berada di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Candi Bajang Ratu ini menempati area yang cukup luas dan berjarak cukup dekat (0,7 km) dengan Candi Tikus. Para pengunjung harus mengendarai sejauh 200 meter dari Jalan Raya Mojokerto-Jombang. Kemudian tiba di perempatan Dukuh Ngliguk, belok ke arah timur sejauh 3 km untuk sampai lokasi Candi Bajang Ratu.
Dilihat dari bentuknya, gapura ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe Paduraksa gapura yang memiliki atap. Bahan utamanya yakni bata, kecuali lantai tangga dan ambang pintu yang dibuat dari batu andesit.
Struktur Bangunan
Bangunan candi tersebut berbentuk segiempat berukuran 11,5 x 10,5 meter, dengan tinggi 16,5 meter dan lebar lorong pintu masuk 1,40 meter. Secara vertikal, gapura ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap. Selain itu terdapat sayap dan pagar tembok dikedua sisinya.
Kemudian dibagian atas tubuh pada ambang pintu, di atasnya terdapat hiasan kala dengan hiasan sulur-suluran. Sedangkan pada bagian atapnya tingkat berbentuk meru (gunung), mirip dengan limas bersusun serta puncaknya berbentuk persegi.
Hiasan atap tersebut berupa kepala kala diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan relief bermata satu atau monocle cyclop. Bagian dalam candi berbentuk lorong yang membujur dari barat ke arah timur.
Sedangkan pada sudut-sudut kaki terdapat hiasan yang sederhana, kecuali bagian sudut kiri depan yang dihiasi relief menggunakan cerita Sri Tanjung. Relief tersebut memiliki fungsi sebagai pelindung atau penolak mara bahaya.
Sejarah Candi
Bajang Ratu pertama kali disebutkan oleh Oudheidkunding Verslag (OV) tahun 1915. Diambil dari bahasa Jawa yaitu asal kata bajang dan ratu, bajang artinya kerdil. Sehingga bajang ratu yakni Raja Jayanegara dinobatkan sebagai raja kerajaan Majapahit ketika masih kecil.
Fungsi candi diperkirakan didirikan untuk menghormati Jayanegara. Dasar perkiraan ini yakni relief Sri Tanjung di bagian kaki gapura yang menggambarkan cerita peruwatan. Dalam kitab Pararaton menjelaskan bahwa Jayanegara wafat pada tahun 1328, dan dibuatkan sebuah tempat suci di dalam kedaton, lalu dibuatkan arca dalam bentuk Wisnu di Shila Petak dan Bubat, serta dibuatkan arcanya dalam bentuk Amoghasidhi di Sukalila.
Maka dapat disimpulkan bahwa dharma (tempat suci) raja Jayanegara berada di kapopongan alias Csrenggapura atau Crirangga Pura yang sekarang disebut Trowulan. Oleh karena itu, fungsi Gapura Bajang Ratu ini sebagai pintu masuk ke bangunan suci untuk memperingati wafatnya Jayanegara yang kembali ke dunia Wisnu tahun 1328 saka.
Masa pendirian gapura ini tidak diketahui pasti. Tetapi berdasarkan relief Ramayana, relief binatang bertelinga panjang, dan relief naga diperkirakan gapura Bajang Ratu didirikan antara abad ke-13 dan ke-14.
Sejak awal didirikan, candi Bajang Ratu ini belum pernah dipugar, kecuali usaha-usaha konsolidasi yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1915. Kemudian, pada tahun 1989 Candi Bajang Ratu mulai dipugar dan selesai pada tahun 1992.
Itulah Candi Bajang Ratu yang bisa menjadi referensi tempat wisata jika sedang berkunjung ke Mojokerto.